MAJALENGKA – macakata.com- Puluhan ibu peserta mendengarkan dan menyimak dengan baik pemateri. Tema materinya tentang bagaimana menumbuhkan dan menjadi contoh membaca buku dengan cara disuarakan secara lantang dan nyaring.
Narasumber yang satu ini memang berbeda. Mikrofonnya khusus. Tidak dipegang oleh tangan, namun menempel secara presisi yang bingkainya menyatu dengan bagian kepala seperti bondu. Dengan begitu, gerakan kedua tangannya maksimal, menjelaskan dan menegaskan setiap kata per-kalimat mengikuti ritme dan irama gaya bicaranya.
Para peserta yang merupakan ibu-ibu guru tingkat pendidikan anak usia dini, kelompok belajar dan taman kanak-kanak, tentu saja menyimak secara khusyuk. Sesekali mereka tertawa karena pemateri menjelaskannya dengan cara humoris dan asyik.
Adalah Kak Ila narasumber workshop Read Aloud di TBM Nurul Huda Desa Sindanghaji Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Sengaja diundang langsung dari Cilimus Kabupaten Kuningan.
“Membaca itu memang harus dibiasakan dengan bersuara, lantang. Apalagi di depan anak-anak, karena mereka pendengar yang baik, ” ungkapnya, Minggu, 14 September 2025.

Namun, masih kata Kak Ila, membaca nyaring bersuara atau read aloud harus dipersiapkan secara matang, termasuk memilih bahan bacaan yang sesuai dengan anak-anak.
“Selain itu, ketika ibu-ibu membacakan buku dengan nyaring bersuara, maka harus bisa berekspresi sesuai dengan maksud dan makna kata yang dibacakan, misalnya buku itu bercerita tentang ayam, maka harus bisa menirukan suara ayam, ” ucapnya.
Salah satu ibu peserta menanyakan, bagaimana solusinya jika mood seorang ibu sedang dalam kondisi tertentu, apakah harus tetap memaksakan diri untuk bisa membacakan buku secara lantang bersuara? Misalnya sedang dalam keadaan marah atau sedih.
Kak Ila menjawab pertanyaaan tersebut dengan pengalamannya sendiri ketika menjadi contoh di rumahnya dan lembaga yang dikelolanya. Bahwa memang sebagai seorang ibu, terkadang ada kondisi tertentu seperti marah dan sedih, jika dalam kondisi tersebut, sebaiknya hindari dulu, rehat.
“Jika memang kondisi moodnya sedang tidak baik-baik saja, yang saya lakukan adalah menyendiri dulu, menghindari anak-anak. Sebab emosi itu kan menular, emosi itu menular jangan sampai emosi marah itu dilampiaskan kepada anak-anak. Tunggu sampai suasana mood kembali baik, ” jelasnya.
Para ibu guru ini diajak untuk menanamkan pentingnya membacakan buku secara bersuara dan lantang. Sebab dengan begitu akan melatih anak-anak melafalkan kata dan kalimat serta menambah perbendaharaan kata dan kosakata berkomunikasi.
“Hanya saja, kita sebagai orangtua harus menjadi contoh terlebih dahulu. Biasakan kalau memerintah anak untuk membaca buku, ya kita sebagai ibunya harus membaca buku lebih dulu, ” ungkapnya.
Masih kata Ila, dengan membaca secara lantang bersuara, maka perbendaharaan kata dan kalimat akan semakin bertambah pada anak.
“Dengan membaca nyaring, kita sekaligus melatih anak-anak untuk berkomunikasi dan belajar bicara, ” ucapnya.
Lebih lanjut, Kak Ila menjelaskan, buku adalah jendela dunia, untuk anak usia dini yang belum bisa membaca, tugas orangtua yakni sebagai kunci yang membuka jendela dunia untuk anak-anak.
“Orangtua dan guru mirip jembatan cerita dan ilmu bagi anak-anak. Kita hanya sebagai pemandu wisata imajinasi mereka, ” ungkapnya.
Usai memberikan materi, Kak Illa memotivasi bahwa sebagai orangtua, tidak cukup jika hanya punya niat dan kemauan saja, tapi harus ada aksi.
“Mulai bacakan buku untuk anak-anak, meski sebentar tapi akan terkenang.
Kita gak pernah tahu kalimat/cerita apa yang akan mereka kenang. Tapi percayalah, setiap cerita yg disampaikan dengan tulus, akan menemukan jalannya sendiri untuk menginspirasi anak-anak, ” Tandasnya.
Materi workshop read aloud ini terasa tidak lama, padahal acara telah dimulai sejak pukul 09.00 WIB pagi, sempat terhenti karena adzan Dzuhur, dilanjutkan dengan praktek bagi para ibu membacakan buku di depan para peserta yang lain. Suasana workshop read aloud pun kembali riuh ramai.

Pengelola TBM Nurul Huda Majalengka, Dodi Jaya mengatakan workshop read aloud ini merupakan bagian dari program fasilitasi dan pembinaan kelompok masyarakat untuk meng-apresiasi bagi komunitas literasi tahun 2025 dari Badan Bengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia.
“Peserta yang kami hadirkan adalah para guru, mayoritas kaum ibu. Alhamdulillah para peserta bisa menyimak dengan baik. Apalagi dipandu dengan narasumber yang kompeten di bidangnya. Mereka mendapatkan pengetahuan, ilmu serta pengalaman baru, ” ungkapnya. (Acil Erik)

Comment here