Tradisi Ini Sudah Berlangsung 8 Tahun di Desa Sumber Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Jawa Barat
MAJALENGKA – macakata.com – 144 jenis benda pusaka peninggalan zaman kerajaan Majapahit, Mataram, Kutai dan kerajaan lainnya yang ada di Indonesia sekitar abad ke-14 atau 1.400 Masehi, yang ada di Padepokan Nur Sedjati dibersihkan/dicuci menggunakan jeruk nipis dan bebungaan.
Prosesi pencucian benda-benda pusaka yang berumur ratusan tahun itu berlangsung di Desa Sumber Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Kamis 7 November 2019.
Acara ini rutin digelar tahunan. Tujuannya bukan untuk memuliakan benda pusaka itu karena keramat atau punya kekuatan megis, atau bertuah dan lain sebagainya. Proses pencucian itu, hanya sekedar untuk tujuan logis, supaya awet dan tetap kinclong.
“Sehingga, generasi anak-anak kita di masa depan, masih bisa melihatnya. Ini lho, peninggalan-peninggalan orangtua kita dulu. Masih awet hingga saat ini. Jadi, bukan untuk kepercayaan bahwa benda benda pusaka ini bertuah. Cukup dikagumi, jangan diyakini,” ujar Ketua Padepokan Nur Sedjati, Buyut Suhenda, kepada Macakata.com.
Suhenda menambahkan, memanfaatkan jeruk nipis sebagai bahan pencucian benda-benda pusaka itu, telah teruji bahwa sifat asam pada jeruk nipis tersebut mampu menghilangkan bau dan mencegah karatan pada besi.
“Karena mayoritas benda pusaka di sini, itu terbuat dari besi. Jeruk nipis membersihkannya secara alami,” tandasnya.
Soal koleksi benda-benda pusaka milik Padepokan Nur Sedjati ini, Suhenda telah mengumpulkannya sendiri sejak dirinya berusia 14 tahun. Benda-benda pusaka dengan jenis keris, tombak, trisula, pedang, kujang dan masih banyak lagi itu, berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Koleksi ini saya kumpulkan sejak saya usia 14 tahun. Acara ini sudah berlangsung 8 tahun.” ucapnya.
Usai prosesi pembersihan, puluhan warga berebut air yang ada di gentong. Bejana besar tersebut sudah berisi air bening yang ditaburi aneka warna bunga-bunga. Air tersebut lantas diburu warga untuk keberkahan.
Salah seorang warga setempat, Wastiyem (35) mengatakan dirinya mengambil sebotol air dari bejana besar tersebut untuk diambil berkahnya.
“Ngalap berkahnya. Air sebotol ini nanti saya taburkan/siramkan ke bak mandi,” ujarnya.
Pada saat prosesi pencucian benda-benda pusaka tersebut, juga hadir Akademisi dari ISBI, Dodi Satya Ekagustdiman. Pihaknya mengapresiasi tradisi yang ada di Padepokan tersebut. Menurutnya, tradisi mencuci benda-benda pusaka, serta digabung dengan acara guar bumi memang perlu dilestarikan.
“Ajaran ini sangat luhur yang perlu dibumikan kembali. Sangat penting dan bernilai sosial tinggi, selama ini banyak nilai-nilai sosial yang hilang. Acara seperti ini juga bernilai silaturahmi dengan warga. Dan, bisa mempersatukan bangsa.” ungkapnya.
Dodi menambahkan tradisi mencuci benda-benda pusaka ini dinilainya jarang ada. Memang ada di beberapa wilayah, namun termasuk jarang.
“Ini bagus, sebab dapat mengedukasi kepada masyarakat, tentang pemahaman benda pusaka. Hanya sebagai koleksi untuk dikagumi.” ujarnya. ( Acil )
Comment here