BUDAYAEKONOMI

Maya Berlin dan Alat Musik Rongsokan

Maya Berlin dan Alat Musik Rongsokan ‎

MAJALENGKA – Awalnya, dia akan membuang semua barang bekas seperti Jeriken, Kaleng Biskuit dan wadah-wadah lain yang cukup besar itu. Wewadahan berbahan dasar plastik‎ maupun campuran tembaga alumunium, seperti kalengan biskuit menumpuk di rumahnya usai lebaran Idul Fitri 1440 hijiriah atau Juni 2019 lalu.

Muncul gagasan bagaimana jika dibuat sesuatu yang lebih bermanfaat. Tercetuslah ide membuatnya menjadi alat musik. Gitar berbagai jenis itu, kini tampil memukau dari bahan jeriken dan kaleng biskuit.

Dia adalah ‎guru SMPN 1 Majalengka. Namanya Maya Berlin. Berusia kurang lebih 48 tahun. Tinggal di Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran-Majalengka.

Maya menceritakan bahwa gagasannya timbul karena keprihatinan melihat barang bekas alat rumah tangga, yang terkadang dijual dengan cara dikilokan.

“Padahal, barang-barang seperti jeriken, kaleng biskuit dan bahan rumah tangga lainnya itu, kini menjadi bernilai lebih. Sudah jadi gitar, alat musik yang bisa saya mainkan. Juga dipakai para siswa,” ujarnya.

Maya mengatakan bahwa modal yang ia keluarkan untuk membeli senar serta peralatan lain sebagai unsur ornamen gitar, tak lebih dari satu juta. Bahkan kurang dari nominal tersebut. Saat ini, modal tersebut memang belum kembali, namun kreatifitas selalu punya pahala yang baik ke depannya.

“Kita oftimis saja, yang baik dan kreatif akan dapat balasannya kelak, dengan yang lebih bagus dan lebih baik,” ujarnya.

‎Sebelumnya, Maya juga menggagas pengecatan batu-batu sungai di bawah jembatan Jatipamor. Batuan yang dicat beragam warna pada bulan Juni dan Juli 2019 sempat menjadi rujukan netizen untuk bahan foto-foto dan selfie. Di‎a hanya ingin memberikan pembelajaran untuk dirinya dan orang lain. Menurutnya, proses mengedukasi harus dimulai dari diri sendiri dulu.

“Supaya nanti anak-anak atau siswa juga menirunya,” ungkapnya.

Maya menjelaskan bagi seorang guru dan tenaga pendidik, beragam cara harus dilakukan untuk mengedukasi anak-anak. Hanya saja, yang paling mengena dan paling real adalah berkarya lebih dulu.

“Guru itu digugu ditiru. Saya ini seorang pengajar, maka saya harus melakukan hal-hal positif dan kreatif, supaya siswa juga melakukan hal yang sama. Memberi contoh adalah yang terbaik. Itu mengedukasi anak-anak,” pungkasnya.

Hal senada diungkapkan warga Jatipamor, Emed. Ia mengatakan sosok Maya Berlin memang dikenal punya ide dan gagasan kreatif. Gagasannya untuk mengecat batu-batu besar dan Cadas Sungai di bawah jembatan Jatipamor itu, sempat menuai kontroversi.

“Tapi kini, sesudah viral dan menjadi obyek foto-foto netizen, yang tadinya nolak gagasan itu malah tersenyum salut. Termasuk ide membuat gitar dari bahan barang bekas,” ungkapnya. (IMR)

Comment here