BERITALifestylePENDIDIKAN

Refleksi Akhir Tahun, Asyiknya Menyemai Damai

Eksistensi Kampung Bhineka II Majalengka bersama para remaja dengan beragam latar agama dan keyakinan

MAJALENGKA – Puluhan remaja dengan latar belakang muslim maupun non muslim, serta aliran keyakinan lainnya bersatu dalam kegiatan menjaga kebhinekaan.

Momen akhir tahun 2025 ini merupakan refleksi sekaligus evaluasi, setelah satu tahun penuh dengan berbagai macam kegiatan dengan tema yang hampir sama.

Pada kegiatan refleksi akhir tahun ini, narasumber yang hadir yakni Magyolin Carolina Tuasuun ketua umum GKP Pasundan 2022 – 2027. Ia menekankan tentang pentingnya interaksi dan komunikasi yang baik, ketika melihat perbedaan di sekitar tempat tinggal berada.

“Kegiatan ini sangat positif. Perbedaan keyakinan tidak perlu dimusuhi. Karena tujuan kita bukan untuk saling mempengaruhi. Namun untuk saling memahami dan menghormati, ” ujarnya, di sela sela kegiatan yang berlangsung di area wisata Kabupaten Majalengka, Sabtu, 13 Desember 2025.

Carolina menceritakan, bahwasanya ketika dia masih tinggal di Jakarta, tahun 2005 lalu, ada semacam ketakutan dan trauma ketika berkegiatan. Dengan cukup banyaknya kegiatan seperti ini menambah wawasan dan edukasi yang baik terhadap masyarakat bahwa menjaga kedamaian itu lebih penting dan nyaman.

“Kegiatan kita tak selalu harus diskusi atau ceramah-ceramah, bisa dengan kegiatan sederhana seperti rekreasi bareng, ” ungkapnya.

Carolina mengakui bahwa refleksi akhir tahun ini sebagai bagian dari menyemai kedamaian bersama para remaja merupakan tantangan sekaligus peluang.

“Kita harus menyebar kebaikan dan kedamaian, karena meski airnya hanya setetes, tapi riaknya langsung menyebar, ” ucapnya.

Narasumber lainnya yakni dari Densus 88, AKP Iwan Supriyadi mengatakan, kebhinekaan ini harus terjalin, bukan hanya di satu tempat saja namun di berbagai daerah. Menurutnya, toleransi itu seperti wifi terhubung karena jaringan dan akses yang se frekuensi.

Kegiatan bersama ini menumbuhkan kedamaian. Di sini ada muslim, Kristen, Katolik, Ahmadiyah dan perbedaan keyakinan lainnya.

“Singkatnya, faham intoleran itu tidak mau mengakui perbedaan, namun kita di sini sangat menghormati dan memahami perbedaan, ” tandanya. (Acil Erik)

Comment here