120 Tahun Lalu, Pondasi Jembatan Rel Kereta Api di Sungai Cisambeng Kecamatan Palasah Dibangun Tahun 1901
MAJALENGKA – macakata.com – Seandainya akan dibangun dan diaktifkan kembali, jalur rel kereta api Cirebon-Kadipaten-Bandung, cukup memungkinkan.
Adanya infrastruktur BIJB Kertajati adalah perangsang utamanya. Bandara sebesar Soekarno-Hatta itu, memungkinkan akses jalur sepur yang matisuri di tanah Majalengka dihidupkan kembali.
Jejak rel kereta api di Majalengka, terlihat memanjang di sepanjang pinggir jalan raya Cirebon-Kadipaten-Bandung. Khusus area Majalengka saja, rel kereta api itu sepanjang 48 kilometer.
Meski sudah banyak yang hilang besi-besi yang tadinya rel itu, namun beberapa titik rel kereta api, jembatannya, masih ada jejak bangunannya.
Besi rel kereta api lainnya, misalnya, ada di Bongas-Sumberjaya. Sebagian besar tertutup dan tertimbun tanah, juga tertutup aspal.
Namun, plang informasi bahwa di titik tersebut adalah aset milik PT.KAI, jelas menunjukkan bahwa itu jalur kereta api.
Menurut sejarahnya, jalur kereta api di Majalengka non-aktif sejak 22 Juli 1978. 42 tahun matisuri, menunggu rencana pemerintah untuk dihidupkan kembali.
Pikiran-Rakyat.Com edisi 28 Februari 2019, pernah menulis artikel berita. Untuk menghidupkan Bandara Kertajati di Majalengka, salah satu rute opsi ke-tiga reaktivasi jalur kereta api itu, menyebutkan rute Subang-Kertajati-Jatiwangi-Palimanan-Plered-Tuparev-Kota Cirebon.
Masih dilansir Pikiran-Rakyat.Com, reaktivasi jalur kereta api Majalengka, karena memang sudah ada jejak rel kereta api di tanah itu. Namun, opsi membangun rel baru seperti flyover cukup memungkinkan.
Artikel berita tersebut, juga diperkuat oleh artikel pendukung lainnya, ditulis AyoBandung.com edisi 10 Juli 2019, menuliskan, Pansus VII DPRD Jawa Barat juga mendorong pembangunan jalur kereta api menuju Bandara Kertajati. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029.
Tujuan reaktivasi kereta api di Majalengka adalah untuk mengurangi kemacetan di masa mendatang, sekaligus menghidupkan kembali kegemaran masyarakat, terhadap moda transportasi yang murah, minim polusi dan selalu tepat waktu.
Artikel lainnya, dilansir Info Majalengka, 84 tahun lalu, ular besi itu hidup untuk melayani kebutuhan pabrik gula dan pelabuhan-pelabuhan. Stasiun yang pernah ada di lintasan dekat jalan raya Cirebon-Kadipaten ini, yakni stasiun Kadipaten, Cideres, Kasokandel, Baturuyuk, Jatiwangi, Ciborelang, Palasah, Bongas, Prapatan.
Pondasi dan jembatan rel kereta api masih ada hingga kini, diantaranya jembatan Ciputis Bojong Cideres dan Jembatan Kereta di atas Sungai Cisambeng Kecamatan Palasah. Serta Tower Air untuk mengisi bahan bakar lokomotif di daerah Bongas Kulon Kecamatan Sumberjaya.
Dalam berbagai artikel tentang kereta api Majalengka, kereta api yang lewat tidak hanya mengangkut barang, namun juga mengangkut orang. Kereta api itu melayani angkutan industri ke 5 pabrik gula/PG.
Lima Pabrik Gula tersebut, yakni PG. Surawinangun dan Gempol. Sementara tiga PG lainnya yakni PG. Parungjaya di Leuwimunding, PG. Jatiwangi dan PG. Kadipaten.
Sepanjang 48 kilometer dengan lebar sepur 1.067 mm ini sempat menghidupkan perekonomian para petani di wilayah Majalengka dan Cirebon. Bahkan, diceritakan bahwa daun jati, yang hingga kini masih setia membungkus Nasi Jamblang, dulu sering dikirim oleh warga Majalengka melalui kereta api jalur Kadipaten-Cirebon.
Menanggapi hal tersebut, Pecinta History di Majalengka, Maulana Yahya mengatakan jejak-jejak besi yang menjadi rel kereta api, hingga kini masih tersebar di sepanjang jalur Cirebon-Kadipaten.
Tandanya bisa terlihat jelas, karena di sebagian titik masih ada papan informasi tentang asset milik PT. KAI berikut patok yang ditanam ke tanah.
“Jalur kereta api berhenti tahun 1978-an. Di setiap jalur rel di desa yang berdekatan dengan jalur Cirebon-Kadipaten-Bandung pasti ada. Salah satunya di Desa Banjaran, Bongas kecamatan Sumberjaya, Palasah itu masih ada bekasnya,” ungkapnya, Senin, 20 April 2020.
Maulana, yang pecinta traveller ini menambahkan, jejak tersebut juga bisa ditemukan di wilayah Jalan Brawijaya Pertigaan Kadipaten. Pihaknya memang mendengar ada wacana reakitivasi jalur kereta api tersebut.
”Wacana itu memang ada, tapi sampai sekarang belum ada sosialisasinya. Kalaupun mau reaktivasi, sepertinya, jalur keratanya kemungkinan membuat jalur baru.” ungkapnya.
Maulana mengakui, selama penelusuran jejak jalur kereta api di Majalengka, banyak rel besi yang sebagian hilang, sebagiannya terkubur tanah dan aspal.
”Kalau udah patokan baru di jalur kereta api itu, sepertinya pasti di-reaktivasi, seperti jalur Rancaekek-Tanjungsari. Kan itu nembus sampai Cirebon. Jadi sepertinya, kita tidak tahu apakah itu reaktivasi atau tidaknya. Yang jelas, itu kereta sudah wacana dari jalur Cirebon sampai Kertajati.” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran macakata.com, papan informasi permanen bahwa jalur tersebut milik asset PT. KAI sangat mudah ditemukan di wilayah Bongas Kulon, Palasah, Jatiwangi dan Kadipaten.
Didepan pabrik Wintai, ada bangunan yang tak beratap, yang dulu berfungsi sebagai pengisian bahan bakar lokomotif kereta api. Namanya watter torren. Di sebelah baratnya, dekat tower, ada banyak patok batu, yang bersisian dengan patok gas bertekanan tinggi.
Patok tersebut hanya berjarak satu setengah meter dari jalan beraspal Cirebon-Kadipaten. Serta lima belas langkah ke arah selatan, ada lagi patok Batu bertuliskan PT. KAI dan BPN.
Patok patok tersebut serta papan informasi aset, juga banyak ditemukan ke sebelah baratnya, ke dekat SPBU Palasah. Terus menuju Jatiwangi, Dawuan dan Kadipaten
Yang menarik, di Sungai Cisambeng Kecamatan Palasah, ada jejak pondasi jembatan kereta api, dengan ketinggian mencapai 6 meter, menjulang ke atas dari dasar sungai. Berdiri gagah meski sudah berumur seratus tahun lebih. Besi-besi yang menjadi rel kereta itu, kini memang sudah menghilang. Padahal sebelum tahun 2011, besi-besi jembatan rel kereta api itu masih ada.
Namun, pemandangan pondasi jembatan yang kokoh berdiri tersebut, tetap merupakan pemandangan menakjubkan, mengingat jalur kereta api tersebut, mulai aktif pada tahun 1901 Masehi. Dibangun oleh Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Jalur kereta api Cirebon-Kadipaten ini resmi beroperasi pada 29 Desember 1901 dan non-aktif pada 22 Juli 1978.
Sementara itu, pecinta sejarah lainnya, aktifis Grup Majalengka Baheula, Nana Rohmana, akrab dipanggil Mang Naro mengatakan, jalur rel kereta api itu menghubungkan ke Pabrik Gula Jatiwangi, Kadipaten, Parungjaya. Juga PG. Gempol dan Palimanan serta satu lagi PG. Galagamidang.
“PG Gempol sebelum tahun 1860 itu masuk wilayah Majalengka. Jejak rel kereta api di Majalengka memang masih banyak. Termasuk ada Watter Torren, tidak jauh dari gerbang jalan tol Sumberjaya,” ungkapnya.
Naro menjelaskan sebetulnya, waktu itu, ada rencana bagi pihak Belanda untuk membangun jalur kereta api hingga sampai ke area kota Majalengka, dengan rencana halte sampai Desa Bonang.
“Hanya saja waktu itu ada Krisis Malaise. Serta, tentara Jepang berdatangan. Krisis Malaise itu semacam krisis ekonomi dunia, tahun 1930-an.” Pungkasnya. (MC-02)
Comment here