Kesaksian Tahun 2021
Bagai matahari yang retak
Jiwa dan badan tidak bersatu
Dalam diri. Orang-orang menjerit
Di bentangan negeri ini.
Bagai wine yang tumpah
Di atas meja, airmata tak henti-henti
Mengalir di sepanjang nadi manusia
Di antara sirine ambulans
Dan kepalan kemarahan
Napas tinggal sejengkal
Aku melihat wajah pak tua
Yang ditutup masker,
Di pojok terminal.
Mengais-ngais sampah
Aku melihat ibu-ibu menggendong
Anaknya, berbaris memohon selembar rupiah
Aku mencium bau ketiak kebudayaan
saat orang-orang di pinggir jalan antri
Menunggu tabung oksigen
Aku menyaksikan menteri, bupati, lurah,
Tertangkap karena kasus bansos covid
Di saat ribuan manusia menunggu
Susu, beras, mie instan, dan amplop
Di rumah kontrakan
Dokter, perawat, tumbang
Disikat infeksi corona
Kuseru padamu, langit di atas
Laut di bawah, angin berkesiur
Aku bersaksi dari sajak ini
Wahai para raja-raja nusantara,
Para sunan Allah, panglima-panglima perang
Kerajaan, oh para datuk-datuk di pedalaman,
Kyai-kyai di pesantren, negarawan-negarawan
Terhormat, aku bersaksi dari sajakku ini
Bisa jadi kamilah yang sebenarnya biang
Masalah dari bencana ini. Kemanusiaan
Kami telah menjadi duri bagi yang lain.
Ratapan tangis sepanjang hari
Didaur ulang menjadi jerit kalbuku
Pagi di jendela rumah tidak lagi beramah tamah
Siang di kaca mobil angkutan umum pengap bukan main
Sore di persimpangan jalan menjelma kesunyian
Malam di pintu rumah berkibar bendera kuning
Tidak ada yang bisa kami perbuat lagi
Elite politik mengibarkan bendera partainya
Istana tetaplah istana, tak terjangkau oleh
Lengan-lengan coklat sehabis bekerja
Juli 2021.
Penulis pernah meraih penghargaan, Peraih Anugrah Buku Puisi Terpuji di Indonesia dari Yayasan Hari Puisi Indonesia tahun 2018.
Comment here