Supiani, Suami dan Dua Anaknya Tetap Bertahan. Dua Tetangganya Sudah Meninggalkan Rumah yang Ambruk Terabrasi Sungai Cibodas
MAJALENGKA – macakata.com – Supiani (44 tahun) warga Cibodas Kecamatan/Kabupaten Majalengka ini selalu khawatir dan cemas. Namun bukan karena soal Corona atau Covid 19. Ketakutannya itu cukup beralasan. Aliran sungai Cibodas telah menggerus tanah bagian belakang rumahnya. Terutama bagian dapurnya.
Saat ini kondisi rumahnya makin parah. Setiap kali membuka pintu dapur, maka di bawahnya sudah jelas terlihat aliran sungai. Batu-batu besar seukuran kelapa hijau, menjadi pemandangan bebas.
Jikalau kondisi rumah Supiani ini berada di pegunungan dan disulap menjadi cottage atau villa, maka sensasinya akan lain. Namun rumah itu adalah tempat tinggalnya. Ia dan keluarga akan segera mengungsi jika aliran sungai kembali deras.
“Ya takut mas. Terutama kalau hujan besar, saya berempat langsung mengungsi ke rumah dekat sekolah dasar,” ungkapnya, saat ditemui di pinggiran sungai Cibodas, RT 01/RW 01 di pinggir rumahnya yang semakin tergerus aliran sungai, Rabu, 1 April 2020.
Supiani tidak sendirian. Selain suami, Ade (49), dan kedua anaknya yakni Diva (masih SD) dan Nanda (sudah SMA) juga ada bangunan lain yang sudah ditinggalkan penghuninya. Bangunan rumah sekaligus toko yang menjual pupuk itu sudah kosong. Dapurnya menganga tergerus kerasnya air sungai Cibodas. Bangunan ini milik Lili. Serta rumah lainnya di sebelahnya yakni milik Ayu beserta keluarga. Rumah ini sudah ditinggalkan pemiliknya.
“Kata pihak desa, memang suruh mengungsi. Cuma kami gak bisa tinggalkan rumah. Kalau hujan besar, baru kami pindah, sambil bawa perabotan tv dan barang berharga lain.” ungkapnya.
Abrasi sungai Cibodas ini awalnya hanya menggerus jalanan sepanjang dua meter.Tapi itu dulu, pada pertengahan Januari 2020. Saat ini, kondisi jalan yang menghubungkan antara Cibodas dan Nunuk Baru (Kecamatan Maja) itu, amblasnya sudah sepanjang 300 hingga 400 meter. Akan terus meluas karena semakin terkikis aliran sungai.
Lebar dua meter jalan itu sudah tak terlihat lagi. Abrasi terus merangsek semakin meluas, mengikis pemukiman dan musola serta bangunan SDN Cibodas 1.
”Belum ada bantuan bronjong dari pemerintah. Saya dan suami modal sendiri. Habis 20 biji bronjong. Satu bronjongnya seharga Rp.150 ribu.”ungkapnya.
Supiani dan Ade sepertinya akan tetap bertahan di rumah tersebut. Sambil tetap berharap dan berdoa supaya musim hujan segera berlalu.
“Kami akan terus bertahan, sampai bantuan dan penyekatan sungai selesai dikerjakan.” ujarnya.
Menurut Supiani dan Ade, rencananya pemerintah melalui instansi terkait akan melakukan pembronjongan. Serta memotong aliran sungai dengan cara membuat aliran baru, menggali tanah sawah, sehingga tidak lagi menikung ke area pemukiman.
“Katanya, pemerintah akan segera membuat jalur baru aliran sungai. Jadi nanti aliran sungai itu lurus, tak mengalir ke sini. Sementara di sini akan dilakukan pembronjongan.” tandasnya.
Menurut Sopiani dan Ade, pertengahan Maret lalu, sudah terlihat ada sejumlah petugas berkemeja putih yang datang memotret dan melakukan pengukuran.
“Katanya di bulan April ini akan segera dikerjakan. Semoga saja benar. Kami tunggu realisasinya.” pungkasnya.
Sementara itu, pihak desa belum ada yang berani menanggapi. Namun menurut sejumlah informasi, kewenangan perbaikan dan penanganan sungai Cibodas itu merupakan kewenangan pihak Provinsi. ( MC-02)
Comment here