BISNISTravel

Kurir JNE Amanah, Menelpon Puluhan Kali Memastikan Paket Sampai Tujuan

MAJALENGKA – macakata.com – Pengalaman ini saya alami dua tahun lalu. Waktu itu pertengahan Desember 2018. Hape jadul Nokia saya ada dalam saku celana jeans. Ketika mengendarai motor, mana sempat saya membuka dan memegang hape. Suara dering telpon yang kusetting dengan musik Pop nge-Rock dengan volume tiga digit (mendekati suara full maksimal) sama sekali tak terdengar.

Mungkin, hape jadul Nokia saya dalam saku terus berbunyi dengan deringan suara musik penggugah semangatku. Tetapi, suara gerungan dan klakson mobil di jalan raya Maja-Cikijing Majalengka tetap saja lebih mendominasi. Saya terus fokus ke depan, melihat jalanan yang berliku dan berkelok, sesekali menanjak.

Barulah setelah saya sampai di sebuah kolam renang di perbatasan antara Cikijing dan Talaga, saya memegang hape jadul Nokia. Ada sepuluh kali panggilan tak terjawab. Tak ada nama. Namun ada sms masuk.

Bunyi tekstual sms tersebut, yakni, “Mohon maaf bapak/Ibu, saya dari JNE, kiriman paket dokumen ini saya serahkan ke pak RT. Mengingat bapak saya telpon dari tadi gak diangkat-angkat. Tetapi saya sudah memastikan bahwa bapak memang betul warga desa ini. Nomer hape bapak juga betul, sama tercatat di hape pak RT. Tinggal di blok dan RT ini.” Begitu kira-kira bunyi tekstual dari kurir JNE tersebut. Ia memperkenalkan diri terlebih dahulu, lalu menyebut nama saya untuk memastikan.

Karena nama dan alamat saya sudah benar. Maka, saya pun mengucapkan terima kasih kepadanya. Bapak RT yang dimaksud adalah benar, juga tetangga saya. Jadi paket itu sudah berada di tangan yang benar, dan petugas kurir JNE itu sudah melakukan tugasnya menyampaikan amanah kiriman barang tepat ke alamat yang dituju. Meski harus diakui, saya dan keluarga sedang liburan akhir pekan. Waktu itu, saya masih ingat, itu hari Sabtu.

Sebelumnya, saya belum pernah berurusan dengan kurir atau pengantar barang pada perusahaan ekspedisi pengiriman barang selain dari kantor pos. Namun, mengalami langsung bagaimana dilayani oleh petugas selain petugas Pos, saya merasa punya pandangan berbeda. Karena petugas pos, jarang-jarang ada yang sampai menelpon puluhan kali ke nomer hape alamat yang dituju.

Kata teman yang mengirimkan barang di daerah Purwakarta itu, berkas dokumen kertas mirip naskah dikirimkan pada hari Kamis siang dari sana. Sampai ke tempatku hari Sabtu siang. Berkas kiriman itu sampai dalam waktu dua hari. Itu sesuai jadwal.

Saya lupa lagi resinya nomer berapa dan di cabang JNE yang mana, temanku itu mengirimkan paketnya. Tetapi, saya ucapkan, terima kasih JNE dan kurir yang telah mengantarkan paket itu hingga sampai ke tangan saya. Kemudian, saya mengambilnya pada sore hari ke rumah pak RT. Utuh dan belum dibuka. Ada keterangan dan logo JNE. Berkas tersebut telah membantu saya untuk menyelesaikan suatu program. Tanpa berkas itu, saya tak akan berangkat keluar kota sesuai jadwal, karena saya harus berangkat dengan berkas itu hari Senin, lusanya. Saya gembira. Saya bahagia.

Oh, ya, padahal, dengan nomer yang dihubungi selama sepuluh kali oleh kurir itu, nomer tersebut juga sudah terhubung ke aplikasi WhatsApp. Kenapa juga kurir itu mempertahankan untuk menelpon lewat jaringan biasa? Itu juga yang membuatku takjub, karena lewat jaringan biasa, pulsa akan tersedot. Padahal kuota lebih hemat.

Namun, itulah bisnis layanan jasa JNE. Pada saat yang lain terlena dengan online, JNE Hadir dengan kombinasi keduanya. Online dan Offline. Bukankah barang harus diantarkan secara nyata dan fisik? Di sinilah saya pikir, JNE hadir menyatukan kedua elemen, kehebatan digital disatukan dengan keunggulan dan ketepatan layanan jasa. ( Herik Diana)

#jne#jne30tahun
#connectinghappiness
#30tahunbahagiabersama

Comment here