BERITABUDAYAScienceWorld

Patilasan Nyi Rambut Kasih Sindangkasih‎ ‎Berpartisipasi di IKN Kalimantan

MAJALENGKA – MacaKata.com – Patilasan Nyi Rambut Kasih di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan/Kabupaten Majalengka Jawa Barat, rupanya berperan sama dengan air dan tanah yang sengaja dikumpulkan dan disatukan di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN).

Berdasarkan informasi, maupun berita di media online nasional, presiden Jokowi melalui tangan gubernurnya telah memerintahkan untuk mengumpulkan air yang bersumber dari situs atau patilasan yang ada di Jawa Barat.

‎Pada Kamis, 10 Maret 2022 lalu, utusan dari Jakarta datang menemui kuncen Patilasan Nyi Ratu Rambut Kasih, yang berada di area sawah berbukit sebelah barat Kelurahan Sindangkasih.

Juru kunci Patilasan Nyi Ratu Rambut Kasih, Saki (55 tahun) menjawab pertanyaan itu. Hanya saja tidak berani menyebutkan secara langsung.

“Saya sedang sibuk di sawah. Tapi pada Kamis itu, jam setengah dua belas siang, ada tamu dari Jakarta,” ungkapnya, Senin, 14 Maret 2022.

Saki menceritakan, pada Kamis siang itu, dirinya hanya menyerahkan ‎kunci agar tamu-tamu dari Jakarta itu bisa masuk ke area Patilasan Nyi Rambut Kasih.

“Saya sedang sibuk di sawah, saya sedang panen. Saya hanya ngasih kuncinya kepada tamu itu,” ungkapnya.

Saki menyebutkan, tamu tiga orang itu ternyata bukan hanya dari Jakarta, tapi juga hadir dari Talaga.

“Satunya orang dinas yang menemani tamu dari Jakarta dan Talaga itu,” ucapnya.

Saki menceritakan, dirinya telah merawat Patilasan Nyi Rambut Kasih itu sejak tahun 2000 lalu.

Sementara tiga tamu itu, punya tujuan akan mandi di sumur Kahuripan dan mengambil sedikit airnya.

“Air itu memang sering diambil oleh orang yang bersilaturahmi ke sini,” ungkapnya.

Patilasan Nyi Rambut Kasih di Kelurahan Sindangkasih ‎Majalengka Jawa Barat ini, memang sering dikunjungi oleh sejumlah orang yang berasal dari berbagi wilayah Indonesia.

Selain warga Jakarta, warga Banten, Bali dan wilayah lain di pulau Jawa, mereka yang datang ke Patilasan Nyi Rambut Kasih, terkadang melakukan mandi di sumur Kahuripan, dan mengambil sedikit airnya untuk dibawa pulang.

‎Posisi atau letak Patilasan Nyi Rambut Kasih yang tak jauh dari pendopo Majalengka ini, hanya sekitaran lima belas menit menggunakan kendaraan. Namun, keberadaannya tidak sering dikunjungi oleh warga Kabupaten Majalengka.

Meskipun begitu, bagi orang tertentu yang sering berziarah ke tempat-tempat patilasan, situs, atau tempat yang disakralkan, lokasi Patilasan Nyi Rambut Kasih rupanya sering dikunjungi oleh mereka.

Lokasinya yang adem, dan terkesan jauh dari hiruk pikuk bising suara kendaraan, juga bernuansa hutan, membuat siapa saja yang datang ke lokasi Patilasan Nyi Rambut Kasih ini akan terasa menenangkan. Relaksasi dan bikin merenung, serta menghayati nuansa alam yang sejuk.

Di dalam area Patilasan Nyi Rambut Kasih itu, ada batu besar seukuran lingkaran anak Pramuka yang dibuat oleh empat orang. Batu sebesar itu‎ juga terlihat banyak bolong-bolongnya, seolah terlihat berlubang.

Tanggapan Group Madjalengka Baheula (Grumala)

Air dan tanah dari Patilasan Nyi Rambut Kasih, yang dibawa oleh Gubernur Ridwan Kamil dan diserahkan ke Presiden di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) ternyata punya legenda tersendiri.

Menurut Ketua Grup Madjalengka Baheula atau Grumala, Nana Rohmana atau akrab disapa Mang Naro mengatakan, Nyi Rambut Kasih itu hanya cerita yang turun temurun secara lisan.

“Cerita itu bukan berarti sejarah. Hanya legenda atau cerita tutur yang turun temurun, tapi legenda ini berlangsung cukup lama serta masih diakui hingga kini,” ujarnya, Selasa, 15 Maret 2022.

Naro menambahkan, ‎Patilasan Nyi Rambut Kasih berada di Dusun Leuwilenggik Kelurahan Sindangkasih Kecamatan/Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Leuwilenggik itu sendiri menurut masyarakat setempat, diartikan sebagai sungai tempat putri cantik yang badannya ramping mandi di sungai itu.

“Konon menurut legenda masyarakat kota Majalengka, Nyi Rambut Kasih dikisahkan ngahyang atau menghilang di tempat yang kini menjadi patilasan itu,” ungkapnya.

Dalam Patilasan itu, memang ada batu besar berongga sebagai penanda bahwa di situ sang Ratu Ngahiang atau menghilangkan diri.

“Tapi bukan mati, istilah kerennya yakni Mokswa. Waktu itu, ‎Nyi Ratu terdesak oleh pasukan dari Cirebon yang akan menyebarkan Islam dan mencari buah Maja,” jelasnya.

Batu besar berongga itu, masih kata Naro, ‎disebut Batu Karancang, karena bentuknya berongga tapi keras.

“Tempat Patilasan itu sakral, karena dulu sering dijadikan tempat melakukan nyepi, menyendiri,” ucapnya.

Patilasan Nyi Rambut Kasih dulu, suka dijadikan tempat ritual nyepi atau seseorang yang tak ingin terganggu untuk melakukan ibadah.

Di tempat Patilasan Nyi Rambut Kasih itu, juga tersedia tempat sujud, sajadah, juga ada sumber mata air yang disebut  Cai Cikahuripan.

“Dari dulu sumur ini, sering diambil airnya. Katanya sih bertuah,” ujarnya.

Naro menambahkan, sementara jika dilihat dari sisi jenis bebatuan, bentuknya batu Patilasan seperti batu muntahan lahar gunung berapi.

“Katanya air dari Patilasan Nyi Rambut Kasih telah dibawa untuk ritual tanah dan air di IKN, ya kalau saya sih mangga-mangga saja,” ujarnya.

Naro mengingatkan, walaupun berupa cerita tutur atau legenda, ia berpesan agar  masyarakat Majalengka tetap menjaga kearifan lokal ini. Alasannya, Patilasan Nyi Rambut Kasih itu merupakan peninggalan budaya literasi masa lalu.

Sedangkan keberadaan Sosok Nyi Rambut Kasih ini, pihaknya bersama Grumala masih terus menggali dan menelusuri.

“Sosok Nyi Ratu Rambut Kasih belum kami temukan kepastiannya. Titik terang sih sudah ada, misalnya dari catatan tua Talaga , juga dari catatan panitia khusus yang dibentuk jaman Jepang, ada yang menulis tentang keberadaan Nyi Rambut Kasih. Namun asal muasal, waktu hidupnya berbeda dengan yang kita tahu selama ini. Mudah mudahan tokoh ini bisa kita ungkap  siapa sebenarnya Nyi Rambut Kasih,” ujarnya. (Acil)

Comment here