Oleh : Shelby AR
MACAKATA.COM – Mendengar kata “Autophagy” untuk pertama kalinya, memang terasa asing. Namun, setelah menyimak obrolan dengan seorang dokter, atau katakanlah yang memahami secara teori dan praktek soal kesehatan, saya cukup memahami bahwa, autophagy itu diet.
Ada persamaan dengan puasa, menahan lapar, melaparkan diri. Tapi juga ada perbedaannya. Diet Autophagy ini mengharuskan berhenti total mengkonsumsi asupan gula, gula pasir maupun gula merah ya.
Namun, harap dicatat juga, itupun disesuaikan dengan kondisi tubuh seseorang. Juga, niat untuk hidup selalu sehat, juga melangsingkan tubuh.
Sebetulnya, puasa Senin-Kamis yang dilakukan oleh orang yang rajin ber-Shaum tiap minggu itu, nyatanya dapat menyehatkan secara fisik, sekaligus menyehatkan secara psikologis.
Namun, lagi-lagi, hal itu semua kembali pada konsep tidak berlebihan dan tidak “kagila-gila teuing”. Semua yang berlebihan itu rakus, dan rakus itu membahayakan diri.
Yang saya fahami usai menyimak, lalu meriset, idih riset… maksudku browsing, googling, mencari tau di internet, nyatanya, autophagy itu menyebutkan pengaturan asupan makan dari pukul 18.00 hingga jam makan siang keesokan harinya.
Ada yang menyebutkan juga, usai jam lima sore, sebelum Maghrib, berhenti makan namun tetap minum yang cukup sampai besok siang.
Dengan kata lain melewatkan sarapan, tapi tetap minum yang cukup, dan tidak ngopi dengan gula. Sekali lagi hindari gula, jika kau ingin menerapkan diet dengan nama Autophagy ini.
Saya bukan dokter, jadi tak akan saya bahas tentang efek dan dampaknya. Hanya saja saya pelaku, orang yang jarang sarapan pagi atau makan besar pada jam 07 pagi. Saya biasa makan jam 10 atau berlanjut ke jam 12 siang. Terserah gue laparnya kapan, hehe.
Saat tubuh teman-teman saya, sebagian sudah maju ke depan, perut saya masih rata, meski sudah melahirkan dua anak. Itu artinya, saya telah melakukan dan merealisasikan konsep autophagy ini. Diet dan puasa dengan istilah kata keren autophagy telah saya lakukan.
Dunia sekarang ini telah kebanyakan istilah. Dan selalu muncul istilah baru. Seolah-olah kita harus selalu kaget dengan kata dan istilah baru itu.
Padahal, sejak jutaan tahun lalu, nenek moyang kita sudah melakukannya. Hanya beda istilah saja. Beda kata, beda kalimat, beda yang mengucapkan.
Hemat saya, dengan artikel yang singkat ini, kalian mengetahui apa itu autophagy dan menjalaninya tanpa berlebihan. Karena begini ya, sebaik apapun konsep, tutorial, atau misalnya keinginan untuk sehat, namun tanpa dilaksanakan, itu sama saja dengan mengkhayal.
Memang, berimajinasi itu sangat baik. Saya selalu bilang kepada anak-anak, untuk selalu mengucapkan keinginan dan harapan, itu mendidik mereka untuk selalu berani mengemukakan, untuk selalu berani melafalkan, karena ucapan itu doa.
Juga, yang terpenting adalah, agar anak-anak tidak takut berimajinasi. Meminjam istilah retorika komika pavoritku, Abdur, “Sekejam apa dunia ini, jika anak saja tak berani bermimpi?” Maka mumpung masih anak-anak, tanamkanlah kepada mereka untuk selalu berani berimajinasi. Tapi gak usah bercita-cita. Istilah itu sudah waktunya diganti.
Tuh, kan….ini bahas autophagy atau imajinasi sih? Ahhh.,.terserah saya ajah lah…hehe.***
Penulis adalah ibu rumah tangga yang suka browsing, searching, juga baca-baca novel.
Comment here