BERITABUDAYAFood

Meneladani Nabi Nuh, Bubur Syura Cidenok Dilestarikan

MAJALENGKA – macakata.com – Puluhan ibu rumah tangga berdaster dan berkudung terlihat sibuk. Mereka berada di balai pemerintah desa Cidenok. Kantor kepala desa dan perangkatnya biasa ngantor di sana.

Ibu-ibu ini asyik mengupas bawang, meracik bumbu bumbuan, juga melendos ayam dalam satu racikan untuk kemudian menjadi bubur syura.

Balai Desa Cidenok Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka itu ramai sejak Jumat pagi, 27 Agustus 2021.

Mereka sedang membuat Bubur Syura. Bulan Muharram ini merupakan waku yang tepat untuk melestarikan adat budaya yang rutin dikerjakan setiap tahunnya.

Aktivitas kaum ibu rumah tangga ini selesai pada Jumat siang. Tiba giliran kaum lelaki, lengkap dengan melibatkan semua unsur tokoh masyarakat, RT, RW juga perangkat desa dan kepala desanya, kompak bersama mengucap do’a bersama.

Bubur Syura yang dibuat ibu-ibu Cidenok disajikan. Mereka lelah namun terlihat menikmati. Melestarikan adat rutin tahunan setiap bulan Muharram ini, merupakan suatu kehormatan yang tetap dilestarikan.

“Kami cukup senang dengan tetap bisa melestarikan tradisi membuat bubur syuro,” ungkap sejumlah ibu-ibu Cidenok usai memasak.

Kepala Desa Cidenok, Maman Suparman mengatakan setiap bulan Muharram, warga Cidenok memang selalu membuat bubur syura.

Upaya melestarikan adat, dengan tetap membuat bubur syura pada bulan Muharram ini merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT.

“Kami akan terus selalu melestarikan adat ini,” ujarnya.

Sekretaris Desa Cidenok, Nano Supriatna mengatakan, tradisi membuat bubur syura ada kaitannya dengan perjuangan Nabi Nuh. Nabi Nuh dan pengikutnya berjuang agar dapat bertahan hidup dalam kapal besar.

Dalam kapal Nabi Nuh itu, perbekalan semakin menipis. Akhirnya, inisiatif muncul untuk memasak semua bahan makanan dengan cara dicampur dalam satu wadah. Jadilah bubur.

“Semua warga kapal bisa kebagian semuanya,” ungkapnya.

Nano menambahkan bubur Syura itu dibuat dengan menggunakan aneka ragam campuran bahan makanan, seperti beras, singkong, ubi, jagung, kacang, biji asem dan bahan lainnya.

“Tradisi membuat bubur Syura ini ada nilai kebersamaan, shodaqoh serta saling berbagi,” tandasnya. (hrd)

Comment here