OPINIPENDIDIKAN

Covid-19 Versus Tri Pusat Pendidikan

Oleh : Yanti Heriyawati

MACAKATA.COM – Pendidikan dimaknai sebagai proses menjadikan anak didik dewasa dan proses melatih akal sehat melalui sistem pembelajaran. Lain halnya jika pendidikan diartikan sebagai proses transfer pengetahuan, maka senyatanya sistem pembelajaran secara online seperti yang dilakukan dalam menghadapi pandemi ini, merupakan cara yang paling tepat untuk sekarang. Namun kenyataan di lapangan begitu berbeda.

Bisa efektif karena tujuan akan tercapai. Bisa efisien karena tidak perlu menggunakan biaya mahal. Hanya bermodal akses internet. Semua materi pembelajaran dapat dilahap dengan cepat. Terlebih pertautan antara dunia digitalisasi dan anak-anak begitu lekat.

Beberapa bulan terakhir ini, Indonesia digerogoti Covid-19, yang menyebabkan beberapa sektor terpenting lumpuh, termasuk sektor pendidikan face to face. Pemerintah ambil langkah agar Pendidikan tetap berjalan sebagaiman mestinya, melalui kebijakan satu pintu, yakni pembelajaran daring. Dalam praktiknya menuai banyak persoalan. Terlebih lagi akses dan sinyal internet di beberapa desa, tidak memadai.

Situasi saat ini sesungguhnya menantang para pemegang kebijakan dalam menyusun sistem Pendidikan yang relevan. Gejala alam tak dapat dihindari, tetapi nyatanya kita belum siap tanggap menghadapinya. Termasuk melakukan plan B, mengenai kesiapan pembelajaran daring secara masif.

Intruksi pembelajaran melalui daring tanpa kesiapan secara sistem belum menyeluruh. Yang terjadi di lapangan terkesan peliburan. Tidak ada belajar di rumah, kerena kesulitan akses internet, di beberapa wilayah pedalaman. Faktanya tidak semua anak bisa mengikuti pembelajaran. Juga tidak semua guru atau dosen optimal memberikan pembelajaran. Orangtua juga tidak siap menjadi guru di rumah untuk anaknya. Para mahasiswa gagap belajar mandiri.

Pembelajaran daring menuai protes dari para orang tua. Situasi menjadi chaos, anak menjadi bingung dan murung. Proses pembelajaran menjadi terhambat, interaksi dengan teman-teman kurang, relasi terhadap orang tua menjadi lemah. Hal ini menunjukan ketidaksiapan semua pihak. Orangtua mengandalkan Pendidikan hanya di sekolah. Hanya di sekolah.

Memaknai Tri Pusat Pendidikan

Diperlukan kesadaran bersama, bahwa keberhasilan Pendidikan dibangun oleh tri pusat Pendidikan yang digagas pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga saat ini sering digemakan dalam dunia pendidikan sebagai ekosistem pendidikan. Apa yang ditawarkan oleh Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tentang merdeka belajar bertautan dengan ekosistem pendidikan.

Tri Pusat Pendidikan terletak pada Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah sebagai Ekosistem Pendidikan. Filosofis ini layak digunakan untuk melawan Covid-19, dalam hal sektor pendidikan secara nasional.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 10 dijelaskan bahwa, satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Sesungguhnya Pendidikan keluarga dan masyarakat merupakan Pendidikan informal yang telah ditetapkan oleh Undang Undang.

Belajar di rumah dalam situasi bencana non alam penyebaran virus covid-19 ini, seperti hendak mengembalikan rumah sebagai sekolah utama dan orang tua sebagai guru pertama dan sepanjang hayat bagi kehidupan anak.

Seperti kata pemikir Amerika John Dewey ‘Guru pertama saya dalam mengenalkan pentingnya pengetahuan adalah ibu ketika di rumah’. Memang tidak ada sekolahnya untuk menjadi orangtua sekaligus guru. Namun situasi seperti ini bisa dimanfaatkan bersama untuk belajar dan berguru, bagaimana menjadi orangtua yang dapat digugu dan ditiru ketika berada di rumah.

Sistem pembelajaran daring di rumah seperti sedang mengembalikan track Pendidikan. Melalui orangtua, proses pembelajaran sesungguhnya. Proses menjadikan anak tumbuh dewasa sesuai dengan masa perkembangan. Sekolah senyatanya hanya sebagai tempat transit learning dimana setiap anak mendapatkan ruang interaksi sosial lebih luas. Sekolah sebagai ruang tempat melatih kepekaan jiwa dan tubuh terhadap lingkungan di luar rumah. Pendidikan yang mengarah pada karakter anak ya di rumah.

Proses pembelajaran di rumah, juga masih dekat dengan sistem pembelajaran homeschooling atau Sekolahrumah, seperti yang tertera dalam Permendikbud Nomor 129 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 4 Sekolahrumah adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orangtua/keluarga di rumah… Dipertegas pada pasal 3 bahwa sekolah di rumah dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dengan pembelajaran mandiri.

Sistem Pendidikan pada hakikatnya adalah proses mendapatkan pengalaman, berinterkasi, melihat, mendengar, dan merasakan. Bagian inilah bisa didapatkan melalui kontak langsung. Maka pembelajaran daring tidak akan sampai pada hakikat Pendidikan. Virus Corona seperti telah memutus mata rantai ekosistem pembelajaran. Pendidikan hanya mengadalkan orangtua di rumah. Tidak di sekolah dengan banyak teman untuk berbagi. Tidak ada masyarakat untuk belajar tentang keragaman.

Alam seperti sedang mengembalikan setiap manusia kembali kepada fitrahnya. Bagaimana menjadi orang tua, bagaimana menjadi anak, bagaimana menjadi mahasiwa yang mandiri, peran individu dalam kehidupan sosial, bagaimana menjadi guru atau dosen. Tidak sedikit pembelajaran daring melahirkan metode-metode kreatif dari para pendidik dalam menciptakan strategi pembelajaran dalam situasi pandemi ini. Di jaman pelik ini, kita semua diuji untuk tetap menggunakan akal sehat untuk tetap bekerja secara estafet dalam menjalankan Tri Pusat Pendidikan. ***

Yanti Heriyawati, Penulis adalah Direktur Pascasarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Comment here