Belum Ada Perhatian dari Dinas
MAJALENGKA -macakata.com – Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Majalengka saat ini tengah mengurus seorang bayi. Bayi tersebut baru dilahirkan beberapa hari lalu oleh seorang ibu muda berusia 18 tahun asal Kecamatan Malausma.
Mirisnya, bayi ini terindikasi HIV, mengingat, berdasarkan analisa latar belakang, sang ibu memeriksakan kehamilannya yang ketiga tersebut pada usia 9 bulan, sebelum lahir. Ditambah, belakangan aktivitas sang ibu selama satu tahun terakhir sering mangkal di tempat prostitusi di wilayah Majalengka bagian utara.
Aktivis Kordinator Program HIV Aids PKBI Kabupaten Majalengka, Beben Badruzzaman mengatakan, selama beberapa hari, dirinya bersama sejumlah aktivis PKBI sibuk merawat bayi yang lahir dari ibu hamil usia 18 tahun di Kecamatan Malausma.
”Singkat cerita, proses lahirnya itu memakai jampersal di salah satu rumah sakit. Saya menyayangkan, dari pihak pemerintah desa dan kecamatan cuek saja tanpa ada perhatian,” ungkapnya, Rabu, 07 Oktober 2020.
Beben menjelaskan, pihaknya membantu, karena ibu dan bayi tersebut termasuk dalam golongan keluarga kurang mampu atau miskin. Sampai-sampai, untuk menguburkan sisa-sisa persalinannya, tak ada pihak keluarga atau kerabat ibunya yang menguruskannya.
“Tidak ada kerabat atau anggota keluarga yang membantunya. Itu yang bikin kami, PKBI membantunya.” ungkapnya.
Beben menjelaskan, saat ini posisi ibu dan bayi tersebut memang telah kembali ke gubugnya di wilayah Kecamatan Malausma. Pertanyaannya, siapakah nanti yang akan memberi susu formula? Mengingat bayi tersebut lahir dari seorang ibu, dengan status orang dengan HIV Aids (odha).
“Anak dari Odha, tidak boleh diberi ASI, dan pola asuh bayi ke depannya bagaimana? Itu pertanyaan besar. Pemerintah dalam tingkatan manapun harusnya memberikan perhatiannya,” ungkapnya.
Beben menjelaskan, dalam status Kartu Keluarga (KK), ibu dari bayi tersebut memang punya seorang suami. Namun hingga kini belum muncul. Sementara, jika melihat kondisi si bayi, saat ini sudah mulai tahap pengobatan keberlanjutan bayi.
“Tes HIV untuk bayi itu baru bisa dilakukan setelah 18 bulan. Sebelum 18 bulan, status bayi dapat pengobatan khusus. Namun, prediksi saya, berdasarkan pengalaman, si bayi kemungkinan tertular. Mengingat si ibu bayi baru diperiksa di kehamilan sembilan bulan. Ini yang lahir anak ke-tiga. Dua anaknya yang lain sudah ada yang mengadopsi,” tuturnya.
Dengan mengungkapkan cerita ini, Beben ingin menginformasikan, sekaligus mengajak untuk membuka mata, bahwa persoalan tentang HIV itu 75 persen merupakan permasalahan sosial, dan bukan urusan kesehatan saja.
”Paradigma odha itu bukan orang jahat. Banyak Odha merupakan korban situasi perekonomian dan sosial. Mereka tetap orang baik-baik.” ungkapnya.
Berdasarkan catatan dan penelusurannya, ibunda si bayi telah menikah dini sejak usia 13 tahun. Sempat menikah dan cerai. Saat ini telah melahirkan tiga anak. ( Herik )
Comment here