EntertainmentKREATIFTOKOH

Ading Bontot, Dalang Cilik Asal Balida

Ading Bontot, Dalang Cilik Asal Balida
‎Ditemui di rumahnya di wilayah Desa Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka, Ading Bontot, yang kusangka sudah berusia 20 tahun-an, faktanya masih berusia 16 tahun. Perawakannya lebih bongsor (lebih besar) daripada ayahnya.
Ading masih belajar di SMK Kesenian Sukahaji. Aku pikir, ketika janjian melalui ponsel, sosok Ading kalau pagi sampai siang hari berada di sekolah itu yakni sedang mengajar. Nyatanya, Ading masih belajar dan duduk di kelas tiga.
“Saya masih sekolah kang. Setiap pagi saya berangkat ke Sukahaji dengan motor. Lumayan jauh, tapi ada motor,” ungkapnya, Kamis sore (5/9).
Menurut sang ayah, Dedi, anak pertamanya itu telah sejak kecil menyukai dunia wayang. Dalam setiap pentas, Ading kecil waktu itu selalu dibawanya menonton. Tanpa ia sadari, Ading belajar sendiri secara otodidak di kamarnya.
“Dia belajar dari buku-buku pewayangan. Dia bicara sendiri di kamarnya sambil tangan satunya memegang si cepot,” ujarnya.
‎Dedi menceritakan bahwa selama proses belajarnya itu, ia rutin membawa Ading Bontot ke Bandung. Tujuannya fokus sharing dengan dalang yang menjadi gurunya.
“Tidak ada kiat khusus. Hanya saja, saya sering membawanya ke Bandung, menemui dalang yang menjadi idolanya. Mungkin dia belajar dari sana. Tapi secara konsen, Ading ini berlatih di rumah.” ungkapnya.
Nama Ading Bontot, kini telah melejit. Jam terbangnya bahkan bukan wilayah kota angin saja. Bulan lalu, ia diundang pentas ke wilayah Indramayu, Kuningan dan Brebes. Si pengundang yang punya hajat, mereka taunya dari chanel Youtube.
“Saya sebagai ayahnya kaget juga. Ada yang mengundang dan sanggup bayar besar.” katanya gembira.
Sang ayah, maupun Ading, ketika didesak jumlah nominal tarif sekali manggung, hanya tersenyum saja. Selanjutnya, sang ayah berbisik, menyebut angka. Namun ia meminta untuk tidak terlalu diekspos. Ketika diminta oleh Macakata.com, untuk memeragakan adegan wayang, percakapan singkat dengan si Cepot, Ading juga malah diam.
“Gak bisa kang. Harus persiapan dulu. Temanya apa. Untuk keperluan siapa. Di desa itu ada apa saja yang lagi hangat diperbincangkan. Harus riset dulu. Gak bisa ditodong kayak gini,” ujarnya menimpali, namun tetap tersenyum.
‎Mengenai nama Bontot, sang ayah menuturkan adalah nama silsilah keluarganya yang tidak boleh dihilangkan.
“Nama keluarga harus selalu tercantum,” pungkasnya. ( EDA)

 

Comment here