Telah Setahun Tinggal di Gubuk Terpal
MAJALENGKA – macakata.com – Mereka tinggal di gubuk terpal sudah setahun lamanya.
Jika hujan deras tiba, mereka berempat, Fuaidin (36) dan Wiwin (32) serta dua anaknya, terpaksa berteduh di rumah tetangga.
Mereka memang pendatang yang tinggal di gubuk bekas penyimpanan bata di Blok Loji, RT 02/01, Desa/Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Setahun lebih menempati gubuk terpal itu.
Fuaidin dan istri adalah Warga Kecamatan Rupe, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). 21 tahun lalu meninggalkan kampung halaman.
Gubuk itu dibuat sesederhana mungkin. Keterbatasan biaya mengharuskannya tinggal seperti kemping atau kemah.
Berdindingkan terpal-terpal, diikat seperlunya. Pekerjaan Fuaidin yakni membuat bata merah atau pekerjaan serabutan lainnya. Lahan gubuk itu sendiri bukan miliknya.
Gubuk itu ukurannya kecil sekali. Hanya empat kali empat meter. Anak-anak muda yang suka kemping, tentu lebih terlihat mewah. Atap Gubuk Fuaidin hanya terpal murah yang diikat seperlunya.
Sejumlah jurnalis, reporter, maupun wartawan yang tergabung dalam organisasi PWI Majalengka tergerak hatinya.
PWI Majalengka mendatangi langsung tempat Fuaidin di Blok Loji, Desa Ligung, Kecamatan Ligung. PWI berbagi untuk peduli terhadap sesama.
Ketua PWI Majalengka Pai Supardi mengatakan, aksi tersebut sebagai bentuk kepedulian wartawan terhadap warga yang berada dalam kondisi dan situasi hidup yang kesulitan.
“Sebagai sesama manusia, selayaknya kita saling membantu dan berbagi,” ungkapnya, Jumat, 7 Januari 2022.
Pai menambahkan, bantuan itu sifatnya hanya jangka pendek. Pihaknya berharap ada kalangan atau lembaga lain yang ikut membantu Fuadin.
“Untuk penanganan jangka panjang, kami akan mencoba untuk berkomunikasi dengan pihak pemerintah,” ucapnya.
Fuaidin mengucapkan terima kasih kepada PWI Majalengka. Ia sehari hari membuat bata merah. Juga pekerjaan fisik lainnya.
“Terima kasih teman-teman PWI, semoga dapat belasan lebih baik lagi,” ucapnya. (MC-04)
Comment here