Sejarah Singkat Renovasi Masjid Legendaris di Pusat Kota Majalengka
MAJALENGKA – MacaKata.com – Masjid Agung Al-Imam di pusat kota Majalengka Jawa Barat ini akan menjadi titik sentral sewaktu bulan Ramadhan, yang tak lama lagi akan dinikmati.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh hikmah dan penuh berbagi. Selama Ramadan nanti, Masjid Al-Imam akan selalu menyediakan takjil gratis untuk masyarakat, terutama untuk para pelancong.
Humas DKM Masjid Al-Imam Majalengka, sekaligus Imam Masjid, Ustadz Dani mengatakan, selama Ramadan pihaknya akan selalu menyediakan takjil untuk berbuka puasa.
“Bulan Ramadan merupakan penuh berkah dan berbagi. Masjid Al-Imam Majalengka ini menyediakan takjil gratis,” ungkapnya, Rabu, 30 Maret 2022.
Ustadz Dani menambahkan, pihaknya berharap sekaligus mengajak warga Majalengka, yang nanti ada di lingkungan Alun-alun ketika ngabuburit, agar tetap menunaikan shalat berjamaah di masjid.
“Mari tingkatkan amalan dan ibadah kita di bulan suci Ramadhan,” ujarnya.
Terpisah, menangapi soal sejarahnya, Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana mengatakan Masjid Al-Imam berawal dari tanah wakaf penghulu atau Imam Hakim Majalengka pada zaman kolonial Belanda yaitu Kiai Imam Syafari. beliau adalah Kakek dari KH Abdul Halim, Pahlawan Nasional dan KH Imam Syafari merupakan putra dari Kiai Nurqo’im Cijati .
Pria yang akrab disapa Mang Naro mengatakan, Kiai Nurqo’im adalah salah satu tokoh tiga serangkai, yang diberi tugas oleh Imam Hakim Kesultanan Cirebon, untuk menjadi sekar dalem juru rawat pemakaman Kesultanan Cirebon, bersama dengan Kiai Syarifudin Babakan Jawa dan Muhammad Hafidz Margatapa pada tahun 1794.
“Awalnya, tanah wakaf dari Kiai Imam Syafari ini dibangun masjid sederhana, tak begitu besar,berbentuk panggung dan di bawahnya terdapat kolam kecil,” ujarnya, saat dihubungi.
Naro menjelaskan, pada tahun 1860-an kedudukan Penghulu / Imam Hakim diganti oleh putranya yaitu Kiai Imam Hasan Basarie. Beliau melakukan renovasi masjid Al-Imam Majalengka ini, namun tidak banyak perubahan.
Pada masa Bupati Majalengka ke 6 R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat tahun 1888, masjid agung Al-Imam Majalengka ini, dimulailah perombakan perbaikan secara menyeluruh, ada penambahan tembok dan lantai.
“Tahun 1930-an dirombak lagi pada masa bupati R.M.A.A Suriatanudibrata. Tahun 1960 masa Bupati R Sutisna juga ada sedikit renovasi,” ucapnya.
Masih kata Naro, tahun 1987 pada masa Bupati Zaelani SH juga ada renovasi lumayan besar, yakni kolam sebelah utara telah dihilangkan.
Saat ini, masjid kebanggaan masyarakat Majalengka telah direnovasi lagi dengan gaya dan tampilan baru. Nama Al Imam diambil dari jabatan penghulu atau Imam yang awal dibangunnya diurus oleh Kiai Imam Syafari sebagai orang yang mewakafkan tanahnya.
“Jabatan penghulu atau Imam diteruskan kepada putra putranya. Kiai Imam Syafari dimakamkan di komplek makam Kamuning Cijati bersama dengan Kiai Imam Hasan Basarie dan keturunannya. Demikian pengetahuan itu kami rangkum dari berbagai sumber,” ucap mang Naro. (Acil)
Comment here