Oleh : Ada Aadc
MACAKATA.COM – Terasering Panyaweuyan di Argapura Majalengka kembali jadi buah bibir.
Pemicunya yakni sebuah proyek infrastuktur penunjang UMKM, katanya sih begitu, setidaknya berita-berita straight news, sebagian menulisnya dengan proyek gerai, plaza, ya semacam kios-kios gituhlah, seperti gazebo yang ada di Cikebo.
Proyek Itu ambruk coy, jamnya saya kurang tau. Tapi menurut berita-berita itu, proyek tersebut ambruk, amblas, pada Sabtu, 6 November 2021.
Sebetulnya bukan hanya proyek gerai, yang tengah dikerjakan di wilayah terasering Panyaweuyan itu. Ada proyek pembangunan mushola juga. Seperti di Puncak Bogor sana.
Hangat menjadi perbincangan menarik. Soal topik proyek di Panyaweuyan yang ambruk ini menimbulkan banyak spekulasi. Tapi yang lebih enak yakni jadi netizen. Bebas, tak ada beban. Semua dikomentari. Ditanggapi. Macam-macamlah.
Menyalahkan ini, menyalahkan itu, faktor cuaca. Kurang perencanaan. Tak ada kordinasi. Dan masih banyak lagi alasannya.
Sementara, DPRD Majalengka juga telah memanggil. Rapat yang membahas tentang proyek ambruk di Kecamatan Argapura, di obyek wisata Terasering Panayweuyan itu, menghadirkan para stakeholder pada Selasa, 9 November 2021. Rapat dimulai jam satu siang. Pukul 13.00 WIB, jika mengacu pada standar waktu yang diatur dunia. Beres setelah Ashar.
Bahasan ini kembali digelar besoknya. Rabu pagi sekira pukul 10.00 WIB, rapat kembali digelar. Hasilnya belum tuntas. Konsultan yang diundang, katanya tidak bisa hadir.
Ketidakhadiran konsultan dalam rapat bahasan proyek di Panyaweuyan itu, kembali ramai, kembali digoreng oleh netizen, terutama para oposisi, atau orang yang suka memperhatikan isu-isu terkini.
Jadi netizen itu benar benar mengasyikan. Komentar sana, komentar sini. Ada yang rapih. Ada yang sembrono.
Ada yang mengucap atau menuliskan dengan sindir sampir, yang kalimatnya tertata dengan baik. Cerminan bahwa orang dengan susunan kalimat yang baik dan benar itu memahami betul aturan ITE.
Kepala dinas Parbud menyebut, proyek tersebut masih atau sedang dalam pengerjaan. Nilanya memang mencapai 4,1 milyar. Hanya saja baru tahap pertama, sehingga yang cair baru 30 persen. Itu berarti hanya 1 koma sekian milyar saja, yang baru dikerjakan.
Belum ada langkah apapun yang akan diambil. Namun, DPRD Majalengka memastikan, pihaknya akan segera meninjau lokasi proyek yang ambruk dan amblas itu.
Pihak DPRD Majalengka juga menyayangkan pihak konsultan yang mangkir hadir dalam rapat pembahasan proyek tersebut.
Anehnya, pihak pengusaha yang mengerjakan maupun pihak konsultan yang merencanakan, terlihat cuek saja. Padahal nama-nama mereka sempat disebut di media massa.
Spekulasi dan komentar-komentar netizen makin liar.
Terasering Panyaweuyan yang sepuluh tahun lalu, tidak laku untuk pembangunan infrastruktur apapun, kini kebanjiran order.
Namun, apakah setiap proyek pembangunan yang dikerjakan di tanah miring bebukitan, selalu harus ada bumbu ambruk, terkena longsor seperti jalur Jatilima tahun 2020 lalu?
Sebagai netizen, saya memang tak menau tentang proyek infrastruktur itu. Tapi untuk meramaikan khazanah per-komentator-an, tentang kondisi terkini ke-pariwisata-an dan elemen yang mendukungnya, kayaknya asyik dan mengasyikan.
Lagipula beritanya masih hangat dibahas. Tanggapan dan komentar masih ramai di Facebook. ***
Comment here