Belajar Manajemen dari Bumdes Eka Cita Sejahtera Mirat
Oleh : Hedi Yana
MAJALENGKA – macakata.com – Dua pegawai itu sedang asyik duduk. Layar komputer yang sepertinya terhubung dengan koneksi internet, membuat keduanya khusyuk dan penuh konsentrasi. Kalangan millenial menandakan jelas perilaku mereka di era digital ini.
Meskipun begitu, ketika saya mencoba masuk ke area batas toko yang buka tersebut, dua pegawai langsung melirik. Salah satunya bertanya mau apa, saya bilang mau bertemu Bapak Aris. Sudah janjian lewat telpon. Pegawai itu pun langsung menyilakan saya masuk dan duduk.
Kurang lebih sepuluh menit, orang yang dimaksud, yakni Aris Prayuda datang. Dia minta maaf karena masih sibuk jika hari Sabtu pagi itu. Dia baru bisa menikmati waktu santainya setelah pukul 10.00 WIB.
Biasanya, jika bertemu aktifis ini, yang kami bicarakan adalah tentang kasus-kasus anak dan persoalannya, penanganannya serta program ramah anak. Namun kali ini, topik obrolan sengaja dipersempit menjadi –hanya soal Bumdes. Aris, adalah ketua Bumdes Eka Cita Putra di Desa Mirat Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
“Jadi sekarang ngobrolnya tentang Bumdes ya. Kebetulan belum banyak prestasi yang kita dapatkan. Namun, dari sisi pelaporan semua aspek, Bumdes ini sudah banyak yang melirik,” ujarnya, Sabtu siang, awal Juli 2019 lalu.
Bumdes Eka Cita Sejahtera itu, telah berdiri berdasarkan Keputusan Kepala Desa Mirat No. 144/2017. Kiprahnya kini lebih menonjolkan memenej usaha, termasuk menjadikan Mirat sebagai penopang wisata, mengingat jaraknya sangat berdekatan dengan obyek wisata Cadas Gantung.
“Jadi ke depan, kita ingin ada home stay di dekat Cadas Gantung. Di area itu nantinya kita bikin stand-stand usaha. Dan yang paling menonjol, ciri khas usaha Desa Mirat yakni Cuing,” ungkapnya.
Cuing di Mirat ini tak bisa tergantikan oleh wilayah lainnya. Alasannya berdasarkan hasil penelitian, mineral yang terkandung dalam daun tanaman untuk bahan cuing, kandungan mineralnya lebih tinggi berada di Mirat.
“Melihat potensi itu, kami ingin, soal Cuing ini menjadi ciri khas lokalitas Mirat. Daun cuing bisa tumbuh dimana saja, namun kandungan mineral yang ada di sini adalah yang terbaik. Itu berdasarkan penelitian sang ahli,” lanjutnya.
Oleh karenanya, sesuai dengan namanya, Bumdes ini mempunyai filosofi Eka itu satu, Cita itu harapan, Sejahtera itu karena kita menginginkan kesejahteraan. Maka yang harus dikerjakan adalah memenej warga untuk bisa menabung ke bumdes.
“Kita kerjasama dengan salah satu bank. Dan kita menyimpan uang warga langsung ditransfer via online. Bukti transfer kita print out, sebagai bahan laporan. Online kita terapkan, tetapi manual, yang ada hubungannya dengan pelaporan kita juga bikin,” ungkapnya.
Sebagai ketua Bumdes, Aris Prayuda menceritakan bahwa program Bumdes mempunyai dua jalur, yakni jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek, yakni jasa fotokopi, jasa layanan online bank, jasa kelola fasilitas umum, usaha penyediaan air minum kemasan. Jangka panjangnya akan ada pembangunan home stay cuing, tercatat ada 250 pedagang cuing dengan bahan baku yang melimpah.
“Mayoritas pedagang cuing di sini, tersebar kemana-mana. Sementara di Mirat sendiri jarang karena sudah bosan mungkin. Tetapi saat ini karena ada wisata Cadas Gantung, akan dibikin home stay cuing.” ujarnya.
Sementara untuk layanan online pihaknya tidak membebani masyarakat untuk menabung setiap hari. Menariknya, tanpa kartua ATM, nasabah bisa mengambil uang kapan saja.
“Warga bisa daftar ke Bumdes dan akan diaftarkan langsung oleh petugas. Sudah tak perlu pakai ATM. Target 1500 nasabah bank yang kita kerjasama. Saat ini baru 200 nasabah.”
Soal menabung ini, Aris juga tampak takjub, karena ada satu RT yakni RT 04 Rw 02 Desa Mirat, sekira 45 orang tedaftar menjadi nasabah. Semuanya menabung. Namun, Aris mengklaim bahwa Bumdes tidak hanya mengurusi soal menabung saja.
“Kalaupun ada orang yang mau membeli barang. Itu bisa Bumdes usahakan untuk mendapatkannya. Bayarnya tinggal nabung saja, suka-suka. Misal, nasabah ingin hape seharga 1,5 juta. Kita kasih. Nasabah boleh membayarnya harian atau mingguan, yang penting dia bayar dengan cara menabung itu. Tidak perlu banyak, bahkan ada warga yang menabung 5.000 perhari, kita terima,” tandasnya.
Aris menambahkan modal awal 2018, pihak desa menggelontorkan anggaran sebanyak Rp 68 juta dari dana desa. Full semuanya masuk ke rekening Bumdes. Selama satu tahun dikelola, pihak Bumdes mendapatkan keuntungan/laba bersih sebesar 7 juta.
“Ke depan, selain yang disebutkan di atas, kita juga akan bekerjasama dengan BPJS ketenagakerjaan. Tinggal menunggu dealnya saja,” ungkapnya.
Bumdes Eka Cita Putra juga sudah mempunyai mesin fotokopi. Peluang ini terbuka lebar, sebab untuk kepentingan administrasi yang bersifat laporan berkas. Copi-an kertas untuk arsip dan kepentingan birokrasi merupakan suatu kebutuhan yang nyata.
“Meski kecil keuntungannya, tetapi pemasukannya lumayan. Oleh karenanya, modal dari desa itu kita langsung belikan alat-alat, salah satunya mesin fotokopi dan komputer,” ujarnya.
Selain itu, pihak Bumdes juga sering dimintai laporan berkas. Mengingat mesin fotokopi ada di kantor dekat balai Desa Mirat, maka pengelola sudah tidak perlu keluar jauh-jauh hanya sekedar untuk fotokopi.
Melihat kemajuan dan tertibnya Bumdes di desa Mirat ini, dalam suatu acara yang di sana hadir perwakilan undangan dari sejumlah bank. Sebagian sudah siap untuk mengucurkan modalnya, karena melihat keseriusan Bumdes Eka Cita Sejahtera mengelola usaha dan rapih dalam soal pelaporan admisitrasi.
“Ada beberapa yang berbisik kepada saya. Pihak bank tersebut siap untuk mengeluarkan modal Rp. 100 juta. Bagi saya, pengelola, itu suatu kebanggaan. Cuma kami harus mengurusi soal badan hukumnya dulu. Itu saran dari pihak bank.”
Aris dan kawan-kawan yang terlibat langsung dalam pengelolaan Bumdes, tentu saja merasa harus terus bekerja demi kelangsungan usaha dan eksistensi Bumdes. Bukan sekedar untuk mencari profit atau keuntungan semata. Namun juga sejalan dengan program pemerintah.
“Bumdes ini kan sejalan dengan program pemerintah. Apalagi pak gubernur saat ini, ingin ada satu perusahaan satu desa. Kita sedang melangkah dan menciptakan itu,” tandasnya.
Sebagai ketua, Aris juga punya batasan usaha, yakni tidak mau terjun dengan usaha peminjaman uang. Alasannya hal itu terlalu menyulitkan pengelolaan dan Bumdes-nya tak mau dicap sebagai kosipa.
“Gak mau kita usaha pinjaman uang. Makanya kita usahakan program menabung saja. Kalau meminjam, yang sudah-sudah itu, kita pernah survei ke bumdes lain, rata-rata biasanya macet, ribet. Maka kita tidak usaha itu,” ujarnya.
Kepala Desa Mirat mengatakan pihaknya mengaku cukup bangga dengan kehadiran Bumdes Eka Cita Sejahtera. Ia pun berharap Bumdes di desanya itu menjadi percontohan, lebih maju dan berkembang di masa depan. Meskipun nanti akan ada pergantian pengelola.
“Saat ini Ketua Periode 2017-2020 dijabat oleh pak Aris Prayuda. Jadi nanti akan ada pilihan ketua baru. Saya berharap siapapun ketua dan pengurusnya nanti, Bumdes di Mirat bisa menciptakan usaha-usaha kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Salah seorang penjual cuing, Jamhari mengakatan soal produksi cuing ini sudah puluhan tahun beroperasi. Ia berharap manajemen Bumdes dapat lebih menciptakan inovasi pengelolaan dan membuat cuing Mirat lebih terkenal lagi.
“Soal cuing, di Mirat ini adalah gudangnya. Saya hidup karena cuing.” ucapnya. (***)
Penulis adalah pegiat literasi di Majalengka. Aktifis baca. Library Suport
Comment here