PENDIDIKAN

Hari Guru se-Dunia ke-25, Ini Harapan Sebagian Pendidik

5 Oktober Merupakan Hari Guru se-Dunia

MAJALENGKA – macakata.com – Hari Guru se-Dunia nyatanya selalu diperingati pada setiap tanggal 5 Oktober (Diperingati sejak tahun 1994). Namun, karena kesibukan dan momen lain, sebagian belum banyak yang mengetahui.

Terlepas dari tahu atau tidak, namun masyarakat dunia telah menetapkan bahwa 5 Oktober merupakan hari guru se-dunia. Apa saja harapan para guru di Indonesia? Khususnya di Majalengka.

Salah satu tenaga pendidik, menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas SMP Muhammadiyah Jatiwangi, Defry Ardiansyah mengatakan ‎tugas guru saat ini lebih heterogen. Dibandingkan dengan kesejahteraannya, tugasnya lebih berat.

“Tugas guru, para pendidik di zaman era digital ini sangat berat. Sementara kesejahteraannya kurang memuaskan.” ungkapnya, kepada macakata.com, Minggu 6 Oktober 2019.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Majalengka ini menambahkan, amanat besar bangsa Indonesia ini dititipkan di pundak para guru. Tenaga pendidik yang bersungguh-sungguh mengajarkan ilmu dan wawasannya saat ini, terus berusaha untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Sehingga perlu juga pemerintah pusat maupun daerah, untuk memperhatikan kondisi yang menunjang kesejahteraan guru.” ujarnya.

Defri menjelaskan hingga saat ini masih banyak guru yang setiap bulannya hanya mendapatkan Rp. 50-200 ribu. Bahkan hanya mengandalkan dari bantuan operasional sekolah (BOS).

“Kondisi guru harus benar-benar mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, sebagai sarana perbaikan dalam rangka mewujudkan generasi bangsa yang cerdas.”

Pria dengan gaya kalem dan santai ini menuturkan, kebangkitan suatu bangsa berawal dari bagaimana pemerintah bisa memberikan kesejahteraan bagi para guru, kemudian mampu membangun citra dan sistem pendidikan yang berkualitas dan merata di seluruh wilayah.

“Momen hari guru se-dunia yang ke 25, kita berharap kepada pemerintah untuk bisa lebih memperhatikan kesejahteraan para guru, terlebih guru yang masih berstatus honorer.”

Selanjutnya, kata Defry, bagi para anggota legislatif untuk bisa membuat peraturan yang memperhatikan kepentingan para guru dalam segala bidang, melihat beberapa kasus terakhir, yang terjadi menimpa para guru, ialah adanya tindakan kekerasan oleh orang tua dan pihak lainnya.

“Sehingga perlu adanya kekuatan hukum yang bisa menjaga wibawa guru dan bisa melaksanakan amanat bangsa yakni mencerdaskan Kehidupan bangsa.”

Hal senada diungkapkan guru di tingkat pendidikan sekolah dasar, Iyan Triyana. Menurutnya, untuk Menyikapi hari guru sedunia ini, ia berharap sederhana saja. Yakni fokus pada pendidikan karakter, yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

“Saya mencermati peran dan fungsi guru harus di up date. Caranya dengan mempelajari teknologi. Zaman sudah berubah, namun peran guru harus bisa memberikan kontribusi bagi kemajuan zaman,” ungkapnya.

Iyan menambahkan pendidikan saat ini harus difokuskan pada pendidikan karakter. Dengan kata lain, akhlak bagi peserta didik dan kedisiplinan tetap penting di era zaman digitalisasi ini.

“Karakter dan akhlak merupakan faktor penting, itu semua sebagai modal dasar,” ujarnya.

Soal Iptek, Iyan berpendapat, bahwa pendidikan sudah saatnya dipoles dengan pengetahuan dan teknologi. Hal ini harus disosialisasikan mulai dari pendidikan dasar.

“Alasannya, saat ini era globalisasi telah lewat. Kini era generasi digital.”

Sementara, ketika ditanya perihal status guru PNS dan bukan, hal itu tidak perlu menjadikan suatu perbedaan. ASN atau honorer memiliki peran yang sama untuk memajukan dunia pendidikan.

“Hanya saja perlu adanya perhatian pada guru non-PNS. Mengingat, secara kesejahteraannya belum diakomodir. Ini sangat penting. Dan harus dipertimbangkan. Mengingat kesejahteraan honorer dapat menambah semangat ketika mendidik siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.” tandasnya. (Acil)

Comment here