BUDAYATOKOH

Puisi Rendy Jean Satria

Puisi Rendy

Kesaksian Tahun 2021

Bagai matahari yang retak

Jiwa dan badan tidak bersatu

Dalam diri. Orang-orang menjerit

Di bentangan negeri ini.

Bagai wine yang tumpah

Di atas meja, airmata tak henti-henti

Mengalir di sepanjang nadi manusia

Di antara sirine ambulans

Dan kepalan kemarahan

Napas tinggal sejengkal

Aku melihat wajah pak tua

Yang ditutup masker,

Di pojok terminal.

Mengais-ngais sampah

Aku melihat ibu-ibu menggendong

Anaknya, berbaris memohon selembar rupiah

Aku mencium bau ketiak kebudayaan

saat orang-orang di pinggir jalan antri

Menunggu tabung oksigen

Aku menyaksikan menteri, bupati, lurah,

Tertangkap karena kasus bansos covid

Di saat ribuan manusia menunggu

Susu, beras, mie instan, dan amplop

Di rumah kontrakan

Dokter, perawat, tumbang

Disikat infeksi corona

Kuseru padamu, langit di atas

Laut di bawah, angin berkesiur

Aku bersaksi dari sajak ini

Wahai para raja-raja nusantara,

Para sunan Allah, panglima-panglima perang

Kerajaan, oh para datuk-datuk di pedalaman,

Kyai-kyai di pesantren, negarawan-negarawan

Terhormat, aku bersaksi dari sajakku ini

Bisa jadi kamilah yang sebenarnya biang

Masalah dari bencana ini. Kemanusiaan

Kami telah menjadi duri bagi yang lain.

Ratapan tangis sepanjang hari

Didaur ulang menjadi jerit kalbuku

Pagi di jendela rumah tidak lagi beramah tamah

Siang di kaca mobil angkutan umum pengap bukan main

Sore di persimpangan jalan menjelma kesunyian

Malam di pintu rumah berkibar bendera kuning

Tidak ada yang bisa kami perbuat lagi

Elite politik mengibarkan bendera partainya

Istana tetaplah istana, tak terjangkau oleh

Lengan-lengan coklat sehabis bekerja

Juli 2021.

Penulis pernah meraih penghargaan, Peraih Anugrah Buku Puisi Terpuji di Indonesia dari Yayasan Hari Puisi Indonesia tahun 2018.

Comment here