BUDAYAKREATIFScienceTravelWISATAWorld

Ukiran Taman Sejarah Majalengka Terbagi 6 Fragmen

Dikerjakan selama tiga bulan oleh dua tim

MAJALENGKA –  ‎macakata.com – Bangunan baru mirip rumah panggung itu berdiri di sebelah ukiran pahatan batu yang menggambarkan sejarah Majalengka.

‎Bangunan itu adalah sebuah gedung. Kolong di bawahnya memang sempit, tak sampai satu meter.

Kolong rumah panggung itu tertata rapih. Ada bebatuan putih ‎seukuran cangkang kerang ijo jadi alasnya. Tampak bersih. Nyaris, Tak ada satupun sampah.

Saya mengukur, jarak dari permukaan lantai dasar hingga lantai gedung panggung itu hanya lima jengkal.

Entah fungsinya untuk apa. Tapi itu bagus untuk main petak umpet. Ucing-ucingan ceuk Sunda mah. Squad Game ala Sunda dapat dimainkan di sini. Di Taman Sejarah, Munjul Majalengka Jawa Barat.

Yang menarik lagi di Taman Sejarah, Munjul Majalengka ini yakni, ukiran permanen yang terpahat di batu berwarna kekuningan.

Saya belum  tau nama batu jenis itu. Silakan cari sendiri saja, nama dan istilahnya.

Ukiran pahatan pada batu yang memanjang itu mendapatkan pujian sentuhan dari setiap pengunjungnya.

Pernah saya ke sana. Selfie dan foto foto bareng. Eh, ada warga yang kelihatannya berasal dari Jawa. Bicaranya bukan Sunda. Mereka mengira dan asal menyebutkan, tentang ukiran dan batu itu berasal.

Asal kalian tau ya. Ukiran yang terpahat di taman sejarah, Munjul Majalengka itu dibuat selama tiga bulan lebih.

Dikerjakan oleh para Perupa Majalengka atau lebih dikenal Seniman Peka.

Di bawah komando Ketua Peka, Ade Realism. Pengerjaan pahatan pada batu kuning itu ‎dikerjakan dengan kesungguhan hati. Namun, seniman Peka pun ‎dibantu oleh seniman pahat dari Jepara.

‎Ketua Grup Madjalengka Baheula atau Grumala Majalengka, Nana Rohmana, akrab disapa Mang Naro mengatakan, konsep taman Sejarah Majalengka menggambarkan situasi Majalengka dari mulai masa klasik kerajaan Talaga sampai jaman Kolonial Belanda tahun 1860an .

Ukiran yang ada di Taman Sejarah Munjul Majalengka itu, ‎terbagi dalam 6 fragmen / segmen, yakni pertama, Masa Kerajaan Talaga sebagai salah satu kerajaan besar yang tercatat dalam naskah tua Bujangga Manik.

“Relief tersebut dikisahkan masa kekuasaan Seorang Ratu Talaga Nyi Mas Simbar Kancana dan pnggambaran kehidupan rakyatnya yang bercocok tanam, juga terdapat peninggalannya diantaranya Goong Renteng dan Meriam Cetbang,” ujarnya, dalam chat via WhatsApp, akhir Januari 2022.

Naro menambahkan, ukiran kedua, yakni Masa Perjuangan Ki Bagus Rangin sebagai tokoh Pahlawan Majalengka.

Ukiran ke tiga, Pembentukan Kabupaten Maja 5 Januari 1819 sebagai cikal bakal Kabupaten Majalengka yang diangkatnya Raden Timngung Dendanegara sbg Bupati Maja 1819 sampai1839.  Kemudian , 11 Februari 1840 keluarnya Besluit Belanda tentang perpindahan pemerintahan Maja ke Sindangkasih dan berganti nama menjadi Majalengka.

Ukiran ke empat, suasana perpindahan Pemerintahan Kabupaten Maja ke Sindangkasih tahun 1840.

Ukiran ke lima, Masa Bupati Majalengka ke 2 yang dijabat oleh RAA Kertadiningrat dimana terjadi peristiwa penting yaitu dibangunnya pendopo Majalengka yang dirancang oleh pelukis kelas dunia Raden Saleh dan beliau sempat melukis bupati RAA Kertadiningrat.

Ukiran enam, Masa pembangunan Infrastruktuk pemerintahan Kolonial Belanda diantaranya pabrik gula kadipaten dan Jatiwangi terdapat juga pesta panen tebu atau badirian , Dermaga sungai. Cimanuk sekitar tahun 1860.

“Di sebelah ukiran pahatan itu ada Gedung Pameran Dekransda. ‎Pengerjaan Relif na dibagi dua. Segmen 1, 2, 3 dikerjakan oleh Tim Relief Majalengka segmen 4, 5, 6 ku Tim Relief ti Jepara,” ungkapnya. (Dian A)

Comment here