MACA – Keyakinan terhadap keinginan terkadang bisa menipumu. Pernah dengar ungkapan “hati-hati dengan keinginanmu, karena itu bisa membunuhmu”.
Membunuhmu di sini bukan arti sebenarnya. Lebih pada makna kiasan. Dimana ketika ada sebagian orang yang telah mencapai keinginannya, biasanya dia akan disibukkan sendiri oleh apapun yang telah diraihnya.
Bilamana capaian keinginan itu dibawa ke arah kebaikan dan positif, maka, keinginannya itu sangat bermanfaat. Jika sebaliknya, maka capaian yang telah diraih, biasanya akan kembali pada saat dimana dia harus berjuang kembali dari nol.
Keinginan bisa menipumu. Keyakinan mempermainkanmu. Terkadang, orang terus dipermainkan oleh keinginan sendiri dan keinginan orang lain. Dari luar, biasanya muncul prediksi kesimpulan dan petuah-petuah, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ia dapatkan.
Yup! Saya percaya itu. Tetapi, terkadang, prediksiku juga melesat. Saya dulu pun ditargetkan harus jadi profesi lain. Nyatanya, jadinya ahli di profesi yang kuinginkan. Tetapi, hingga saat ini, rasanya masih dipermainkan oleh keinginan dan keyakinan akan profesi itu. Goyah oleh kemajuan teknologi, yang setiap hari muncul aplikasi baru dengan fitur yang makin canggih.
Persoalan pendapat, komentar teman, memang harus diterima. Masuk atau diterapkan adalah soal lainnya. Karena keinginan sendiri pun, terkadang menipu diri sendiri.
Pernah dengar tidak? Bahwa hingga saat ini, penipuan berbasis pesan “selamat anda mendapatkan uang sebesar 50 juta.” setelah itu muncul harapan harapan penipuan dengan Taglane yang menggiurkan. Si penerima pesan harus mentransfer tiga juta dulu, sebagai syarat.
Dilobi dan dinego pun, tak ada titik temu. Padahal, saya telah menawarkan,, “transferkan saja 25 juta, 25 jutanya buat dirimu” namun, si pemberi pesan tetap mengacu pada syarat dan aturan. Padahal, anak SD pun tau, nilai 25 juta itu puluhan kali lebih banyak daripada tiga juta. Kasus yang sama terjadi pada seorang teman, dia malah transfer tiga juta. Hasilnya yang 50 juta tak dapat, yang uang tiga juta hilang tak kembali.
Kesimpulannya, keinginan dan keyakinan yang menggebu, harus berlandaskan pada ketetapan logika, ilmu mantiq. Dasar-dasar masuk akal yang harus dipertimbangkan. ( Diana )*
Comment here