MACA – Pada Kamis 25 mei 2023, hari itu saya mendapatkan undangan untuk mengisi kegiatan pengajian akhir bulan di Masjid al-Ikhlas Kapakuda. Tepat pada malam Jum”at, tentunya, untuk sampai ke Masjid al-Ikhlas Kapakuda harus menggunakan akses kendaraan agar sampai ke tempat tersebut.
Pagi hari, daerah Ujung Berung sangatlah hangat terasa. Pukul delapan pagi, saya menunggu bus elf di alun alun Ujung Berung jurusan Bandung-Bantarujeg.
Pukul etengah sembiln pagi, bus elf tersebut sudah datang. Saya duduk di kursi depan dekat sopir. Secangkir kopi di minum oleh si sopir. Saya mengenalkan nama saya kepada supir tersebut. Si sopir mengenalkan namanya kepada saya sebagai Ode, asli Wado.
Kursi belakang yang kosong dan penumpang yang semakin hari semakin sedikit, karena banyak hal di balik semua itu, aku pun banyak bertanya kepada otong Ode tentang kisah hidupnya selama menjadi supir elf.
Ode menjadi sopir elf sejak umur 24 tahun. Dia pernah menjadi sopir medal sekarwangi jurusan Bantarujeg-Bandung, namun karena medal sekarwangi jurusan Bantarujeg-Bandung sudah bubar.
“Hari ini otong hanya menjadi sopir elf maha dewi jurusan Bantarujeg-Bandung,” ujarnya.
Ode mulai beroprasi menarik penumpang dari pukul empat Shubuh. Di terminal Bantarujeg, Ode harus menghidupi empat orang anak, satu orang istri dan seorang ibu di rumahnya.
Di Wado, Ode berangkat setiap pagi ke Bantarujeg untuk mengambil mobil elf, yang akan ia gunakan mencari nafkah untuk keluarga. Ode selalu berusaha untuk bisa membahagiakan keluarganya di rumah.
Kerasnya kehidupan yang Ode jalani sebagai sopir elf, sangatlah luar biasa. Ia harus mengumpulkan pundi pundi rupiah untuk menyambung hidup. Dunia premanisme selalu ada saja ia temui di jalanan. Tukang “pajeg” orang yang selalu meminta uang retribusi kepada sopir selalu jadi pengalaman yang kurang mengenakan.
Jika di total dari Bantarujeg ke Bandung lalu dari Bandung ke Bantarujeg, Ode telah mengeluarkan uang sedikitnya Rp 250 ribu rupiah, hanya untuk membayar uang retribusi dari tempat ke tempat.
Ode merasakan sendiri bahwa yang namanya rezeki tidak bisa diduga duga, karena ia hanyalah seorang sopir elf. Semua uang yang Ode dapatkan harus dibagi tiga, yaitu untuk retribusi, untuk setoran kepada majikannya, sisanya adalah untuk keluarga ode di rumah.
Walaupun penghasilan Ode bisa dikatakan jauh dari penghasilan standar, tetapi Ode tetap bersyukur dengan rezeki yang ia dapatkan.
Harapan Ode, untuk masa depan keluarganya dari rezeki seadanya itu, ia masih sempat menabung.
Ode ingin mewujudkan keinginan istrinya untuk membeli satu ekor kambing untuk berqurban di tahun ini.
Dari pundi pundi rupiah yang Ode kumpulknan, ia selalu berharap agar bisa qurban, minimal untuk tahun ini. Harapannya setiap tahun. (Adam Mujaddid SPI A UIN SGD BANDUNG)
Comment here