OPINI

Siapa yang Menang Dalam Pilkades? yang Paling Banyak DOA

Oleh : Shelby AR

MACAKATA.COM – Faktor yang paling menentukan dalam sebuah kemenangan pemilihan bupati/walikota/gubernur, anggota legislatief, ataupun kemenangan kepala desa pada saat pilkades 2021 saat ini, hanya ditentukan oleh dua faktor.

Ya, hanya dua faktor saja, kawan. Itu secara garis besarnya. Sub detail dari dua faktor itu, tentu ada sepuluh atau belasan faktor lain, yang mendukung suksesi kepala desa terpilih oleh warga.

Percayalah, bukan faktor kepintaran olah kata dan berpidato saja, atau buang buang pulus saja. Tapi kelicikan dan kecerdikan untuk mengelola tim sukses dan bagi bagi pulus pada saat yang tepat, itu yang paling menentukan.

Ayolah, tak usah ragu membicarakan alat transaksi itu. Itu sudah lumrah. Terjadi dimana-mana. Nyaris semua kalangan sepakat dan diam. Karena itulah realita yang terjadi.

Benar apa kata seseorang. Yang akan menang dalam kontestasi pemilihan dalam kategori tingkatan apapun, adalah soal DOA, kalian tau apa kepanjangan dari DOA? Dana Operasional Awal. Alias Pulus.

Namun, berdasarkan para praktisi pengalaman pelaku yang telah berhasil memenangkan momen suatu pemilihan, mereka tidak saja punya DOA. Mereka punya tim yang solid. Semua cara dikeluarkan. Semua isu dimainkan. Termasuk memancing kemarahan tim dari lawan. Ketika terjadi sebuah pertikaian, itulah yang diharapkan.

Hasilnya, bagi yang tak faham dengan situasi politik, hanya jadi penonton saja. Bagi pemerhati, tentu itu merupakan pemandangan atau tontonan yang mengasyikan, layaknya pertandingan sepak bola. Menjadi komentator yang netral, tanpa berpihak kemanapun itu lebih menyenangkan.

Hati-hati juga dalam momen pemilu tingkat apapun. Dunia sosial media kerap menjadi ajang sosialisasi dan promosi. Namun, jangan jadikan itu sebagai sebuah rujukan atau referensi. Itu hanya bagian dari momentum pesta demokrasi. Tak usah dicegah-cegah. Amati saja, tonton, lalu tertawalah.

Yang harus disikapi adalah, jangan terlalu berlebihan menyikapi momen pemilu tingkat apapun, termasuk momen pilkades saat ini. Sikapilah itu dengan biasa-biasa saja. Karena pemilu tingkatan apapun, pendukung calon presiden, pendukung calon gubernur, pendukung calon walikota, pendukung calon bupati, pendukung calon kepala desa, hampir tak pernah ada jejak mulang tarima yang real.

Kecuali, bagi mereka yang memang sudah punya kontrak tertentu, tertulis mungkin. Tapi bagi yang hanya dijanjikan secara lisan, ngapain juga harus bela-belain waktu dan tenaga untuk mendukungnya? Jangan sampai hanya karena pilkades, persaudaraan dan tetanggaan kita jadi putus.

Jangan sampai hanya karena mendukung seratus persen calon kepala desa A, atau mendukung calon kepala desa B, atau mendukung calon kepala desa C, musuhannya lebih dari satu tahun.

Pendukung calon presiden tahun 2019 lalu, saja, saat ini masih menyisakan efek di masyarakat. Meski elit yang di atas sana, semuanya sudah bergabung dalam kabinet.

***Penulis adalah, hanya ibu rumah tangga yang senang menonton situasi dan senang baca-baca.

Comment here