BUDAYAKREATIFUncategorized

Menulis tidak Mengharapkan Uang

Merindu

Karya: Masykurin Kurniawan

Fase terburukku ialah merindu

Merindu yang tak kunjung bertemu

Barangkali kamu dengar rintik hujan malam ini

Membisikkan sebait doa

Kelak kita dipertemukan diujung senja

Sebagai orang yang pernah saling memiliki.

“Merindu layaknya memandang senja. Begitu indah, namun tak tersentuh.”

Dalam buku “Aku dan Kepingan Luka Lama” merupakan coretan karya Masykurin Kurniawan yang telah menerbitkan 3 buku bertahap. Ia berasal dari kota angin (Majalengka), berawal dari keresahan dalam pemikirannya dan menyukai pada bidang tulis menulis. Beranjak dari SMA mulai tekun dengan berbagai tulisan yang membuat santapan dari pengkritik. Kenapa? Karena opini yang berjudul Ketika Skripsi Hanya Sebagai Syarat Lulus dimuat oleh Koran Rakyat Cirebon kontroversial yang ia tulis membuat para dosen pun memanggilnya.

Namun banyak ktritikan pedas, namun ia tetap tegar dan melanjutkan nulis. Hingga akhirnya torehan pena yang dibalut dengan luka pengalaman dulu terwujudkan melalui buku Aku dan Kepingan Luka Lama. Tidak hanya itu buku Bait Kata untuk Apiska telah hadir spesial untuk pendamping hidupnya.

Pemuda dengan gejolak asmaranya tergugah pada undangan untuk saling berbagi pada organisasi Saung Sastra SMAN 1 Sumberjaya. Ia memberikan motivasi dan solusi kepada bidang literasi masa 4.0 yang mulai merambah di seluruh dunia. Disela-sela diskusi ia mengungkapkan “Jika kita menulis hanya untuk uang, maka itu salah besar. Karena dengan menulis kita pernah ada di dunia. Jika tidak sesuai dengan ekpetasi yang ada hanyalah kekecewaan.”

“Saya memiliki prioritas yaitu bekerja mencari nafkah, namun tetap bisa menulis untuk menyalurkan hobi saya.” Terusnya.

Penulis : dewi rima

Comment here