Oleh : Shelby AR
MACAKATA.COM – Bila melintas di jalur Cigasong-Maja-Cikijing, tengoklah ke arah kebun jagung di sebelah kiri. Ada bangunan satu-satunya, setidaknya itu yang terlihat. Sebetulnya ada dua atau tiga bangunan saung permanen.
Tapi, jika kau melintas dari arah bunderan Cigasong Kabupaten Majalengka Jawa Barat, sebelum tanjakan yang indah dan menantang itu, jembatan yang selalu punya cerita itu, tengoklah ke sebelah kanan, bangunan mirip vila yang mungil cantik terlihat sudah.
Dekatilah. Maka kau akan menyaksikan bangunan itu lebih besar sedikit dari rumah ukuran tipe 36. Namun, yang membuatnya cantik dan unik, halamannya cukup luas. Rumput hijau asli alami menghampar luas. Bangunan itu berdiri di tengah kebun jagung dan di tengah sawah di sekelilingnya.
Entahlah, petani sekitar menyebutnya taman bermain yang ada mushola-nya. Sebuah akun youtube juga menyebutnya taman bermain yang asyik dan mengasyikan. Terutama malam hari. Ada gemerlap cahaya lampu, layaknya di resort-resort mewah seperti di Bandung, Cianjur, Purwakarta, Bogor dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Bila weekkend, Sabtu dan Minggu, mobil berletter B dan D, dikatakan selalu ada yang singgah di sini. Mereka menginap layaknya kemping. Menggunakan tenda-tenda masa kini, yang biasa digunakan oleh para pecinta alam yang biasa melakukan pendakian gunung.
Berkemah, rupanya akan menjadi trend masa depan, yang saat ini telah menjamur. Mungkin saja yang menginap di Taman Mushola Al-Latif Kawunghilir itu telah bosan menginap di hotel dan penginapan mewah dengan dinding beton. Mereka kini memilih yang lebih menantang dan berbeda. Nuansa alam semilir angin.
Mungkin juga, pemilik mobil berletter B dan D yang singgah itu pemiliknya. Warga setempat ada yang menyebutnya begitu. Bisa saja itu milik desa, tapi .. ah sudahlah, ketika saya berkunjung ke sana, hanya ada pekerja yang sedang mengebor, sepertinya sedang menyelesaikan sumur atau semacam itu. Pekerja lain tampak duduk di saung sambil merokok.
Mau bertanya juga ngapain. Mohon maaf, saya bukan wartawan. Terus ngapain juga saya bertanya-tanya toh? Ketika saya menyapa dan meminta ijin ikut selfie dan sholat di sekitaran mushola Al-Latif itu, warga itu dengan senyum ramahnya langsung membolehkan. Sikap seperti itu terbuka, itu berarti, tempat ini akan menjadi sebuah taman atau area publik untuk umum.
Taman rumput yang mayoritas saya lihat itu adalah rumput hijau alami, rumput gajah itu lebih luas daripada bangunan mushola yang mirip saung itu. Bangunan semi permanen. Tempat wudlunya ada tiga titik. Yang pertama di belakang mushola itu, di sebelah timurnya. Tempat wudlu yang kedua, ada di sebelah kiri, berikut toiletnya yang permanen dengan ornamen mirip Bata Terakota seperti di Alun-alun Majalengka. Tempat wudlu ketiga, kau carilah sendiri selokan atau saluran irigasi di sekitar mushola, airnya mengalir lancar namun jernih.
Musola Al-Latif juga unik dari sisi arsitektur. Berdiri dengan pondasi tiang mirip bangunan panggung. Di bawahnya, sebelum lantai, ada kolam dengan penataan batu-batu besar yang ditata bersih.
Mushola Al-Latif itu menghadap taman. Yang kau saksikan itu, berarti menghadap ke barat, langsung ke kiblat. Bila kau berdiri atau duduk setelah sholat, maka angin yang kau rasakan, datang dari tiga arah. Angin datang dari arah belakang, depan dan bawah. Kecuali dari atas, atapnya kokoh berlapis kayu semacam triplek kualitas terbaik, angin tak bisa masuk. Mushola Al-Latif ini punya ventilasi udara yang sangat bagus. Sehingga memunginkan tidak diperlukan mesin AC.
Tempat Imam, dekat dinding tengah paling depan, dindingnya juga menggunakan ornamen dinding board yang persegi empat yang ada bolong-bolongnya. Sehingga angin semilir ataupun angin kencangnya Majalengka yang ngagelebug itu, bisa langsung menyesap ke kulit. Dingin menyegarkan.
Taman Mushola Al-Latif Kawunghilir ini telah menjadi taman yang mengasyikan dan menyejukkan mata. Anak-anak yang sudah pandai berlari pun betah bermain di sini.
Al-Latif diambil dari bahasa Arab yang berarti yang maha halus. Musola Al-Latif ini memberikan kesejukan ketika terik matahari yang panas hadir siang hari. Memberikan kenyamanan ketika hujan tiba. Memberikan nuansa eksotik jika malam hari. Seperti di bumi perkemahan manapun.
Kolam ikannya memanjang, dipadupadankan dengan jembatan kecil bambu yang mirip di negara Jepang sana. Juga ada hewan cantik yang pandai berkicau, burung itu sesekali berkicau di tengah kandang di taman rumput hijau alami.
Inilah keistimewaannya, rumput hijau di Taman Mushola Al-Latif ini bukan rumput sintetis. Ini rumput alami, kawan. Oksigennya murni harum rumput, bukan harum plastik sintetis. ***
Penulis adalah penyuka arsitektur unik. Rajin baca buku. Pengelola perpustakaan dan taman baca.
Comment here