KREATIFKULINER

Black Martabak Ketan Hitam, Inovasi Anak Muda yang Menjanjikan

Black ‎Martabak Ketan Hitam, Inovasi Anak Muda yang Menjanjikan

MAJALENGKA – Terhitung sejak Februari 2019 lalu, aktifitas anak-anak muda asal tiga kecamatan ini -Ligung, Palasah dan Jatiwangi- mulai membuka usaha. Bisnis kuliner menjadi segmen mereka. Itu kesepakatan bersama sembilan orang yang rajin reunian masa sekolah.

Awalnya, usaha bersama ini mentok pada gagasan dan ide yang masih terlalu umum. Itu dulu, sejak empat tahun lalu. Namun, pertemuan pamungkas sehabis lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah atau usai Pilkada serentak 2018 lalu, sembilan anak-anak muda ini sambil ngaliwet memutuskan usaha martabak.

Hanya saja, bahan dasarnya bukan dari terigu biasa. Mereka sepakat untuk menggunakan bahan dasar ketan hitam. Selain masih baru, belum banyak digunakan oleh pelaku usaha martabak lain di Majalengka, bahan dasar Ketan Hitam disepakati.

Kendala muncul dalam realisasi. Modal ada, gagasan sudah disepakati, namun rasa dari martabak itu belum teruji. Percobaan selama empat bulan pun dimulai. Taraa… Jadilah saat ini Martabak Manis Hideng dengan bahan dasar ketan hitam, berbentuk Pizza, menggelitik lidah, gurih dan menyehatkan.

Semuanya memang berasa manis. Tapi percayalah, rasanya lebih lezat daripada martabak berbahan dasar terigu biasa. Ketan hitam juga diklaim lebih sehat dalam kandungan gizi.

“Ini usaha bersama. Kami membuka sejak Februari 2019 lalu. Saat ini, Alhamdulillah sudah punya 3 cabang. Di Leuwimunding, Ciborelang dan di sini, di sebelah gedung KNPI Majalengka, pinggir jalan KH. Abdul Halim. Dekat pasar lama, sesudah lampu merah Abok Majalengka bila dari arah Kadipaten,” ujar Sidiq, salah satu pengelola usaha Black Martabak Ketam Hitam kepada Macakata.com, Jumat sore, 20 September 2019.

Meski baru satu hari buka cabang di sebelah ‎gedung KNPI Majalengka itu, Sidiq bersama Asep dan Sigit Prasetio, sepertinya kewalahan mendapatkan kunjungan pembeli. Dari spanduk banner yang mereka pampangkan di dekat dorongan itu, memang sudah menarik mata melihat. Campuran warna hitam dan hijau yang mudah terlihat, serta ada tulisan Ketan Hitam dalam kata Martabak, bikin penasaran pecinta kuliner kota angin.

‎”Tentu kita beda, ini bentuk inovasi. Contoh, dari s‎egi adonan,dari sisi taburan toping atau bumbu yang ditabur di atas martabak itu berbeda dengan proses martabak biasa. Saat ini kami punya sebelas macam bumbu, yakni kacang, cokelat, keju, oreo, bengbeng, chokochip, green tea, oreo, pisang, jagung, chocolatos, dan mede.” ungkapnya.

Asep dan Sigit, juga terlihat asyik melayani pengunjung yang mampir untuk merasakan langsung Ketan Hideung yang jadi Martabak itu. Namun dari sebelas rasa itu, yang paling populer dan sering dibeli warga, yakni martabak hideung coklat keju, chokochip dan pisang keju.

“Kita punya keunggulan, martabak ini berbentuk pizza. Satu martabak harganya mulai Rp18 ribu dan yang paling mahal dengan rasa spesial dihargai Rp. 35 ribu. Sementara, di Ciborelang-Jatiwangi, kita punya menu lainnya, Black Martabak Mede Ketan Hitam itu kita hargai 39 Ribu. Mede mahal, tapi lebih enak.” ujar Sigit.

Kemudian, Sidiq menyebutkan delapan teman yang terlibat dalam usaha bersama dari masa sekolah itu yakni Asep, Ocim, Rian, Caca, Ade, Sigit, Rizal, Udik. Ia dan kawan-kawan perintis Ketan Hitam jadi Martabak, kini mulai tersenyum dan tambah pede. ‎Dalam sehari, rata-rata laku terbeli antara 25 sampai 30 boks.

“Kami mulai ‎nongkrong jualan dari jam setengah 4 sore atau setelah Ashar. Sampai jam 10 atau jam sebelas malam. Alhamdulillah, sudah ada pihak Grab yang menawari kerjasama. Cuma kita bersama belum memutuskan kesepakatan,” tandasnya.

Melihat semangat anak-anak muda putra daerah Majalengka ini perlu diacungi jempol. Saya sendiri, angkat topi untuk mereka. Motivasi mereka ini nyaris sama dengan kebanyakan orang pada umumnya. Yakni ingin menciptakan usaha bersama, tidak lagi mengandalkan penghasilan dari pegawai.

“Sebagian dari kita pegawai. Namun usaha bersama ini semacam pelampiasan mental, kita ke depan juga ingin menciptakan lapangan kerja. Mindset kita berubah ketika memutuskan membuka usaha dan bisnis ini. Karena menjadi pegawai saja tidak cukup. Kadang kita stress dengan tekanan kerja. Pelampiasannya dengan buka usaha ini kita bisa tersenyum. Kita paksakan tersenyum untuk melayani pembeli,” ujar Sidiq sumringah.

‎Terlebih, Sidiq (30), Asep (27) ,Sigit (26) dan enam teman lainnya ingin memotivasi dengan aksi bersama. Teori pemerintah untuk menciptakan usaha, harus direalisasikan dengan tindakan. Karena usaha atau bisnis tak dapat dipungkiri, merupakan harapan semua orang.

“Usaha bersama ini harapan semua orang. Tapi sebagai anak muda kita harus lebih kreatif. Tidak harus seblak, seblak sudah banyak. Anak-anak muda harus penuh inovasi.” ungkapnya.

‎Ditanya tentang kemungkinan bahwa Black Martabak dari bahan ketan hitam ini ditiru orang lain, Sidiq menjawab kemungkinan itu memang ada. Namun resep rahasianya masih tetap ada pada sembilan orang yang terlibat dalam usaha ini.

“Sudah banyak yang mau menanam modal, untuk buka cabang di lain tempat. Tapi itu kembali pada kesepakatan bersama. Kalau soal tiruan, kita tetap oftimis, soal rasa Black Martabak Ketan Hitam ini, masih milik sembilan orang. Masih kami jaga secara tertutup.” tandasnya. ( EDA)

Comment here