24 dari 100 Warga Indonesia Tidak Hafal Pancasila
macakata.com – Berdasarkan penelitian lembaga survei Alvara Research Indonesia tahun 2017 dan dipublikasikan Desember 2018 lalu, 24 dari 100 warga Indonesia ternyata tidak hafal Pancasila. 53 persen tidak hafal lirik-lirik lagu kebangsaan.
Dalam hasil survei tersebut, juga disebutkan bahwa 19,4 persen ASN tidak setuju dengan ideologi Pancasila. Ditambah 9,1 pegawai dari BUMN juga tidak setuju dengan ideologi Pancasila.
Hal ini disampaikan oleh seorang narasumber sosialisasi kebangsaan, Dedi Heriadi. Ia mengatakan bahwa selama 13 tahun ideologi Pancasila kepercayaannya menurun hingga 10 persen. Sementara ideologi NKRI Bersyariah naik menjadi 9 persen.
“Kecenderungannya semakin menurun itu, diantarnya karena faktor perubahan cara berkomunikasi. Rata-rata kita sekarang menggunakan 18 jam sehari menggunakan gawai,” ungkapnya, di salah satu hotel wilayah Kuningan Jawa Barat, 20 November 2019.
Dedi menambahkan pergeseran budaya dan pemahaman ini harus disikapi serius, caranya dengan memanfaatkan potensi dan kearifan lokal yang menyangkut semua aspek budaya sosial, diantaranya food/makanan, fashion, musik, film yang ditonton oleh generasi penerus bangsa secara per-menit.
“Oleh karenanya, solusinya yakni kembali memanfaatkan aspek sosial budaya. Cintai kembali dan terapkan kembali makanan dan minuman lokal. Makanan cepat saji tidak menyehatkan harus ditinggalkan.” ungkapnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, yang diwakili oleh salah seorang kabidnya, Kamarul Bahri mengatakan kegiatan sosailiasi penguatan pemahaman kearifan lokal bagi pelaku budaya di Jawa Barat ini sengaja digelar. Giat tersebut merujuk pada atau berdasarkan UU NO. 23 tahun 2014 tentang pemda, UU No 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan Pariwisata No. 42 /40 tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan.
“Tujuan pemanfaatan kebudayaan, mewujudkan masyarakat madani, memengaruhi arah perkembangan peradaban dunia. Memperkaya keberagaman budaya. Jatidiri bangsa.” ujarnya.
Dalam kegiatan ini 150 orang dari berbagai wilayah seperti Cirebon, Banjar, Tasikmalaya, Purwakarta, Indramayu, Ciamis, Sumedang, Garut, Subang dan Majalengka hadir. Pihaknya berharap usai mengikuti sosialisasi ini agar ilmunya kembali ditransferkan kepada teman dan saudara.
“Jangan salah mengadopsi budaya. Lebih baik ngamumule budaya kita sendiri. Bagikan ilmu akan memperkuat memory kita sendiri. ” ujarnya.
Narasumber lainnya, H. Casta dari Lembaga Budaya Cirebon (LBC) mengatakan dalam berkesenian juga diharuskan untuk memupuk super ego, yang didukung oleh ego lainnya yang cukup banyak. Begitulah yang dikatakan psikolog Sigmun Freud. Karena seni dapat melembutkan hati.
”Dalam seni, juga ada super ego. Seni melembutkan hati. Berkesenian akan membuat hati kita luluh dan tersentuh. Ajak anak ke museum, pentas seni, itu yang dinamakan literasi budaya.” ungkapnya.
Casta menjelaskan pihaknya tidak setuju ketika ada seni yang dilombakan, karena Kesenian itu bukan untuk dilombakan, tapi difestivalkan.
“Boleh ada lomba tetapi juaranya merata, tidak boleh ada juara satu, juara dua dan seterusnya.” tandasnya. Acara tersebut juga diisi oleh narasumber budayawan lainnya. ( Acil )
Comment here