Kini Berdiri dengan Nuansa Terakota yang Aduhai
MAJALENGKA – macakata.com – Sepekan sudah Alun-alun megah nan eksotik dibuka untuk umum. Nuansa terakota dengan warna merah maroon mirip genteng itu, terlihat mencolok namun tetap elegan. Keindahan baru memang selalu mengundang mata siapa saja untuk melihat dan mendatangi tempat itu.
Siapa bilang dunia sekarang harus serba daring. Virtual dan zoom meeting tetap saja membosankan. Faktanya, peresmian itu juga dilakukan bukan daring. Tidak virtual. Belajar online di rumah saja sudah sangat membosankan. Memusingkan para orangtua.
Karena kelemahan dalam jaringan (daring), tak bisa merasakan sentuhan langsung, serta tidak bisa membaui dan menghirup udara yang ada di Alun-alun Majalengka yang baru. Daring tak bisa melakukan sentuhan semua itu.
Itulah kenapa ribuan orang warga Majalengka, dari berbagi kecamatan, mendatangi langsung alun-alun yang baru itu. Mobil odong-odong pun laku keras. Membawa penumpang asal desa-desa, piknik dengan biaya yang ekonomis.
Sayangnya, katanya sekarang Alun-alun Majalengka kini tertutup. Pengalihan arus dilakukan. Contraflow diberlakukan.
Kalian tahu gak? Bahwa beberapa puluh tahun ke belakang, Alun-alun Majalengka yang kini megah berdiri, pernah terjadi luapan lumpur. Itu terjadi pada tahun 1910 sampai 1920. Nyaris sepuluh tahun. Tapi itu dahulu kala, sudah lama sekali.
Di sisi sebelah timur lainnya, yakni yang ditempati oleh Pagadaian dan Lapas, di sana juga pernah terjadi tanah yang amblas, cukup dalam.
Alun-alun yang megah ini, merupakan tempatnya titik lumpur. Alun-alun kini masih dikagumi warga Majalengka. Alun-alun dengan nuansa terakota yang memanjakan mata, ketika adzan Isya, barisan dalam masjid masih kalah jauh banyaknya dengan penghuni alun.
Ngobrol dengan Komunitas Grup Madjalengka Baheula (Grumala), dengan ketuanya, Nana Rohmana membenarkan adanya peristiwa luapan lumpur mirip Lapindo.
Cerita tentang luapan lumpur di Alun-alun Majalengka memang ada, itupun cerita dari para sepuh yang masih hidup, biasanya mereka pun tidak ada yang mengetahuinya, sebuah kisah kejadian aneh yang hampir punah!
“Saya sempat bertanya kepada orang tua tentang adanya kejadian sekitar tahun 1910-1920. Dimana di tengah Alun-alun Majalengka, waktu itu masih terdapat pohon beringin. Di dekat pohon beringin itu keluar lumpur dan membentuk kubangan, memang orang tua pernah mendengar cerita kejadian singkat, namun sedikit menakutkan,” ungkap Naro memulai cerita, Minggu, 14 Februari 2021.
Setelah kubangan lumpur berhenti, ada lagi kejadian alam lainnya, yaitu tanah amblas di sekitar Roemah Pendjara, kini Lembaga Pemasyarakatan Majalengka,
“Itu menurut cerita orang tua saya,” ujar Naro. “Kemarin saya dapat photo tentang amblasnya tanah di jalan raya Majalengka dari Kang Rian Arfiansyah Soebagja yang sumbernya dari e-book kebencanaan Indonesia, sayang tidak disertai dengan keterangan tahun berapa, cuma kalau diperhatikan, memang itu photo lama,” ungkapnya.
Naro berkisah, mungkin cerita kejadian alam luapan lumpur di Alun Majalengka benar adanya dan sempat membuat geger penduduk kota Majalengka, layaknya Luapan lumpur Lapindo atau musibah yang kini terjadi di Palu Likuifaksi tanah.
“Waktu itu luapan lumpur di Alun-alun Majalengka berhasil dihentikan karena ada keahlian dari seseorang yang bernama Raden Sunjaya Asnap, entah dengan cara apa luapan lumpur itu bisa berhenti.”
Kemudian, lanjut cerita Naro, atas jasanya waktu itu, Raden Sunjaya diberi lahan tanah yang cukup luas, yakni kereta (bendi) dengan kudanya yang gagah. Raden Sunjaya selain berilmu tinggi, beliau juga mempunyai keahlian dalam meramu obat tradisiomal. Singkat cerita, tahun 1927 Raden Sunjaya meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum Pasir Muncang Tonggoh.
“Orang sekitar dan keturunannya menyebutnya Embah Buyut Dukun. Sayang keahliannya tidak diturunkan kepada anak cucunya, termasuk buyutnya yaitu Wa Ahmad Soeardy,” ujar Naro.
Grumala dengan komunitasnya menyimpan catatan sejarah ini. Cerita Kejadian alam luapan lumpur Alun Majalengka ini jangan sampai hilang ditelan zaman.
“Agar kita selalu waspada bahwa bencana seperti ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja,” ujarnya. ( MC-03)
Comment here