Virus dan Agenda Racun Hebat di Dapur Kita
Macakata.com – Film dan buku novel tentang virus dan senjata biologis kini tengah laris manis. Setidaknya buku dan film itu banyak dibicarakan dan dibahas oleh sebagian kalangan yang menyukai teori konspirasi global. Trending topik di kalangan ini beredar sejak tiga pekan terakhir merebaknya Virus Corona atau Covid 19.
Film Contagion adalah salah satunya. Spekulasi dan gambaran dalam film yang dibintangi Matt Damon ini mirip seperti yang terjadi di belahan dunia saat ini (Januari-Februari-Maret-April 2020). Juga mirip seperti gambaran yang sedang terjadi saat ini (Awal April 2020) di negara Amerika Serikat.
Selain film, sejumlah novel juga ramai dibicarakan. Sebab asalnya, film-film itu berasal dan diadopsi dari buku novel. Fiksi imajinasi yang berdasarkan data dan fakta.
Novel menarik lainnya, yang luput dari perbincangan netizen adalah buku fiksi tentang konspirasi di meja makan. Novel berjudul “Codex” ini juga membahas tentang berbagai macam senjata biologis, termasuk diantaranya virus, berikut sejarah lengkapnya. Termasuk bagaimana penyebaran virus HIV yang bermula dari Afrika dan memang khusus dibuat untuk menghancurkan ras tertentu. Virus HIV konon katanya sengaja diciptakan.
Itu ditulis dalam buku fiksi, berjudul Codex. Penulisnya bernama Rizki Ridyasmara. Penerbit Salsabila 2010. Namun si penulisnya yang mantan wartawan media ternama itu, mencantumkan puluhan kematian saintis dunia adalah nyata (bisa ditelusuri di internet) yang diberikan sejumlah fakta.
Novel ini memang tidak memprovoksi siapapun, termasuk si pembaca buku. Novel ini hanya menyajikan fakta, namun dikemas dalam bentuk cerita. Percaya ataupun tidak, dikembalikan kepada setiap pembacanya. Percaya silakan, tidak percaya pun silakan juga. Namun, fakta-fakta tentang racun di sekitar kita, terutama pada makanan dan minuman instant adalah nyata.
Si penulis Codex juga bilang, dalam catatan profil penulisnya, bahwa dirinya menemukan cara untuk mengungkapkan kebenaran melalui sebuah novel. Lebih mudah bertutur dengan gaya bercerita.
Dari sini, dapat ditarik benang merahnya, bahwa fiksi tak selamanya fiksi, jika dibubuhi fakta-fakta yang real. Fiksi adalah imajinasi. Namun imajinasi juga tak akan muncul tanpa adanya fakta dan data terlebih dahulu. Buktinya, saat ini saja, film dan novel hasil imjinasi manusia, kini menjadi NYATA. Terjadi di ratusan negara.
Sejumlah negara kini tengah berduka. Ada yang bilang, bahwa soal virus Corona ini hanya agenda sesaat. Agenda selanjutnya tetap ada pada racun makanan, satu diantaranya adalah yang akrab kita makan yakni MSG atau Vetsin atau Penyedap Rasa yang gurih dan lezat.
Minuman instan yang seringkali kita dapatkan, yang mencantumkan/ mengandung aspartame atau pemanis buatan, adalah zat kimiawi yang sangat perlahan membunuh orang.
Kita semua terlalu suka dengan makan bakso, minuman multivitamin instant dalam botol ataupun sachet, adalah minuman contoh yang akan menghancurkan kesehatan manusia di belahan dunia manapun.
Fakta yang terjadi saat ini, usia 35 tahun ke bawah, sudah ada yang terkena stroke, diabetes dan penyakit lainnya. Padahal usia 30-an masih dinilai muda. Bandingkan dengan orangtua kita, yang kelahiran tahun 1960-1970-an, yang masa kecil dan remajanya, tidak pernah makan makanan instant dan minum multivitamin, ada yang masih sehat hingga sekarang.
Bahwa menurut buku Codex ini, meski novel, pesannya adalah, makanan yang alamiah, tanpa campuran kimiawi, natural, tidak instan, adalah makanan terbaik untuk menjaga tubuh tetap sehat.
Pada bagian awal novel Codex ini, ada pepatah bagus yang keluar dari seorang dokter, namanya dr. Rima Laibow, aktif di National Association of Nutrition Professional 2005 Conference, kutipannya yang terkenal, dituliskan pada awal pertama halaman novel Codex : ” Mereka yang menguasai makanan dewasa ini (akan) menguasai dunia. Hanya mereka yang kaya, yang mampu menyuplai gizi dan vitamin dalam makanan mereka, yang akan tetap bertahan hidup…”
Kutipan Dr. Rima Laibow memang terkesan menohok. Namun sejatinya bisa diartikan dengan kalimat sederhana, semacam ini, hiduplah sederhana dengan makanan dari alam. Kurangi dan perlahan pastikan, hindari minuman dan makanan instant. Perbanyak asupan vitamin mineral yang didapatkan langsung dari makanan segar buah-buahan dan sayuran hasil palawija dan kebun dari petani kita. ***
Majalengka. Penulis adalah Tukang Ulin, Tukang Maca, Tukang Nonton
Comment here