Gedung Juang Dikepung. Sejenak Lupakan Jaga Jarak. Ribuan Mahasiswa dan Buruh Datangi Gedung DPRD Majalengka
MAJALENGKA – macakata.com – Terik panas matahari tak terasa. Keringat bercucuran. Gerah seketika berubah menjadi aura semangat. Padahal, Kamis pagi itu, 08 Oktober 2020 masih pukul 09.00 WIB. Teriakan lantang orasi dari perwakilan mahasiswa dan buruh Majalengka menggema di jalan KH. Abdul Halim di depan alun-alun yang tengah direnovasi itu.
Gabungan aliansi mahasiswa Majalengka dari berbagai perguruan tinggi dan buruh dari berbagai golongan serikat pekerja mencapai dua ribu orang, mengepung Gedung Juang, tempat ngantornya para anggota dewan Majalengka yang terhormat.
Pedagang asongan minuman dan cemilan berseliweran. Mereka meraup receh, jualan mereka laku keras. Mereka tak berdemo, cuma ikutan demo dengan cara kreatif usaha.
Sementara, sebagian mahasiswi, berkudung maupun tak memakai hijab, menjadi pemandangan cantik dan bening, yang sesaat menghibur mata para petugas berseragam, yang membantu menjaga kondusifitas situasi demonstrasi.
Para buruh atau pekerja lain lagi. Sebagian diantara mereka adalah janda. Mereka pun berteriak lantang tak setuju dengan RUU Cipta Kerja, yang telah disahkan DPR RI. RUU Omnibus Law telah mencederai hati para pekerja di Indonesia.
“RUU itu mencatat tak ada pesangon, bagaimana nasib saya ke depannya. Sementara saya tak lagi bersuami,” ungkap salah seorang pekerja perempuan, usia 32 tahun, diiyakan lima orang temannya yang juga janda.
Janda lainnya juga mengucapkan hal senada, mereka sepakat menolak RUU Cipta Kerja, mengingat ada beberapa poin lainnya yang memberatkan kaum pekerja.
“Ini perlu diperjuangkan, kami menolak RUU Cipta Kerja, itu sama saja menyengsarakan kami para janda ini,” ungkapnya.
Para mahasiswa lain lagi. Namun, mereka pun sama. Sefaham dengan para buruh dan pekerja, menolak RUU Cipta Kerja. Mengingat, setelah mereka lulus dari perguruan tinggi nanti, sebagian mereka pun pasti akan terjun ke dunia kerja.
“Kami menyuarakan bukan untuk saat ini saja. Tapi masa depan kami juga. Saat ini kami mahasiswa, besok lusa kami pun bekerja. Oleh karenanya, kami bersama para buruh menolak RUU Cipta Kerja.” ujar sejumlah orator mahasiswa, yang berteriak lantang menyuarakan penolakan RUU yang dinilai telah mengkhianati rakyat.
Sementara itu, perwakilan dari serikat pekerja, juga koordinator aksi, Maulidin mengatakan RUU Cipta Kerja dinilai sepihak dan akan membuat masyarakat pekerja lebih banyak ruginya. Serta lambat laun akan menyengsarakan para pekerja.
“Kami sepakat menolak RUU Cipta Kerja. Itu hanya akan membuat para pekerja semakin sengsara.” ucapnya.
Setelah mendengarkan teriakan teriakan lantang para mahasiswa dan buruh di depan gedung juang kantor DPRD Majalengka, Ketua DPRD, H. Edi Anas Djunaedi didampingi para wakilnya, datang menemui para mahasiswa. Para demonstran, sebetulnya kecewa karena yang hadir menghadapi aksi mereka, ternyata cuma hadir tujuh orang dari 50 anggota dewan.
“Kami akan segera sampaikan penolakan ini ke DPR RI. Karena bagaimanapun juga, kami di daerah tak punya kewenangan apapun. Namun kami berterima kasih, karena masyarakat telah datang dan menyuarakan aspirasinya.” ungkapnya.
Mengenai banyaknya ketidakhadiran anggota DPRD lainnya, Edi mengatakan, karena 20 anggotanya yang lain, sedang dinas luar. Sementara yang lain ada keperluan dan sebagian lagi sakit.
Aksi unjuk rasa ini melumpuhkan Jalan KH.Abdul Halim dari perempatan Mambo hingga Tiong Bi dari pukul 07.00 WIB pagi hingga jam 13.00 WIB siang. Ribuan mahasiswa dan buruh tampak menyemut, ketika direkam melalui pesawat tanpa awak di atas ketinggian 40 meter. Meski mayoritas mengenakan masker, namun aksi para pengunjuk rasa ini mengindahkan jaga jarak. ( MC-02)
Comment here