Oleh : Shelby AR
MACAKATA.COM – Teras halaman belakang rumah ini hijau. Demikian pula di sekitar rumah itu. Ada ribuan pohon dan ratusan tanaman obat. Pemiliknya, menyebutnya hutan kecil yang dilindungi.
Rumputnya yang hijau itu dirawat. Sampah plastik dipungut dan dibuang ke tempatnya, setiap kali terlihat oleh sang pemilik rumah. Ataupun terlihat oleh anak-anak yang suka sering datang bermain dan belajar ke area rumah itu.
Rumah ini punya nama, Rumah Hijau Denassa atau RHD. Masih berada di Indonesia. Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Gowa.
Yup. Bukan berada di pulau Jawa. Tapi Sulawesi, kawan.
Sisi persamaannya adalah, di tanah Makassar yang terkenal dengan suku Bugisnya itu, cuaca mayoritas keseharian, selain musim hujan, adalah panas. Sama dengan wilayah Majalengka, bagian tengah dan utara, bila musim kemarau, cukup panas.
Tapi di sekitar Rumah Hijau Denassa itu, karena ada banyak pohon besar maupun kecil, juga jutaan rumput gajah yang seperti tikar itu, suasananya adem dan sejuk. Bila malam, tentu saja berubah jadi dingin.
Di Kabupaten Majalengka Jawa Barat, kita pun punya halaman teras yang penuh rumput hijau itu. Contohnya Alun Alun Majalengka dan lapangan GGM.
Namun, lapangan Alun Alun Majalengka yang sempat viral itu, nyatanya hanya rumput bohongan, rumput sintetis. Terbuat dari bahan plastik khusus. Lapangan GGM masih mendingan, rumputnya masih rumput alami. Semoga tdak berubah jadi sintetis.
Kabar baik dengan banyaknya halaman nganggur yang ada banyak rumput alaminya itu, akan menjadikan stok oksigen yang cukup banyak. Cuaca menjadi agak lebih dingin dan sejuk. Karena rumput alami bisa menyerap karbondiaksida, mengubahnya menjadi oksigen. Rumput sintentis tidak bakalan bisa menyerap itu.
Oksigen saat ini sangat mahal. Lihat saja, banyak tabung oksigen yang dicari saat musim pandemi ini.
Sayangnya, di sekitar kita, entah karena pandangan estetika yang sempit atau karena kebutuhhan lahan yang tidak ada, atau karena ikut-ikutan trend, halaman belakang dan depan rumah kita, lebih banyak dibeton, lebih banyak diaspal. Menjadikan tambah panas jika musim kemarau.
Rumah Hijau Denassa di Kabupaten Gowa itu, merupakan contoh kecintaan sang pemilik dan generasi anak didiknya di kampung literasi itu.
Pemiliknya punya ribuan biji tanaman yang sengaja dikumpulkan dari berbagai wilayah. Siap ditanam di hutan kecil belakang rumahnya itu. Lebih tepat rumah itu disebut sebagai sekretariat komunitas.
Bascamp Komunitas, tempat berkumpulnya para pecinta buku dan orang-orang yang ingin mendapatkan pegetahuan tentang tanaman dari buku buku tekstual, maupun dari sang pemilik dan pengelola Rumah Hijau Denassa itu.
Pengelola Rumah Hijau Denassa itu seperti enslikopedia berjalan. Bicara tentang tumbuhan atau tanaman apapun, ia mengetahuinya. Setidaknya, saya telah membuktikan diri ketika bertanya tentang sejumlah nama pohon, Darmawan Denassa, pemilik Rumah Hijau itu, seketika menjelaskan secara detail, mirip google, ketika jemari kita mengetik sesuatu ketika bertanya pada internet. Denassa menjawab secara cepat, tegas, lugas dengan logat daerah Makassar yang kental.
Sekali lagi, rumput hijau alami itu sangat berbeda dengan rumput sintetis. ***
Penulis adalah penyuka bacaan. Pernah Travelling dan berkunjung ke Makassar tahun 2018
Comment here