BERITATravel

Makam Pelukis Sketsa Borobudur Ditemukan di Mirat

Jejak Historical Makam Pelukis Asal Belanda‎ yang Sudah Lama Dicari oleh Keluarganya di Negeri Kincir

MAJALENGKA – macakata.com – Empat makam keluarga Pelukis Sketsa Candi Borobudur ditemukan di wilayah area pemakaman Karamat Desa Mirat Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

Makam tersebut memang sudah tidak utuh lagi. Berlumut, tapi dari sisi arsitek bangunan masih terlihat kokoh. Sejumlah fakta dan tanda-tanda menyatakan, bentuk makam yang menjulang tinggi ke atas, lebih dari dua meter itu, cukup mencolok dibandingkan makam pada umumnya.

Makam yang biasanya itu hanya setinggi dua jengkal tangan orang dewasa, ditambah batu nisan. Bentuk makam ini menyerupai pondasi kokoh, dengan diameter sebesar empat kali orang berpelukan. Dan lebih tinggi dua kali orang dewasa.

Namun, menurut keterangan sesepuh Mirat, maupun pemerhati sejarah, termasuk Komunitas Group Majalengka Baheula (Grumala) yang baru-baru ini datang ke lokasi. Di makam yang menjulang tersebut seharusnya ada keramik khusus. Namun sepertinya sudah hilang dicuri orang beberapa puluh tahun lalu.

Kadus Mekarsaluyu, M. Sarkowi mengatakan berdasarkan keterangan lisan orangtua dulu, yang saat ini masih hidup, area komplek pemakaman Karamat di Dusun Mekarsaluyu Rt/Rw 04/04 memang sudah ada sejak dirinya belum lahir.

“Bahkan sejak saya masih kecil, menurut orangtua saya. Makam ini sudah ada. Dulu ketika saya masih kecil masih agak bagus,” ungkapnya, saat ditemui di lokasi yang ada pohon besar bernama Dangdeur, yang cukup dekat dengan jalan raya Prapatan Sumberjaya-Rajagaluh, Selasa, 10 Maret 2020.

Kuwu/Kades Mirat, Asep Sumekar menambahkan area pemakaman Karamat di wilayah desanya itu, akan dijadikan potensi wisata sejarah dan religi. Pihaknya tengah merancang konsep gabungan wisata alam, adventure yang menyatu dengan wisata sejarah dan religi.

“Itu ada nilai historisnya, tentu saja sejalan dengan konsep yang tengah kami kembangkan di Mirat. Oleh karenanya area makam tersebut tengah dibersihkan,” ungkapnya, saat ditemui di ruang kerjanya.

‎Sementara itu, Tim Grumala yang biasa dipanggil Juru Gejlig (Jurig), Nana Rohmana, atau akrab dipanggil Mang/Kang Naro mengatakan ‎pihaknya membenarkan bahwa pekan lalu, bersama komunitas Grumala telah mendatangi lokasi makam yang diduga kuat merupakan makam seorang pelukis sketsa asal Belanda.

‎Naro menjelaskan berdasarkan keterangan yang ia cocokkan dengan data enslikopedia, di makam tersebut seharusnya memang ada marmer nisan yang bertuliskan satu nama. Namun sudah hilang. Akan tetapi dari keterangan seseorang yang mencari makam ini nyaris semuanya cocok.

“Misalnya soal penamaan area makam keramat dulu, itu bernama Apenbosch, yaitu di lokasi makam itu dulunya sebuah hutan kecil yang terdapat banyak monyet-nya. Apen itu berarti monyet atau kera. Bosch berarti hutan. Dua kata itu merupakan kosakata atau istilah Belanda. Kami tanya ke Pak Kuwu Mirat, memang dulunya begitu banyak monyet sampai ke hutan Sanghyang Dora.”ujar Naro, saat dihubungi via ponsel.

‎Naro menjelaskan berdasarkan catatan yang ada, makam tersebut adalah makam Hubertus Niccholas Sieburg. Dia tercatat sebagai pelukis atau pembuat sketsa pertama Candi Borobudur, sebelum beres dieksavasi. Niccholas tercatat lahir di Harleem Belanda 1799 dan meninggal di Rajagaluh 1842, ia sempat menikah dengan pribumi Rajagaluh.

“Kami sempat kukuruskan ke wilayah Rajagaluh untuk mencari makam ini, namun dari orang Rajagaluh yang kami temui, muncul keterangan bahwa makamnnya ada di Mirat.” ujarnya.

‎Naro menambahkan di area Makam tersebut juga ada jenis bata yang berbeda dengan bata lainnya. Ada sebuah makam Karamat yang disinyalir berasal dari Kerajaan Mataram, mengingat bentuk bata-nya sangat berbeda dengan bata yang ada di sekitarnya. Posisi makamnya itu berdampingan dengan Kerkhof ( Komplek Makam Belanda ) ini.

‎”Ada katerangan yang menyebutkan bahwa ada empat makam Kerkhof atas nama Hubertus Nicholas Sieberg‎, Van Michells, Putrinya yakni Agraphina Michelss, Johanna Wilhelmina. Tapi kita belum bisa menetapkan 100 persen itu makam mereka ya, karena nisannya sudah tidak ada. Ini hanya fakta sementara berdasarkan catatan yang ada.” ujarnya.

Meskipun begitu, Naro dan Grumala cukup bangga. Alasannya, ‎ jika itu memang benar makam Hubert Nicholas Sieberg, berarti besar kemungkinan bahwa Majalengka punya sejarah seni lukis dunia.

“Ya karena ada pelukis dunia yang ada kaitannya dengan Majalengka. Mereka adalah Raden Saleh, arsitek pendopo Majalengka, juga ada pelukis Affandi yang ibunya berasal dari Jatitujuh,” tandasnya. (MC-02)

Comment here