BUDAYAEKONOMIKREATIF

Anyaman Bilik Bambu Majalengka Dilirik Kemendikbud

Kemendikbud RI Bersama Dekkma dan Disparbud Majalengk Menggelar Workshop Belajar ‎Menganyam Motif Batik dari Bahan Bilik Bambu

MAJALENGKA – macakata.com – Para peserta itu tampak serius. Mereka mulai menganyam tali dari bambu dengan target bentuk sesuai selera mereka. Hasilnya, setelah tiga jam lebih, anyaman dari bilik bambu itu berubah menjadi hiasan lampu, hihid (kipas tangan), ataupun hanya sekedar figura dan hiasan dinding lainnya.

Mereka tengah mengikuti workshop anyaman bambu di Gedung Juang kompleks DPRD Kabupaten Majalengka. Selama dua hari itu, 3 dan 4 Desember 2019, mereka diasah keterampilan ilmu pengetahuan menganyam. Teorinya hanya disampaikan dua jam saja. Selanjutnya, peserta yang tercatat lebih dari 90 orang itu berproses dengan menganyam langsung. Praktek setelah mendengarkan ulasan singkat teori/pengetahuan tentang menganyam.

Ma Ela, peserta dari Maja mencoba menganyam. Begitupun Bu Juwi, serius sekali menyelipkan tali bambu yang diajarkan hingga membentuk apa yang diinginkannya. Tak ketinggalan pula sejumlah remaja yang jadi peserta perwakilan dari komunitas.

Dirjen Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Darmansyah mengatakan ‎kerajinan anyaman bambu dari Majalengka merupakan salah satu karya lokal yang harus terus dilestarikan. Serta terus dikembangkan.

“Pasarnya cukup menjanjikan dimasa depan. Mengingat, kerajinan anyaman bambu mulai dilirik oleh wilayah lain. Oleh karenanya, kami fokuskan workshop anyaman bambu ini di Majalengka,” ujarnya, Selasa 03 Desember 2019.

Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma), Asikin Hidayat mengatakan kegiatan workshop motif ‎batik anyaman bilik bambu ini merupakan kerjasama antara Kemendikbud RI dengan Dekkma dan Disparbud Majalengka.

“Peningkatan SDM ini sangat perlu. Mengingat hasil kerajinan anyaman bambu, khususnya di Majalengka, bisa dijadikan tambahan penghasilan.” ungkapnya.

Asikin menambahkan, selain itu, produk anyaman bambu ini bisa menjadi identitas lokal yang cukup membanggakan.

“Sehingga regenerasinya harus banyak pula,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang narasumber menganyam, Taufik Hidayat mengatakan workshop menganyam tidak akan berkesan apa-apa, manakala hanya sebatas teori dan mendengarkan materi. Oleh karenanya, pihaknya dibantu sesepuh atau ahli anyaman bambu lainnya, sengaja membawa bambu yang sudah siap untuk proses menganyam.

“Setelah penyampaian teori selama dua jam, para peserta langsung praktek. Nyaris semuanya bisa menganyam. ‎Tinggal terus dikonsistensikan, secara berkesinambungan,” ungkapnya.

Pria yang akrab disapa, Opik Sadulur ini menjelaskan ‎tehnik dasar menganyam sebetulnya hanya ada dua teori. Pertama, mensejajarkan tali bambu yang siap dianyam. Kedua, menyilangkan tali lainnya, yang berwarna lalu keduanya sama-sama dianyam.

“Kemudian, antara dua tali dengan perbedaan warna tersebut selanjutnya diproses anyam menggunakan jemari tangan. Memulainya bisa di pojok dulu, ataupun ditengah. Kendala pemula cuma satu, belum terbiasa. Hasilnya sebagian besar kurang rapih, tapi bagi pemula ini sesuatu yang membanggakan.” Pungkasnya. ( Acil )

Comment here