Oleh : Shelby AR
Telah Ada Sejak Zaman Rp25 (perak) Dapat Sepuluh Tusuk
MACAKATA.COM – Bicara tentang sate, banyak ragamnya. Ada sate kambing, sate ayam, sate Maranggi, Sate Padang, sate kelinci, sate kuda dan lain sebagainya. Itu semua berbahan dasar daging.
Rasanya juga enak-enak. Hampir di tiap wilayah kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Majalengka, ada satu warung sate yang cukup terkenal. Tengok saja sendiri. Fakta itu tak terbantahkan.
Di pertigaan Cisetu Rajagaluh ada sate cukup terkenal. Di Tarikolot Palasah ada Sate Oding. Di Palasah, jalur menuju Buniwangi juga ada sate terkenal. Di Leuwimunding juga banyak.
Di Kulur, tepatnya setelah jembatan, sudah masuk wilayah Kawunghilir, ada warung sate. Di Maja juga demikian. Di wilayah kecamatan dan desa lainnya, pasti ada juga warung sate terkenal.
Sate, sepertinya selalu menjadi warung makan pavorit, sama persis seperti rumah makan Padang dan Warteg. Padahal menunya cuma sate doang. Atau ada pilihan lainnya yakni sop kambing atau sop kaki sapi, dan lain-lain dan sebagainya.
Nah, tapi ada sate kawe (KW) yang juga enak. Terbuat dari bahan bukan daging ataupun kulitnya. Tapi terbuat dari tepung tapioka atau aci. Namanya sate kikil. Mirip kulit sapi yang tebal itu. Tapi ini bukan dari kulit sapi.
Bicara sate kikil, tentu ada tempat, lengkap dengan orang yang pertama kali membuatnya. Wilayah yang menjadi pioner, perdana sekali dalam proses pembuatannya. Daerah tersebut konon menjadi sentra pertama kalinya pembuatan sate kikil yang bukan daging.
Orang kota menyebutnya sate kawe. Nama desa pembuat sate kikil itu Cidenok Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
Penjualnya tersebar. Tak hanya wilayah Ciayumajakuning saja. Bahkan hingga ke luar pulau Jawa.
Telah ada sejak tahun 1970-an. Tidak pasti juga sih. Belum tanya-tanya detail dan rinci. Belum sempat ngobrol juga dengan sesepuhnya.
Tapi besok lusa, saya pastikan, jika ada data terbaru, tulisan tentang Sate Kikil Cidenok ini bisa dibuat up datenya yang terbaru lagi.
Belum sempat banyak bicara atau diskusi dengan sesepuh di Cidenok. Kau tau sendiri sekarang lagi PPKM Mikro. Semua dibatasi.
Saya hanya ngobrol sedikit dengan penjual sate kikil yang lewat depan rumah tadi siang (akhir Juni 2021). Namanya, lupa saya. Saya tak bertanya sih. Dia sibuk mengipasi sate kikil yang dibakar di atas arang.
“Harus pakai arang, supaya rasanya mirip sate kambing dan ayam,” ujarnya sambil tersenyum.
Penjual itu pun mengatakan, rata-rata penjual sate kikil seperti yang dijajakannya adalah orang Cidenok.
Kuliner khas warga Cidenok yang telah meningkatkan perekonomian orang itu, telah eksis selama puluhan tahun. Hingga membuat sejahtera bagi para penjualnya.
Sate Kikil Cidenok telah menjadi legendaris. Menorehkan sejarah tentang kuliner khas asal Majalengka.
Tanya saja ketika beli sate kikil ini. Mayoritas menjawab orang Cidenok. Kalaupun tidak menjawab Cidenok. Jawaban kedua dan ketiga, ujung-ujungnya pasti akan menyebut wilayah asal pembuatan sate kikil pada mulanya, yakni Cidenok.
Cidenok, terkenal karena kulinernya sate kikil. Sate khusus yang menggunakan bahan dasar semi daging. Bukan daging sebenarnya. Tapi dibuat dari bahan alternatif. Kawe tapi kreatif. Sate Kikil Cidenok itu warnya kuning kunyit. Rasanya luar biasa enak. Harganya tak menguras dompet.
Rasanya juga enak. Bumbunya menggunakan bumbu kacang. Bumbu yang hampir sama seperti bumbu somay atau kupat tahu.
Kuliner Majalengka cukup banyak. Potensinya juga menjanjikan. Fakta bahwa penjualnya bisa sejahtera dapat disaksikan sendiri. Tanyalah ketika beli. Tanyalah ketika lewat depan rumahmu. ***
Penulis adalah penyuka kuliner. Penyuka bacaan.
Comment here