Orang pintar tidak selalu logis. Tapi orang logis, hampir selalu berpikir jernih.
Studi dari Stanford menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis berkorelasi tinggi dengan pengambilan keputusan yang akurat dalam hidup nyata. Bahkan lebih tinggi daripada nilai akademis seseorang. Artinya, bisa jadi kamu punya IPK tinggi tapi tetap tertipu iklan, termakan hoaks, atau membuat keputusan impulsif hanya karena kurang melatih logika dasar.
Dalam sehari, kamu membuat puluhan keputusan. Mulai dari memilih jalur tercepat ke kantor sampai menentukan apakah berita yang kamu baca itu fakta atau propaganda. Tapi pertanyaannya, seberapa sering kamu berhenti untuk menguji alasan di balik keputusan itu?
Contoh sederhana. Kamu melihat dua iklan produk. Yang satu mengatakan “100 persen alami”. Yang satu lagi menyebut “teruji BPOM dan klinis”. Secara impulsif, kamu memilih yang alami. Tapi, apakah alami selalu berarti aman? Itulah titik di mana logika bekerja. Logika bukan tentang jadi kaku atau akademis. Justru logika adalah fondasi agar kamu tidak mudah dikelabui, sekaligus jadi penalar yang tajam dalam percakapan, keputusan, dan argumen.
Berikut tujuh latihan sederhana yang bisa kamu mulai hari ini. Tidak butuh gelar filsafat. Hanya butuh keinginan untuk berpikir lebih jernih.
- Latihan membedakan opini dan fakta
Dalam buku Thinking Skills, Butterworth menekankan pentingnya kemampuan mengenali klaim yang berbasis data dan klaim yang sekadar asumsi. Misalnya, “Anak muda sekarang malas” adalah opini. Tapi “Survei BPS menunjukkan 62 persen pemuda usia 17-25 belum bekerja” adalah fakta. Biasakan membaca berita sambil bertanya: ini opini atau fakta?
- Latihan menelusuri sebab dan akibat
Logika bekerja dengan mengenali hubungan kausal. D.Q. Mclnerny mencontohkan, jangan langsung percaya ketika ada yang bilang “main game bikin bodoh”. Pertanyaannya adalah: apakah main game menyebabkan, atau hanya berkorelasi dengan, prestasi yang menurun? Melatih ini membuat kamu tidak mudah terjebak pada generalisasi.
- Latihan membuat argumen yang utuh
Dalam Logika Keilmuan, Hildanul Ichwan menjelaskan pentingnya struktur argumen yang terdiri dari premis dan kesimpulan. Coba biasakan saat berdiskusi menyampaikan alasan dulu, baru kesimpulan. Misalnya: “Karena harga BBM naik dan ongkos distribusi ikut naik, maka harga cabai pun naik.” Ini lebih logis daripada sekadar bilang: “Harga cabai naik seenaknya.”
- Latihan menguji argumentasi dengan silogisme
Gunakan logika Aristotelian sederhana. Semua manusia akan mati. Socrates adalah manusia. Maka Socrates akan mati. Coba terapkan ini dalam keseharian. Contoh: “Semua produk yang tidak terdaftar BPOM tidak aman. Produk A tidak terdaftar BPOM. Maka Produk A tidak aman.” Ini latihan klasik tapi sangat membantu menstrukturkan nalar.
- Latihan mengenali sesat pikir
Butterworth menyebutkan beberapa fallacy populer. Misalnya ad hominem menyerang pribadi, bukan argumennya. Saat seseorang menolak pendapatmu hanya karena “kamu bukan ahli”, itu bukan bantahan logis. Biasakan mengenali dan menolak argumen yang hanya kelihatan pintar, tapi kosong secara logika.
- Latihan membuat analogi yang setara
Mclnerny mengingatkan, analogi yang buruk sering dipakai untuk menyesatkan. Contoh: “Kalau negara ini seperti rumah tangga, maka utangnya jangan lebih besar dari penghasilan.” Kedengarannya masuk akal, tapi negara dan rumah tangga tidak bekerja dengan prinsip yang sama. Melatih analogi setara akan membuat kamu jadi komunikator yang tidak cuma cerdas, tapi juga adil.
- Latihan membongkar argumen dari iklan dan media
Ini latihan favorit. Saat menonton iklan, jangan tanya “bagus atau tidak”. Tanyalah: “Apa premis tersembunyunya?” Misalnya, iklan yang bilang “Dipakai oleh artis terkenal” menyisipkan premis tersembunyi: “Kalau dipakai artis, berarti bagus.” Tantang logikanya. Latihan ini bikin kamu tahan dari pengaruh manipulasi media.
Latihan logika bukan sekadar latihan otak. Ini latihan untuk hidup dengan kesadaran. Dalam dunia yang penuh klaim kosong dan manipulasi emosional, orang yang melatih logikanya punya keuntungan besar. Mereka lebih sulit dikendalikan, lebih jernih berpikir, dan lebih dipercaya dalam diskusi.
Menurutmu, dari ketujuh latihan ini, mana yang paling sering kamu abaikan? Tulis di kolom komentar dan bagikan ke temanmu yang selalu bilang ‘ikut kata hati’ tapi hidupnya penuh kebingungan.
Comment here