LifestyleTOKOH

Psikolog Majalengka Sarankan Remaja Curhat ke Ayah-Ibunya

Psikolog Majalengka Sarankan Remaja Belajar Curhat ke Ayah-Ibunya

Remaja pria maupun wanita rentan persoalan mental, solusi terbaik adalah berbagi persoalan kepada pihak orangtua atau anggota keluarga yang lain

MAJALENGKA – macakata.com – Tindakan preventif atau pencegahan diperlukan. Itu jauh lebih baik daripada mengobati. Demikian pepatah lama tersebut. Hal ini termasuk pula tentang permasalahan meluapkan persoalan diri. Seorang remaja yang bimbang dan gamang seharusnya punya teman curhat untuk berbagi. Tidak boleh dipendam dalam lubuk hati, karena akan timbul penyakit.

Psikolog pertama di Kabupaten Majalengka, Meina Shamullaeli ‎menyarankan pihak orangtua untuk lebih peka. Bahkan dianjurkan lebih bersahabat dengan anak-anak usia remaja. Dengan menganggap anak masa remaja sebagai seorang teman, hal itu akan membuat sang anak lebih merasa diperhatikan.

“Jika sudah terbangun hubungan jalinan komunikasi, antara anak dan orangtuanya, boleh siapa saja, baik ayah ataupun ibunya, tapi biasanya lebih pada ibunya, maka si anak akan terhindar dari pergaulan bebas,” ujarnya, kepada Macakata.com, usai acara ngobrol bareng di kompleks pendopo Majalengka‎, dengan penyelenggara PKBI Majalengka, Kamis 10 Oktober 2019 lalu.

Meina sendiri sering berhadapan dengan berbagai kasus pencabulan di Kepolisian Resort Majalengka. Ia selalu diminta untuk mendampingi “korban” pelecehan seksual di unit Penanganan Perlindungan Anak (PPA) Satreskrim Majalengka‎.

“Saya sering menangani klien dengan berbagai macam karakter. Nah, jika melihat kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak. Adakalanya sebagai orangtua, maupun remaja lebih mawas diri dengan tindakan preventif. Orangtua harus melindungi anaknya. Caranya mengajaknya bersahabat, supaya dia mau berbagi keluh kesahnya.” ujarnya.

‎Meina menjelaskan persiapan mental remaja untuk menghadapi masa depan harus dipupuk dalam lingkungan keluarga yang sehat dan ramah anak. Dalam kegiatan ngobrol bareng bersama 72 peserta pelajar dan mahasiswa itu, pihaknya menyebarkan angket. Sebaran angket yang diisi peserta itu ditemukan 24 orang yang mengalami kecemasan.

“Saya sering bekerjasama dengan Polres Majalengka. Ada juga yang datang ke klinik, rata-rata yang datang ke saya mayoritas kalangan remaja. Remaja-remaja itu tingkat nafsunya menggebu-gebu. Rasa penasarannya sangat tinggi. Serta selalu ingin mengalami. Jika tidak ada pembimbing ini cukup berbahaya. Sementara curhat remaja terkadang tidak pada orang yang tepat. Padahal orang yang tepat adalah anggota keluarga. Temukanlah anggota keluarga yang bisa diajak curhat dan berbagi rahasia.” tandasnya.

Meina menuturkan bahwasanya ‎fase remaja adalah fase yang paling rawan, tapi juga yang paling menyenangkan. Sebuah fase dan tahapan tumbuh kembang yang penuh bahaya, fase yang selalu ingin tahu. Kabar baiknya, remaja saat ini hidup dengan lingkungan gawai dan teknologi canggih.

“Informasi apapun kalian akan mencari tahu dengan mudah di internet, melalui ponsel dalam genggaman tangan. Namun, tanpa pendampingan akan sangat berbahaya, sebab info di dunia maya masih terlalu liar dan banyak negatifnya.” ujarnya.

Meina bahkan menyarankan untuk tidak menggunakan akun FB, Twitter, Instagram atau akun sosial media lainnya, supaya jangan dijadikan ajang curhat. Sebab hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.

“Bijaklah dalam bermedsos. Saya sarankan postinglah atau menulislah di akun sosmed hal-hal positif saja. Jangan meluapkan masalah di akun FB. Dunia bisa mengetahuinya. Yang suka curhat di akun sosmed biasanya disebut Passif Agresip. ”

‎Sementara itu, narasumber lainnya, dr. Huda Ginanjar, menyarankan kepada para remaja supaya jika ada masalah, lebih baik merenung. Rileks, tenang, pikirkan yang baik-baik. Tarik nafas panjang, sambil membayangkan persoalan. Tahan nafas lalu keluarkan pelan pelan dari mulut. Tarik lagi nafas panjang. Lakukan tiga menit saja. Setelah itu cobalah berfikir jernih. Bayangkan hal-hal positif dan menyenangkan.

“Jangan tutup keran komunikasi. Saya punya dua anak, semuanya curhat ke orangtuanya. Rata-rata ke ibunya, gak ke saya, mungkin karena saya sibuk. Anak jadi lebih enjoy curhat ke orangtuanya.” ungkapnya tersenyum.

‎Terpisah, penyelenggara acara, Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Majalengka, Mulyana Alamsyah, didampingi Beben Badruzzaman mengatakan ‎untuk mengatasi persoalan setiap remaja di kota angin, pihaknya bekerjasama dengan psikolog, dokter maupun pihak lain dengan menyediakan pojok curhat. Tujuan pojok curhat ini akan menampung dan mengarahkan remaja yang punya persoalan untuk dibantu dalam hal solusi.

“Kami dari PKBI juga menyediakan pojok curhat. Remaja yang punya persoalan bisa bercerita dengan berbagi di sini. Rahasianya terjamin. Bahkan kita kerjasama dengan psikolog. Jadi curhatnya terarah serta ada solusi,” ungkapnya. ( Erich)

Comment here