Oleh : Luthfiana Nur Khoiriyah
MACAKATA.COM – Ketika pertama kali menjejaki dunia perkuliahan, hampir setiap mahasiswa baru memiliki pikiran yang sama tentang organisasi. Yaitu pikiran untuk mengikuti organisasi yang dapat menambah pengalaman mereka atau sekadar melanjutkan jenjang organisasi yang pernah mereka alami di sekolah. Contohnya, seorang mahasiswa yang sebelumnya telah aktif berorganisasi di suatu ormas seperti NU, tentu akan mencari organisasi otonom yang serupa ketika di kampus. Apalagi pola pikir mahasiswa baru yang masih dipenuhi semangat dan ambisi untuk mengekspresikan dirinya menjadikan sebuah kesempatan bagi mahasiswa-mahasiswa senior untuk menarik anggota baru bagi organisasinya.
Akan tetapi terkadang, teknik yang digunakan para kakak tingkat (kating) cenderung sederhana yaitu dengan hanya menyediakan stand-stand yang dilengkapi identitas organisasi berupa bendera ataupun spanduk yang dibentangkan. Maklum, cara tersebut memang turun temurun dan bisa dibilang menjadi penanda akan eksistensi organisasi tersebut. Meski demikian, cara ini cukup ampuh karena langsung menghadirkan eksistensi organisasi di hadapan para mahasiswa baru.
Menanam Budaya Organisasi yang Baik
Sebelum menggaet anggota, diperlukan sebuah tindakan untuk mewujudkan suatu budaya dalam internal organisasi yang dapat memberikan kenyamanan bagi anggota, membuat mereka aktif berdinamika, dan konsisten sehingga dapat memberikan citra yang baik bagi organisasi dan memudahkan dalam rekrutmen anggota baru.
Mengutip dari Kilmann, dkk (1998), budaya organisasi didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumption), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota sebuah organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah pada organisasinya.
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi. Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi. (Kamaroellah, 2014)
Budaya organisasi berperan penting bagi organisasi karena dengan budaya yang baik dapat memberikan kenyamanan dan membantu meningkatkan kinerja para anggotanya. Sebaliknya, jika budaya organisasi buruk atau respon yang kurang terhadap karakteristik pribadi anggota maka dapat menimbulkan kinerja yang buruk bagi anggota juga.
Budaya organisasi yang unggul dapat digunakan sebagai perangkat untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan adanya pengembangan budaya sebagai sebuah rekayasa untuk meraih kemajuan, budaya organisasi telah menjadi andalan daya saingnya. Budaya organisasi yang unggul tidak hanya dilihat dari segi semangatnya bagaimana organisasi itu bisa mencapai kesuksesan, namun dapat dilihat secara aktif untuk melihat masa depan dalam persaingan yang kuat di tengah arus gobalisasi.
Budaya organisasi yang unggul juga dapat dibangun berdasarkan budaya lokal setempat yang berasal dari unsur-unsur budaya lokal yang merupakan warisan budaya yang turun-temurun di daerah tertentu. Hal ini termasuk salah satunya budaya organisasi massa (ormas) keagamaan Islam seperti NU dan Muhammadiyah yang mengakulturasikan budaya lokal seperti batik, blangkon, gamelan, dan sebagainya dalam beberapa kegiatannya, terutama karena keduanya lahir di pulau Jawa. Budaya organisasi keduanya sedikit banyak memengaruhi budaya ortom masing-masing yang terdapat di perguruan tinggi.
Mewujudkan Budaya Organisasi yang Harmonis
Adanya hubungan yang harmonis dalam organisasi dapat membangun kemitraan dalam bekerja, meningkatkan kualitas dan loyalitas, serta dapat mempertahankan daya saing yang mana pada era globalisasi ini perkembangannya sangatlah pesat. Harmonisasi dalam organisasi merupakan salah satu upaya untuk menyelaraskan tingkah laku dan hubungan emosional antar anggota organisasi.
Dalam membangun hubungan harmonis dalam sebuah organisasi tidaklah mudah karena terdapat masalah yang kompleks yang muncul diantara anggota dengan pimpinan. Hubungan ini juga sangat diperlukan guna menjaga komunikasi antar anggota dengan pimpinan tersebut agar tidak ada pihak yang merasa tidak puas.
Meski begitu, ada beberapa cara dalam membangun hubungan yang harmonis dalam organisasi, yaitu :
Berusaha memahami tingkah laku dan perilaku anggota
Guna menjalin hubungan yang baik perlu dibangun adanya suatu komunikasi yang bisa menjembatani masing-masing pihak agar nantinya dapat menciptakan suasana damai demi memahami kepentingan dan tujuan masing-masing selama berorganisasi. Dengan adanya hal tersebut, suasana dan lingkungan organisasi menjadi lebih baik sehingga kualitas dan produktivitas pun menjadi lebih meningkat.
Bersikap terbuka dan memupuk hubungan baik dengan anggota
Meskipun pimpinan memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding anggota, menjaga hubungan baik tersebut sangatlah dibutuhkan. Dengan memberikan wadah yang bisa membantu anggota dalam menyampaikan aspirasi, ide, kebebasan, maupun kreatifitas alan membuat keterbukaan dan hubungan baik dengan anggota dapat terjalin baik.
Memberikan pelayanan terbaik kepada para anggota
Pimpinan organisasi dan pengurus-pengurusnya sudah semestinya melayani para anggota dengan menyediakan fasilitas terbaik dalam setiap aktivitasnya. Hal tersebut, selain menunjukkan keseriusan pengurus organisasi, juga menjadikan anggota merasa dihargai dan difasilitasi dengan baik.
Ketiga cara ini dapat dikembangkan menjadi lebih luas agar semakin menciptakan keharmonisan antar anggota. Misalnya, dalam meningkatkan layanan dapat dikembangkan menjadi pemberian penghargaan kepada anggota yang berprestasi. Hal ini dapat menambah kecintaan anggota terhadap organisasi sehingga citra organisasi akan menjadi lebih baik dan lebih mudah menggaet pengikut baru.
Mengenalkan Budaya Organisasi kepada Mahasiswa Baru di Era Digital
Pada zaman modern ini, kemajuan teknologi sangatlah masif sehingga jika suatu organisasi, tidak dapat menanggapi secara arif dan bijaksana tentang perkembangan teknologi digital yang begitu cepat ini, maka hal ini akan berbalik menjadi suatu ancaman serius. Ini dikemukakan oleh Prof. Jann Hidajat pada acara Knowledge Management Summit ke-3, tahun 2019 yang diadakan oleh Knowledge Management Society Indonesia (KMSI). Hal ini menandakan bahwa digitalisasi organisasi merupakan suatu keniscayaan di era kontemporer saat ini.
Dalam mengenalkan ciri khas dan budaya organisasi kepada mahasiswa baru, tentu penggunaan media online sangat membantu. Aktualisasi tersebut nampak dalam unggahan-unggahan tentang kegiatan rutin organisasi, apresiasi terhadap pencapaian anggota, aksi sosial organisasi, dokumentasi kegiatan yang menjalin hubungan antar pengurus organisasi, dan sebagainya.
Sangat mustahil seorang mahasiswa tidak beraktivitas di media digital. Untuk mengetahui sesuatu, mereka hanya cukup membuka ponsel dengan jaringan internet, dan tadaaa! Informasi baru telah didapatkan. Ini wajib dimanfaatkan oleh setiap organisasi agar semakin menarik minat para mahasiswa.
Mahasiswa baru tidak akan ambil pusing dalam mengikuti sebuah organisasi setelah ia pertama kali melihat dengan mata kepalanya sendiri dinamika organisasi tersebut dalam media digital, karena 70% persepsi seseorang terhadap orang lain (ataupun organisasi) akan muncul pada pertemuan pertama sebagaimana dikutip dari Al Areifi dalam Enjoy Your Life-nya. Jika kesan pertama itu baik, maka persepsinya pun akan baik. Dan jika sebaliknya, kamu pasti tahu.*
Penulis adalah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Comment here