oleh : ApotsuM
MACA – Hari ini kita sudah memasuki era dimana kecerdasan bisa dibuat. Istilah ini dsebut Artificial Intellegence (AI) dan yang pertama kali memperkenalkan istilah ini Prof. Jhon McCarthy pada tahun 1956, ia yang menstimulasikan kecerdasan manusia ke dalam mesin komputer dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan manusia sebaik mungkin. Sederhananya, bagaimana manusia membuat mesin yang cerdas agar mesin tersebut dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dilakukan manusia bisa lebih baik lagi bahkan biaya relatif lebih murah.
Tulisan ini ingin mendiskusikan fenomena kehidupan masyarakat hari ini yang serba cepat dan serba maju bagi siapa saja yang ingin melakukan perubahan spektakuler. Mari kita iris satu persatu;
- Hari ini kalau mau buka perusahaan ojek atau taksi tidak perlu mobil banyak dan lahan yang luas dan modal yang besar, cukup dengan aplikasi online. Dengan ini bisa jadi kaya.
- Saat ini kalau mau bisnis jadi pedagang besar tidak perlu bangun toko atau Mall, cukup dengan aplikasi online. Dengan ini bisa jadi kaya.
- Sekarang kalau mau memajukan pendidikan tidak harus bangun sekolahan atau universitas yang mewah, asal kita mampu membuat aplikasi online pembelajaran. Dengan ini bisa jadi kaya.
- dan lain-lain.
Lalu bagaimana dengan pribahasa “Rajin pangkal pandai“, “Hemat pangkal kaya“ bagi para kaum milenial ?. Nampaknya kedua istilah ini tidak berlaku bagi kaum milenial. Pertama, masalah rajin sekolah atau rajin kuliah tidak perlu dijelaskan lagi bahwa anak-anak sekarang sekolah bukan karena cita-cita tapi karena orang tua atau karena gaya-gayaan. Yang kedua, kata hemat tidak berlaku bagi anak sekarang dimana semua kebutuhan harus pakai uang mulai dari uang jajan, ongkos ke sekolah, kuota, nongkrong dan lain-lain.
Banyak orang tua yang takut akan pergaulan anak-anaknya yang malas baca buku, malas mengerjakan PR, malas mengerjakan artikel. Kerjanya cuma main game dan rebahan, nongkrong di kape. Atas kekhawatirannya itu banyak mereka minta bantuan ke kyai, orang pintar atau ditirakati amalan doa dan puasa.
Mari kita diskusikan lebih mendalam lagi tentang fenomena anak milenial ini, kita mulai dari kata “Nongkrong“. Nongkrong biasanya ramai-ramai dengan teman di kantin atau di kape atau di mana saja hingga berjam-jam kadang seharian bermain game. Atau kadang, sekalipun mereka berdekatan sebenarnya saling berjauhan sibuk memainkan jejaring gawai masing-masing
Tapi sebaliknya, nongkrong juga bisa dilakukan sendirian bisa di kampus, di kantin, di kape dan lain-lain. Tetapi, meskipun sendirian tidak terlihat pilu bahkan wajah pelaku nongkrong sendiri begitu menikmati kesendiriannya kadang terlihat tertawa keras, aktif bercakap-cakap dan seterusnya.
Gambaran kecil di atas tentu hanya sebuah bukti bahwa di masa mendatang sangat mungkin Kecerdasan Buatan atau Artificial Intellegence bisa menjadi teman setia. Terutama ketika seseorang ingin produktif sendiri dan melakukan aktivitas intelektual dan sosialnya sendiri. Nampak sedang rebahan padahal sedang menembus langit.
Inilah yang kemudian membuat orang-orang menjadi nyaman nongkrong sendiri. Fenomena ini tentu memberikan kita satu prediksi bahwa di masa sekarang atau masa mendatang para penongkrong atau para rebahan lah yang akan bisa menciptakan pengusaha besar, penyair besar, PENULIS BESAR, dan lain-lain
Bukankah waktu kecil kita kita mendengar ibu guru mendongeng “Lomba Lari Antara Kancil dan Kura-Kura“ dengan kecerdasannya yang menang si Kura-Kura. *****
Wallohu a’lam
27 Juli 2023
Penulis adalah Pengajar dan Pegiat Literasi STID Al-Biruni
Comment here