MAJALENGKA – macakata.com – Sebelum panen tebu berlangsung, di Sumber Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Jawa Barat, selalu ada ritual tradisional doa bersama.
Ritual atau adat budaya tradisional yang sudah turun temurun ini masih tetap dilestarikan. Musim giling tahun 2021 ini diharapkan panen tebu melimpah.
Sebelum panen tebu, pelaksanaan adat tradisional syukuran dan doa bersama tokoh masyarakat setempat adan unusr Pabrik Gula Jatitujuh dilaksanakan dengan patuh.
Usai pelaksaanaan adat istiadat tradisional, prosesi dilanjutkan dengan menebang tebu pengantin. Lima tebu pengantin ditebang satu persatu oleh kepala desa, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan kecamatan.
Hal itu sebagai simbol dimulainya panen raya tebu di wilayah Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Jawa Barat.
Di Desa Sumber Kulon Jatitujuh, tercatat ada 130 petani tebu. Sementara di sekitar PG Jatitujuh tercatat ada tiga ribu petani tebu, yang tersebar di wilayah desa Penyangga yang melibatkan kabupaten lain.
Pihak Pabrik gula Jatitujuh menargetkan tahun 2021 ini 4,3 Juta tebu bisa digiling. Dengan randoman tebu mencapai 7,35. Tahun lalu, hanya 3,2 juta tebu yang digiling. Target ada peningkatan tebang tebu hingga 4,3 juta tebu.
Sementara itu, lahan untuk areal pertanian tebu semakin berkurang. Menyusul makin banyaknya lahan yang digunakan untuk pembangunan berskala nasional maupun internasional.
Lahan sawah sendiri tak diijinkan untuk ditanami tebu. Itu karena ada kebijakan bupati yang melarang untuk memanfaatkan lahan sawah produktif digunakan untuk ditanami tebu.
Lahan sawah tadah hujan kini telah digunakan untuk ruas jalan tol, industri, bandara dan perumahan. Lahan pertanian tebu makin berkurang. Berdasarkan data Tahun 2019, lahan tebu rakyat tercatat hanya mencapai 600 hektare.
Pabrik Gula Kadipaten
Suikerfabriek Kadhipaten atau Pabrik gula Kadipaten telah eksis sejak tahun 1911. Awal berdiri tahun 1876. Pabrik gula Kadipaten itu dulunya berada di kawasan Karangsambung.
Berada di dekat Jalan Raya Deandels dengan rute Karangsambung-Ujungjaya-Conggeang-Sumedang. Juga melewati sungai Cimanuk.
Jalur tersebut juga sempat digunakan untuk mengangkut hasil panen perkebunan kopi. Siap dikirim ke wilayah Indramayu.
Selain Pabrik Gula Kadipaten, Majalengka juga punya pabrik Gula Jatiwangi. Dulu, warga setempat menyebutkan pabrik gula dengan istilah “Loji”.
Mengangkut tebu-tebu hasil panen, dulu menggunakan kereta lori. Dari Jatiwangi ada yang dikirimkan ke Kadipaten. Jalur kereta lori ini yakni Sukawera, Panyingkiran, Balida dan Ujungjaya.
Di kawasan utara, tercatat pernah dibangun jembatan lori. Sungai Cimanuk kawasan Pakubeureum adalah saksi bisu. Masih ada hingga saat ini.
Selanjutnya, pengangkutan berubah seiring kemajuan teknologi industri kereta api. Yakni menggunakan kereta api menuju pelabuhan Cirebon.
Akses ini semakin mudah. Kereta api itu memudahkan. Jalur cabang kereta api langsung masuk ke area Pabrik Gula.
Namun, lagi-lagi karena faktor tertentu dan kemajuan zaman, tahun 2.000-an, Pabrik Gula Jatiwangi tutup.
Parungjaya pun Ada Pabrik Gula
Selain Kadipaten dan Jatiwangi, juga ada Pabrik Gula Parungjaya. Namanya dulu Suikerfabriek Paroengdjaja.
Posisi Pabrik Gula Parungjaya itu, kini masuk wilayah administratif Desa Parungjaya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengaka Jawa Barat.
Berdiri sekira tahun 1848. Konon dibangun nyars bersamaan dengan Pabrik Gula Jatiwangi. Sebabnya adalah, pengusaha yang membangunnya yakni R. Twiss.
Resesi ekonomi tahun 1930-an, membuat Pabrik gula Parungjaya ini harus tutup. Pabrik gula Parungjaya ini sempatmenorehkan dunia ekonomi di sekitar Sumberjaya dan Palimanan Cirebon. Saat ini jejak bangunan Pabrik Gula Parungjaya hanya tinggal Pondasi. (MC-03)
Comment here