MAJALENGKA – macakata.com – Belum banyak yang mengetahui siapa saja orang yang pernah menjabat sebagai Bupati Majalengka pada era sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Tak terkecuali orang bernama R.M.A.A Suriatanudibrata. Suriatanudibrata menjabat sebagai Bupati Majalengka untuk periode 1922-1944.
Selama periode 1922-1944 itu, Bupati Majalengka Suriatanudibrata menorehkan hasil kerja yang cukup banyak. Bahkan hingga kini masih dirasakan.
Hasil Kerja pembangunnya itu yakni Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Regenschafraad dan College van Gecomiteerden, Pembangunan kantor Kabupaten, Pemindahan pasar Majalengka Wetan, Pembangunan Situ Sangraja.
Juga ada, Pembangunan Roemah Bola Panglipoer Manah, Pembangunan Jalan Majalengka-Talaga-Bantarujeg, Pemindahan Rakyat Bedol Desa dari Nunuk ke Majasari, Majasuka, Kodasari, Kedungkencana dan sekitarnya. Pengeboran Sumber Minyak di Bongas, Pembangunan Lapangan Udara di Jatiwangi.
Bupati Majalengka Suriatanudibrata sebagai Bupati Majalengka yang ke-delapan periode 1922-1944 ini, merupakan trah terakhir Sura Adi Ningrat, yang merupakan Bupati pada zaman kolonial Belanda.
Beliau merupakan buyut dari Kanjeng Kiayi Sura Adi Ningrat Bupati Maja 1819-1840. Sebutan lainnya, yakni Aom Dali sareng Dalem Aobasho.
Nama Dalem Aobasho diambil dari gedung peristirahatan tentara Jepang atau Roemah Aobasho, yang sekarang bangunan tersebut masih ada, yakni di belakang gedung Graha Sindangkasih Majalengka, lebih tepatnya sekarang masih tercatat sebagai Rumah Dinas Kapolres Majalengka.
Dalam catatan berkas yang ada, nama R.M.A.A Suriatanudibrata tercatat lahir di Kesenden Cirebon pada 04 Maret 1887. Ia punya istri bernama Raden Ayu Djuhwaningrat, yang lahir pada 11 Desember 1890. Ayahnya adalah R. M. Shobur Sura Adi Ningrat, pensiunan Wedana Panjalu. Kakeknya R.A.A Sura Adi Ningrat adalah Bupati Cirebon.
Masa pendidikan Bupati Majalengka Suratanudibrata ini, yakni pada 23 Juni 1905 lulus dalam ujian Klein Ambtenarexamen di Bandung. Pada Oktober 1907 mendapat ijazah dari Sekolah Pendidikan Pegawai Negeri Indonesia Opleiding Inlansche Ambtenaren di Bandung.
Pada September 1909 mendapat ijazah dari sekolah pertanian Lanbouwschool di Bogor. Tahun 1918 tamat sekolah Pangreh Praja Bestuurschool di Jakarta. Catatan ini dikutip dari sumber daftar orang terkemuka di Jawa.
Sementara pada tanggal Satu Desember 1944 diangkat menjadi Hoku Syutyoo Kan di Cirebon, kemudian menjadi Residen Cirebon.
Selanjutnya pada masa pensiun, beliau tercatat wafat pada tahun 1948 dan dimakamkan di Pasarean Girilawungan Majalengka. Di belakang makam Dalem Panungtung. (sumber keterangan tambahan Catatan 1957, Kel Rd Kd Djajawikarta).
Sementara itu, ketika berkunjung dan melihat langsung kondisi Makam Bupati Majalengka ke-delapan ini, bersama Ketua Grumala, posisi makam Bupati Majalengka ke delapan ini hampir sama dengan mayoritas makam pada umumnya. Tidak terlihat istimewa. Bahkan nyaris memasyarakat bersama makam lainnya.
Dibandingkan yang lainnya, kondisi makam yang lebih megah ada di sekelilingnya. Makam Bupati Majalengka ke-delapan ini tidak ada atap. Atapnya hanya dedaunan rindang pohon dan langit jauh di atas sana.
Menurut Ketua Grup Madjalengka baheula (Grumala), Nana Rohmana, akrab disapa Mang Naro mengatakan, berdasarkan sumber berkas yang dipelajarainya, Bupati Majalengka yang ke delapan ini memang atas nama M.R.A.A Suriatanudibrata.
“Makamnya biasa saja, hampir sama dengan makam kebanyakan. Untungnya masih ada nama pada makam beliau,” ujarnya.
Grumala juga menyayangkan karena makam Bupati Majalengka yang ke-delapan itu, tidak ada papan nama ataupun plang informasi, yang biasa menjadi penanda keberadaan makam seseorang yang berpengaruh.
Apalagi, sekelas makam seseorang yang pernah menjabat sebagai pemimpin di Kabupaten Majalengka. Makam ini terkesan kurang perhatian dari pemerintah setempat. (MC-03)
Comment here