SMK Muhammadiyah Gelar Workshop Pencegahan
MAJALENGKA – macakata.com – Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kabupaten Majalengka mencatat, selama kurun waktu Januari hingga Juli 2022 lalu, pihaknya mencatat ada sepuluh kasus perundungan anak. Mayoritas menimpa para pelajar.
Ketua LPAI Majalengka, Aris Prayuda mengatakan, oleh karenanya, untuk mendukung program pemerintah dalam mencegah praktek
perundungan di sekolah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah, SMK Muhammadiyah Majalengka menggelar Workshop Penerapan Sekolah Bebas Perundungan (Bullying).
“Workshop ini diikuti oleh 50 orang yakni dari unsur guru, tenaga kependidikan dan siswa SMK yang menjadi Pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Hal ini merupakan bagian dari rangkaian pendampingan SMK Pusat Keunggulan,” ungkapnya, Senin, 24 Oktober 2022.
Sebagai narasumber workshop, Aris Prayuda menambahkan, devinisi perundungan yakni segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau sekelompok orang, yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain.
“Kekerasan itu bertujuan menyakiti dan dilakukan terus menerus, sehingga merugikan orang lain. Jenis perundungan juga macam-macam, ada perundungan verbal, perundungan psikis, perundungan sosial dan perundungan Cyber Bullying,” ujarnya.
Di Majalengka, masih kata Aris, dari total kasus Bullying yang masuk dalam laporan, LPAI Majalengka mencatat, selama kurun waktu Januari – Juli 2022 ada10 kasus. Sepuluh kasus perundungan ini, nyatanya, perundungan dengan jenis bullying merupakan yang paling banyak.
“Sementara yang terparah yakni perundungan jenis Cyber Bullying. Kami mengamati, hal itu karena faktor anak-anak yang lebih banyak waktunya terjebak dalam dunia maya melalui berbagai macam akun sosial media seperti Facebook, twitter, instagram, dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Pihaknya merasa miris, sebab sebagian anak-anak yang terjebak dalam sosial media tersebut, ada yang rela mengirimkan foto tubuhnya sendiri tanpa busana kepada orang yang baru dikenalnya.
“Ada anak dengan sukarela dan berani memperlihatkan dan mengirimkan foto tubuhnya sendiri, tanpa memakai baju kepada orang lain. Ini kan sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Aris berharap SMK Muhammadiyah akan menjadi pilot projek atau percontohan bagi sekolah sekolah lainnya di Kabupaten Majalengka, untuk melakukan pencegahan dan perlindungan bagi anak dari tindakan kekerasan.
Kepala sekolah SMK Muhammadiyah Majalengka, Rudy Asygari Firmansyah mengatakan, program SMK Pusat Keunggulan merupakan program pengembangan kompetensi keahlian, untuk meningkatkan kualitas dan kinerja sekolah melalui kerja sama dan link and match dengan dunia usaha dan industry (DU/DI).
“Nantinya juga berfungsi sebagai sekolah penggerak dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya. Salah satu program SMK Pusat Keunggulan lanjutan yang dijalankan oleh SMK Muhammadiyah Majalengka adalah Sekolah Bebas Perundungan,” ujarnya. (Acil)
Comment here