EntertainmentOPINI

Drakor dan Sinetron Keliatannya Beda tapi Sama Ajah

MACA – Sinetron dan Drama Korea atau drakor sepertinya berbeda, padahal aslinya sama sajah. Kelihatannya saja yang berbeda, aslinya sama.

Hanya saja,mendengar dari luar nan jauh sana, mendengar kata negara lain, KOREA, dengan julukan negeri Ginseng, warna kulit orangnya mulus-mulus dan putih‎, kita sebagai warga lokal menjadi lebih wah memandangnya, terkesan lebih keren jika berbahasa Korea dan mengikuti budaya Korea.

Padahal, sejatinya, bila nonton drakor, itu sama saja dengan melihat Sinetron. Bedanya ada pada kualitas dialog.

Sinetron lebih banyak monolog. Terkesan pasif. Kamera lebih banyak menyorot clos uf pemeran utama atau pemeran penjahat. Lebih banyakmonolog, bicara dalam hati dengan suara orang ketiga.

Drakor, dialognya lebih berbobot. Ada nilai pegetahuan dan ilmu riset serta metode. Pelajaran mata kuliah maupun yang diajarkan di sekolah dasar, SLTP dan SLTA, ada di sana, dalam drakor yang saya tonton misalnya.

Vincenzo, Quenmaster, atau sekarang yang sedang populer Dr. Cha. Coba saja bandingkan dengan sinetron sinetron ala Indonesia, adzab, ikatan cinta dan lain sebagainya. Drakor lebih terbuka, lebih banyak dialog, dialog artinya, berkomunikasi aktif dengan lawan bicara, mengajarkan kepada penontonnya agar kita terlibat aktif. Jangan monolog. Yang hanya bicara dalam hati, dipendam sajah.

Sinetron juga lebih lama musiknya, kalau dalam musik, ref-nya kepanjangan, terlihat membosankan. Tapi di drakor, musik diatur sesuai dengan ritme penonton, tak terlalu lama, juga tak terlalu pendek. Pas. Waktunya pas.

‎Drama Korea, drakor memang sama saja, menceritakan dan menggambarkan kehidupan sesuai tema dan judul cerita di negeri Korea tentang hal tertentu. Begitupun dengan sinetron.

Hanya saja, sinetron itu dialognya singkat, pertanyaannya cuma butuh jawaban ya atau tidak. Minim diplomasi. Dialognya pendek dan tak ada referensi ilmu pengetahuan. Singkatnya terlalu dangkal.

Drakor lebaliknya, lebih berbobot, lebih berpengathuan, menegangkan, ada canda dan tawa, ada juga menngisnya. Sinetron indo lebih banyak sedihnya. Pokoknya Euweuh Dagingan, saeutik dagingna teh.

Wajarlah kalau milenial, ibu ibu gaul suka melihat drakor. ***

Comment here