Ade Realism, Perupa Majalengka Sedang Membuat Patung Ki Bagus Rangin di Galeri Peka
MAJALENGKA -macakata.com – Pelukis yang bisa melukis dengan mata tertutup itu, kini tengah menyelesaikan sebuah patung.
Arca itu dikerjakan di depan gedung yang sudah lusuh. Tergeser pamor oleh gedung megah di sebelahnya, yang baru dilounching awal tahun 2020.
Dekat area Tourisme Information Centre (TIC) eks Fujasera, sebagian menyebut Taman Ekspresi Majalengka, menjadi saksi bisu pembuatan kreasi arca bersejarah ini.
Patung itu adalah seorang pahlawan. Namanya tidak asing lagi di telinga kita. Bagus Rangin. Sosoknya melegenda di tanah Bantarjati, Jatitujuh, Kedongdong Susukan- Cirebon, Rajagaluh, Palimanan, Sumedang, Subang, Bandung hingga Karawang.
Ditangan si pelukis, Ade Realisme mencoba untuk mengukir sosok arca Bagus Rangin itu, kini tampil dengan sentuhan modifikasi yang baru. Golok atau bedognya tidak sama dengan yang ada pada arca Ki Bagus Rangin yang telah lebih dulu dibuat. Hingga kini pun, arca Bagus Rangin masih ada di Depan Balai Desa atau Kantor Kuwu Kedongdong Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, maupun yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Golok atau Bedog yang ditorehkan dalam patung Bagus Rangin, karya Ade Realism ini, menggambarkan ciri khas produksi Cigasong. Dulu, Cigasong terkenal dengan sebutan si pembuat bedog. Salah seorang pembuat golok pada waktu itu yang terkenal yakni Mpu Yogawiswa.
Sementara cemetinya, punya filosofi tersendiri, meskipun tak berbeda dengan yang ada pada patung Bagus Rangin lainnya.
Arca ini tampak lebih besar dan jangkung daripada patung Bagus Rangin yang sudah lebih dulu ada. Netizen bahkan mencuitkan, soal tinggi badannya yang mirip dengan si pelukisnya, tegap dan jangkung.
Bermodalkan tiga sak semen, dua karung pasir, serta tiga kilogram ram kawat, besi 15 kilogram dan tujuh ember split, Ade Realism mulai memoles arca Bagus Rangin.
Ade mulai merancang patung ini sejak 07 Maret 2020 lalu. Motivasinya yakni ingin ada pengembangan seni patung, serta mengeksplor sisi pahlawan lokal. Tentu saja, hasrat utamanya hanya untuk mengekspresikan diri. Ditambah, di wilayah Jatitujuh maupun Bantarjati, belum ada ikon patung Bagus Rangin ini.
“Setahu saya, di Jatitujuh atau Kertajati belum ada patung sosok berpengaruh Bagus Rangin. Padahal menurut sejarah, Bagus Rangin lahir di Bantarjati,” ujarnya, saat ditemui di sekretariat Peka, Minggu, 03 Mei 2020.
Berdasarkan budaya lisan dan keterangan yang ada, perawakan Bagus Rangin memang biasa-biasa saja. Sembada. Fisiknya tegap berisi.
Meski oleh orang Belanda waktu itu, Bagus Rangin dikatakan berandalan yang nakal, hal itu karena sifat dan sikapnya yang selalu menentang, berontak menghadapi perlawanan tentara Belanda. Sementara di kalangan pribumi, Bagus Rangin adalah sosok ulama, ajengan, kiayi yang pemberani dan penuh strategi cerdik untuk mengalahkan tentara Belanda.
Bagus Rangin terus melakukan perlawanan ke pihak Belanda selama 13 tahun lebih, dari 1805 hingga 1818. Bahkan cerita perang Bagus Rangin ini, jika difilmkan, lebih rumit dan banyak plot mendebarkan, dibandingkan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro.
Bagus Rangin dan pasukannya bisa mengalahkan ribuan musuh dengan taktik cerdik, selalu memperdaya pasukan Belanda, dengan cara digiring masuk ke kebun tebu. Setelah itu kebun dibakar. Sementara Bagus Rangin dan pasukannya tinggal menunggu di luar area kebun tebu. Selanjutnya, mereka menumpas habis tentara Belanda yang batuk-batuk dan perih matanya karena panas, keluar dari kebun tebu yang telah dibakar.
Namanya melejit karena keberaniannya menentang musuh Belanda. Serta pidatonya yang selalu membakar semangat. Seruan ceramahnya itu bisa disejajarkan dengan pidato yang mirip orasi Bung Karno.
Sekali Bagus Rangin berorasi, ribuan warga yang mendengarkan langsung, seketika itu berteriak setuju. Bagaimana dengan data sejarah lainnya? Oh, ya, sebelum Bandara Kertajati berdiri megah dan dilounching Presiden RI pada Juni 2018 lalu. Seminar nasional tentang pahlawan Bagus Rangin sempat berlangsung pada bulan September tahun 2015. Sebuah Fokus Grup Diskusi (FGD) yang konsen membahas tentang kepahlawanan Bagus Rangin.
Diskusi yang berlangsung di gedung SKB Majalengka, melibatkan ahli sejarah, penulis sejarah, tokoh budayawan dan seniman se-Ciayumajakuning.
Dalam diskusi ini, politisi yang juga anggota DPR RI dan DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PDIP hadir menyimak dari awal diskusi hingga selesai. Hadir pula politisi dari PKB. Diskusi ini sempat memanas, karena perbedaan pengetahuan sejarah yang beragam mengenai Bagus Rangin. Namun, dari perbedaan sumber pengetahuan tersebut, mayoritas pro-kontra setuju, bahwa Bagus Rangin selalu melakukan perlawanan terhadap Belanda, oleh karenanya pantas disebut pahlawan.
Ketua Grup Majalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana mengatakan, menurut tradisi lokal Jatitujuh, Bagus Rangin lahir di Bantarjati tahun 1761 Masehi. Beliau merupakan putra dari Bagus Gara. Dalam catatan silsilah yang ditulis R. Khalil Abdullah, Bagus Rangin keturunan Pangeran Arya Panengah Abu Hayat Suryakusah atau lebih dikenal Pangeran Surianegara, yang memberontak kepada kolonial Belanda, bersama kakaknya yaitu Sultan Muhammad Sofiudin Matangaji.
“Berawaal dari kesewenangan kolonial adanya pajak sewa tanah, tanam paksa dan lain sebagainya, yang menyengsarakan rakyat, Ki Bagus Rangin mulai berontak dan melawan Belanda.” ujar Naro, melalui chating via ponselnya, Sabtu, 02 Mei 2020.
Pria yang akrab dipanggil Mang Naro menambahkan, gambaran perawakan Bagus Rangin pernah dicatat waktu Bagus Manoh atau Bagus Manuk, yakni sepupunya Bagus Rangin yang tertangkap Belanda 26 Januari 1812.
“Saat diinterogasi itu, Bagus Manuh menyebutkan bahwa Bagus Rangin seorang pria berumur 50 tahunan berperawakan sedang. Tak begitu gemuk, memiliki kulit hitam berbintik yang tak pernah sembuh, suka berpakaian yang terbuat dari kain kasar.” ujarnya.
Mang Naro, yang juga aktif di Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) mengatakan, sumber literatur tersebut berdasarkan catatan sumber Bundel Cheribon nomor 39/8, Cheribonsche Expeditie 1818. Catatan ini berasal dari Dr Miftahul Fallah, M.Hum
“Namun, bisa saja keterangan Bagus Manuh itu keterangan palsu, dengan alasan supaya Bagus Rangin aman dari kejaran pihak Belanda.” ungkapnya.
Naro menjelaskan keterangan Bagus Manuh soal perawakan Bagus Rangin palsu itu bisa saja terbukti, dengan alasan Bagus Manuh ketika ditanya soal bantuan Rahyat Sumedang ke Ki Bagus Rangin, dimana dan dusun mana rakyat Sumedang yang memberikan bantuan? Bagus Manuh tidak menjawabnya.
“Berdasarkan keterangan lainnya, Bagus Rangin dan kawan-kawan itu bersembunyi dan dilindungi di sebuah dusun daerah Sumedang,” ujarnya.
Masih kata Naro, hasrat lainnya tentang eksistensi Bagus Rangin yakni soal keinginan Bagus Rangin adalah mendirikan suatu negara yaitu Nagara Pancatenga. Hanya saja, keinginan tersebut tidak ada lagi kisah selanjutnya.
“Tidak tersebut lagi terkait keinginan Bagus Rangin itu. Kemungkinan tidak terwujud, karena tertangkap pihak Belanda,” ucapnya.
Soal makam Bagus Rangin, Naro menjelaskan bahwa ada keterangan yang menyatakan Bagus Rangin dieksekusi di dekat sungai Cimanuk daerah Karangsambung Kadipaten. Namun ada keterangan lisan lainnya, Bagus Rangin menghilang dan membaur dengan warga Kedondong Kabupaten Cirebon, lalu pergi ke daerah Bandung.
“Keterangam lisan lainnya, Bagus Rangin mengikuti perang besar di daerah Kedondong, bersatu dengan Bagus Serit Nairem tahun 1818. Malah ada satu orang guru namanya R. Ernawan Sukma.” ujarnya.
Masih kata Naro, Ernawan Sukma merupakan warga Bandung. Beliau menyebutkan makam Bagus Rangin ada di Kiangroke Banjaran. Bagus Rangin dinyatakan berhasil lari dari kejaran Belanda dan kabur ke Bandung, serta menyamar menjadi bujang di Dalem Bandung. Bagus Rangin sempat mengganti namanya menjadi Raden Sumapraja.
“Di Bandung sana, dia kemudian menikah dengan keponakan Dalem Bandung. Menurut keterangan Rd. Ernawan, makam Bagus Rangin ada di Kiangroke Banjaran Bandung. Ini sumbernya, katanya dari kakek buyutnya berdasarkan catatan tahun 1907, namun ini pun harus diteliti lagi. Sebab yang menulisnya bukan sumber primer, dia bukan pelaku atau saksi hidup.” ungkapnya.
Naro menambahkan orasi Bagus Rangin bisa membangkitkan semangat perlawanan. Karena dimana-mana banyak yang mendukung dari rakyatnya. Ribuan warga kompak bergabung dengan perjuangan Bagus Rangin.
“Kisah dan cerita itu berasal dari sumber-sumber keterangan misalnya RA. Opan Syafari Hasim, Dr. Miftahul Fallah, Djoko Marihandono, Supali Kasim. Ajip Rosidi, penulis asal Ciborelang juga menulis Bagus Rangin dalam bentuk cerita.” ungkapnya.
Naro menjelaskan berbicara tentang Bedog Bagus Rangin, yang kini tengah dibuat oleh Ade Realism, berasal dari Buyut Limanah untuk Bagus Rangin. Sementara yang ada dipatung Karya Ade, menggambarkan produk Cigasong, sebab pernah ada seorang pembuat alat perang seperti tombak dan bedog, waktu itu pembuat golok paling terkenal pada masa itu bernama Mpu Yogaweswa.
Mpu ini terkenal sampai ke negara luar. Malahan, pihak Belanda menyimpan bedog buatan Cigasong, yang hingga kini masih ada di museum Leden Belanda.
“Bentuknya persis seperti arca Bagus Rangin yang kini diselesaikan mang Ade.” ungkapnya.
Senada, Ketua Sanggar Sekar Laras di Bongas Kulon Kecamatan Sumberjaya, Darto JE mengatakan Cemeti itu filosofinya adalah ciri seorang pemimpin pada jaman itu. Juga sebagai simbol perlawanan. Pada zaman itu banyak orang yang suka dengan cemeti oleh mandor dan centeng. Ki Bagus Rangin membalaskan rasa sakit itu.
“Sewaktu perang cemeti itu selalu dibawa-bawa? Ya, Dan dalam perang itu Bagus Rangin selalu memakai strategi perang yang unik. Dia punya nama strategi satu persatu,” ungkapnya.
Darto, yang juga aktif di Dekkma menuturkan, Bagus Rangin juga memimpin perang terbuka, Perang Kadondong, beliau menggunakan strategi buaya mangap dan menjebak pasukan kompeni untuk masuk mengejar ke dalam kebun tebu.
“Setelah pasukan kompeni masuk kebun tebu, lalu di bakar dari luar. Sementara pasukan Bagus Rangin menunggu di luar dan membantai pasukan kompeni, yang menghindari api di kebun tebu itu,”ujarnya.
Darto menceritakan strategi yang di gunakan adalah tutup kembu, kepung wakul, buaya mangap. Tutup kembu itu artinya jebakan atau perangkap yang sulit untuk bisa lepas karena tertutup rapat. Istilah kembu biasanya di pakai untuk menjebak ikan atau tempat katak.
“Dengan kata lain kepung wakul melingkar rapat, seperti orang menghadapi bakul dengan sangat lapar, seperti buaya mangap yang siap menanti makanan,” lanjutnya.
Bagus Rangin banyak berguru di berbagai tempat, termasuk seorang ajengan di wilayah Rajagaluh. Bagus Rangin lahir, jauh sebelum KH. Abdul Halim ada. Sementara Perang Kedondong itu berlangsung dari 1802 sampai tahun 1818.
Wilayah pergerakan Bagus Rangin menyebar dari mulai Bantarjati sampai Palimanan, serta Pancaksuji adalah salah satu bascam Bagus Rangin. Dalam setiap pertempuran dan pemberontakan, Bagus Rangin, juga selalu menunjuk seseorang yang disamakan pakaiannya dengannya, dan harus menggunakan nama seperti beliau. Tujuannya untuk mengecoh kompeni Belanda dan menumbuhkan sifat patriotisme.
“Ide itu diilhami dari tarikh Rosulullah, ketika akan dibunuh oleh pemuda Quraisy. Saidina Ali yang menggantikan posisi Rosul di kamarnya dan Rosul selamat dan terus memimpin umat,” ujarnya.
Soal perawakan Bagus Rangin, Darto menjelaskan perawakan Bagus Rangin itu standar orang Jawa. Di sebut kecil karena memang orang Belanda waktu itu tinggi-tinggi.
“Harita, Walanda pan jarangkung. (Dulu, orang Belanda itu tinggi-tinggi). Dia (Bagus Rangin) itu sembada, tegap berisi,” tandasnya.
Sementara itu, menurut sejumlah sumber, Bagus Rangin tertangkap pihak Belanda, karena dikhianati oleh warga pribumi. Pihak Belanda memberikan hadian cukup besar kepada warga pribumi tersebut dan jabatannya naik.( Noveldy Haidar/Diana Ha)
Comment here