Macakata.com – Hanya 12 persen saja orang kidal di dunia ini. Dia yang selalu menggunakan tangan bagian kiri-nya untuk beraktifitas seperti menulis, makan dan melakukan akifitas penting keseharian lainnya. Orang kidal, jarang mengunakan tangan kanannya. Kita, sebaliknya. Jarang menggunakan tangan kiri.
Berbagai penelitian menyatakan orang kidal lebih cerdas, lebih kreatif dan hal positif lainnya. Versi penelitian lain menyebutkan, orang kidal juga punya efek negatifnya. Tapi saya tak mau membahas tentang dua versi penelitian itu. Penelitian itu menurut saya harus diperbaharui, harus kembali di up date. Saya hanya akan menceritakan perbandingan dari sisi analogi dan logika.
Kekuatan tangan dan kaki kanan kita, karena lebih sering digunakan, tentu lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan tangan kiri. Termasuk soal respon refleks. Tangan kiri kita jarang digunakan, karena kita bukan orang kidal, seperti orang barat sana. Kita lebih sering, 95 persen menggunakan tangan kanan untuk membuka pintu, menstater motor, menggerakkan kunci mobil, membuka lemari, menyalakan listrik melalui stop kontak, dan masih banyak lagi daftarnya. Jarang kita, menggunakan tangan kiri untuk melakukannya.
Oleh karenanya, jangan heran, ketika tangan kiri akan lebih sering digunakan ketika tangan kanan terluka, misalnya. Tangan kiri secara otomatis menggantikan peranan tangan kanan.
Mulai dari makan, mencoba melukis atau menulis manual dengan pensil dan kertas, menyalakan komputer dan lain sebagainya. Sebetulnya, dalam kondisi normal, jika kita seimbang menggerakkan tangan kiri, mengolahragakannya, dengan cara sederhana seperti menekan kipas angin mungil, yang saat ini sering dibawa oleh kalangan perempuan, wanita karier. Atau, sengaja menggerakkan jari tangan dengan menggenggam Hand Grip Portable. Alat genggam gym yang harganya kurang dari lima puluh ribu.
“Daripada olahraga disengajakan, saya lebih enak menekan-nekan kipas mini ini, saya coba dengan tangan kiri, menyenangkan, ini saya khususkan untuk olahraga jari tangan kiri, ” ujar seorang ibu.
Tujuan utamanya memang untuk menghilangkan gerah di kantor dan dalam perjalanan. Tapi sebetulnya, tujuan lain yakni menggerakkan tangan kiri. Sebab, tangan kanan sudah ada aktifitas lain, yakni melihat pesan-pesan yang ada ponsel cerdas. Hape. Gawai. Gadget. Smartphone.
“Tangan kiri juga perlu digerakkan. Butuh diaktifkan untuk menyeimbangkan tubuh lainnya.”
Kebanyakan olahraga kita, lebih pada tujuan gengsi. Ketika banyak orang bersepeda, ramai-ramailah membeli sepeda. Termasuk perlengkapannya. Itu bagus juga utuk memotivasi olahraga. Tapi, sejatinya, olahraga tak harus memakai seragam. Telanjang juga bisa. Itu tuh yang sering dilakukan suami istri teladan. Itu juga olahraga. Menyenangkan lagi. Hehehe.
Di rumah saja dengan menggerakkan semua tangan, kaki, mengikuti gerakan dan fose gaya Yoga. Asalkan itu digunakan dengan tenang dan standar niat kesehatan, manfaatnya luar biasa.
Tujuan olahraga saat ini dikaburkan oleh tujuan rekreasi dan kesenangan berkumpul bersama teman-teman. Itu memang bagus juga. Sah-sah saja. Dari sisi teori psikologi, sebagian besar orang, memang belum bisa beraktifitas sendiri-sendiri. Dalam teori psikologi massal, itu disebut prinsip kepatuhan mayoritas. Semua orang melakukannya, saya harus, begitu motif terbesarnya.
Tetapi, bagi anda yang tak punya sepeda, tak punya helm seragam mahal, tak perlu berkecil hati, ingat saja bahwa tujuan olahraga adalah menggerak/gerakkan anggota tubuh dan olah pernafasan yang teratur. Selalu ingat bahwa tangan dan kaki kiri pun, harus sama sama punya porsi digerakkan. Supaya tubuh seimbang. Prinsip keseimbangan berlaku bagi organ semua bagian tubuh. Bagian kiri dan kanan.
Saya punya teman, pensiunan petugas, yang dulu bekerja di Puskesmas. Pada usianya yang sudah hampir 60 tahun, fisiknya masih utuh seperti usia 35 tahun. Dia bilang, olahraga yang baik itu olahraga sederhana, tapi menggerakkan semua badan.
“Olahraga itu penting, tapi lebih penting lagi, selalu gerakkan semua otot tubuh, termasuk aktifkan otot-otot bagian kiri. Kita selalu lupa mengolahragakan tangan dan kaki kiri, padahal itu bagus untuk keseimbangan dan mencegah stroke,” ujar pria yang diketahui bernama Subeno, mantan petugas Puskesmas Sumberjaya. Jarang masuk ke ruangan gym, tapi suka olahraga sederhana.
Dia juga bilang, asupan konsumsi makanan ke tubuh juga harus lebih baik. Dia selalu mengkonsumsi makanannya dalam keadaan segar dan mentah yang sudah dicuci bersih.
“Gizi terbaik tetap harus didapatkan dalam makanan segar,” ujarnya. ( Shelby AR)
—Penulis adalah Ibu rumah tangga. Pengelola taman baca dan perpustakaan. Penyuka olahraga Yoga. Sudah itu saja.
Comment here