Artikel ini telah terbit sebelumnya di RAKCER.ID
MAJALENGKA – MACAKATA.COM – Inovasi teknologi dan perkembangannya untuk mendeteksi lebih awal penyakit kusta cukup diperlukan pada zaman digital ini. Namun, bicara soal aplikasi ini dengan sejumlah pegawai puskesmas maupun, maupun mantan pegawai puskesmas, hingga saat ini belum ada aplikasi berbasis online dalam hal deteksi awal pasien kusta maupun penanganannya.
Aktivis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Majalengka, Beben Badruzaman (35 tahun) mengatakan, berbicara teknologi untuk memudahkan deteksi dini gejala awal untuk penyakit menular apapun, itu sangat diperlukan untuk zaman sekarang. Alasannya, hal itu sangat memudahkan.
“Jika bicara penyakit menular secara global dan umum, apakah itu HIV, Kusta maupun TBC, maka aplikasi berbasis teknologi akan sangat memudahkan,” ujarnya, saat diwawancara, 30 November 2023.
Beben menambahkan, inovasi teknologi dalam pemberantasan kusta tentunya akan sangat berperan dalam agenda menelusuri lebih awal, untuk selanjutnya dapat terdeteksi dan mengobati Kusta lebih efektif dan efisien.
“Di rumahnya, si pasien tentunya hidup bersama anggota keluarga lainnya. Sementara, tidak setiap anggota keluarga mau menangani atau berinteraksi langsung dengan pasien. Nah, jika telah ada deteksi awal penyakit, maka petugas kesehatan bisa menanganinya dengan berbekal informasi yang lengkap dari pasien itu sendiri,” ungkapnya.
Alasan lain, soal pentingnya aplikasi berbasis online untuk memudahkan pelayanan dan pengobatan penyakit menular terutama Kusta, Beben menjelaskan, karena jika brbicara penyakit menular, orang itu lebih baik tidak tahu.
“Jika toh mengetahui bahwa dirinya punya penyakit menular, kesannya dia menyesal mengetahui itu, mendingan saya gak tau. Dalam tahap ini saja, maka diperlukan teknologi dan edukasi yang intinya berpihak kepada pasien untuk mendorong pengobatan dan kesembuhannya,” ucapnya.
Sementara itu, mantan pegawai puskesmas Sumberjaya yang telah pensiun tiga tahun lalu, Subeno mengatakan, dalam penanganan pasien Kusta maupun gejala awal deteksi dini penyakit menular, sejauh ini masih menggunakan informasi secara manual, dari keterangan masyarakat, pihak RT/RW maupunn dari kerabat pegawai Puskesmas.
“Setahu saya, ketika dulu masih di Puskesmas, kita masih mendapatkan informasi dari mulut ke mulut. Atau via laporan keterangan dari sesama pegawai puskesmas.Chating via grup WhatsAp, belum ada aplikasi khusus yang mengarah ke sana,” ungkapnya.
Saat ini, ketika pegawai Puskesmas mengetahui ada pasien Kusta, maka pegawai tersebut akan mengajak si pemberi informasi agar menyampaikan kepada pihak keluarga supaya mau datang ke Puskesmas untuk melakukan pengobatan. Atau, petugas Puskesmas mendatangi langsung pasien yang diduga Kusta. Ketika ciri-cirinya dianggap mendekati Kusta, maka akan langsung diarahkan untuk menjalani pengobatan.
Hanya saja, ketika penulis meriset kata kunci “inovasi teknologi penanganan Kusta”, di wilayah Semarang Jawa Timur, nyatanya telah ada inovasi teknologi deteksi dini gejala penyakit Kusta.
Dilansir dari Kemenag.go.id, bahwa Tim Inovator Muda Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang (tahun 2020) telah berhasil meraih prestasi Internasional karena telah menciptakan teknologi untuk deteksi dini penyakit Kusta.
Tim UIN Walisongo dalam ajang ini menampilkan inovasi berbasis artificial intelligence berupa aplikasi pendeteksi dini penyakit kusta. Aplikasi ini diberi nama Periksa. Aplikasi ini dikembangkan empat mahasiswa pendidikan, yaitu: A. Farid Rohmatulloh (Biologi), Agung Dwi Saputro (Fisika), Agus Suprapto (Bahasa Inggris), dan Afrizal Dwi Ananto (Biologi).
Pengembangan aplikasi tersebut dilakukan sebagai langkah cepat proses deteksi dini penyakit kusta. “Aplikasi Periksa.in di buat dengan memanfaatkan machine learning yang akan mengelola dan mencocokan gambar/foto dari bagian kulit yang terindikasi penyakit kusta dengan gambar/foto kusta yang asli,” tuturnya, seperti dikutip kemenag.go.id.
Proses pencocokan ini dilakukan oleh sistem machine learning, dengan teknik image clasification. “Artinya, gambar yang diolah oleh machine learning diindentifikasi kesamaan dengan gambar latih yang telah dimasukan ke sistem,” paparnya.
Aplikasi tersebut dinilai lebih praktis karena dapat digunakan di dalam gawai dan akan mempermudah semua orang untuk deteksi dini penyakit kusta. “Inovasi aplikasi kesehatan ini diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya menurunkan angka penyakit kusta,” harap mahasiswa angkatan 2017 tersebut. **
Comment here