Gunakanlah Jalur Lain
Oleh: H. Yana
Sewaktu enak-enak memacu gas motor atau mobil di jalan raya, eh, tiba-tiba di depan ada operasi atau rajia lalu lintas oleh tim gabungan. Pernahkah anda berada dalam situasi seperti itu? Saya pernah. Bahkan sempat berdebat dengan petugas dan kalah.
Padahal, pengendara lain di belakang kendaraan saya, terlihat berhenti di pingir jalan. Lalu, berbalik kanan. Mereka mencari jalur lain. Meski harus ditempuh dengan jarak yang lebih jauh, namun hal itu sepadan dengan–daripada menghadapi para petugas. Mereka tak mau ribet. Tak mau berdebat. Mereka menghindari sanksi.
Faktornya bermacam-macam. Bukan hanya takut karena melanggar saja. Pedagang yang berkendara motor, mungkin belum menerima uang dari pembeli. Dia sadar tak ada surat-surat, apalagi SIM. Oleh karenanya, lebih aman balik kanan, putar arah ke jalur lain. Sambil menjajakan jualan nya. Itu lebih bermanfaat.
Melihat dari kacamata kebanyakan pengendara, saya pun, mencoba melakukan hal serupa pada kesempatan lain. Takut berhadapan dengan petugas……iya saya akui. Malas juga jika tak punya koneksi berdebat tentang surat-surat.
Terlebih, melalui jalur lainnya, ke jalur desa yang lebih sempit, kita jadi mengetahui, kondisi masyarakat di jalur lain itu. Pengetahuan kita tentang daerah itu terjejaki meski hanya sepintas. Ada keasyikan tersendiri.
Benar, seperti yang pernah dibilang oleh tukang es, “Lebih baik saya cari jalur lain. Daripada lewat jalan itu. Saya punya tanggungan menafkahi keluarga di rumah. Itu lebih diutamakan.” ujarnya.
Mendengar itu, saya agak tercenung. Tapi lantas tersenyum. Sedikit banyak membenarkan. Ayolah, lebih banyak para pelanggar lalu lintas di dunia ini. Dan yang tak kalah pentingnya, terkadang si pembuat aturan itu melanggarnya. Wajarlah jika sebagian masyarakat mencari solusi lain, ketika ada operasi di jalan raya.
Sangat mudah menandakan bahwa di depan ada operasi petugas. Tandanya, biasanya, dari jarak 150 meter, banyak pengendara yang berhenti. Baik mobil ataupun motor.
Sebagian mereka memilih ngopi di warung. Sebagian tengok kanan kiri, lalu putar arah. Sebagian yang berboncengan tengah berbincang supaya putar arah mengikuti pengendara yang sudah sukses memutar arah. Ada juga yang setelah balik putar arah, berteriak setengah teriak “awas ada rajia”.
Kenali saja situasinya. Terkadang, menjadi masyarakat paling bawah juga mengasyikan. Kita serasa jadi pembuat aturan yang melanggar aturan itu. Hehe
Selalu ada jalur lainnya.
Comment here