Oleh: Shelby AR
MACAKATA – Gemuruh air terjun terdengar bersahut-sahutan. Tak pernah berhenti. Sama seperti ombak di pantai-pantai.
Bedanya, ini di curug. Pemandangannya terbatas. Dibatasi oleh tebing yang curam dan tinggi.
Tapi, jangan coba-coba untuk berenang di bawah air terjun yang besar itu. Kedalaman airnya mencapai 12 meter.
Papan informasi bertuliskan dilarang berenang terpasang di sudut tebing.
Curug ini bernama cukup unik. Obyek wisata Curug Bangkong.
Dalam bahasa Indonesia, Bangkong itu ya berarti Katak, Kodok, yang bergerak dengan cara melompat dan meloncat.
Bangkong juga suka bernyanyi riang ketika hujan. Namanya Curug Bangkong,memang setiap sore, meski tak hujan, selalu ada Bangkong di sekitar Curug itu.
Ketika banyak pengunjung, Bangkong-bangkong itu memang bersembunyi. Curug Bangkong ini cukup dekat dengan warga Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka. Cukup dekat dengan area perbatasan.
Letak persisnya, Curug Bangkong ini masuk ke wilayah administratif Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jika dari arah Cikijing, posisi jarak tempuhnya hanya sepuluh menit dari Waduk Dharma. Masuk ke area wilayah Desa Kertawirama Kecamatan Nusaherang.
Jangan ragukan tentang kondisi jalannya. Mulus berhotmik. Di Kuningan, pembangunan jalan dan kualitasnya bisa dirasakan hingga ke tingkat desa.
Saya ke sini bersama keluarga. Memang, travelling itu bisa dilakukan kemana saja. Bebas.Terserah.
Mau pilih yang dekat atau yang jauh. Terserah. Tapi kami memutuskan ingin menjejak ke Curug ini. Asyik juga.
Selain itu, orang Kuningan ramah-ramah. Bahasa dan Sikap someah khas warga pegunungan, tertampil dalam senyuman ketika hendak bicara. Ekspresi mukanya menyenangkan.
Sunda banget memang. Itu seperti yang saya alami di lembur sorangan, Majalengka. Pokoknya nyariosna Sunda.
Tak semua sih. Ada juga yang memakai bahasa Indonesia. Tapi itu dia, mendengarkan dan menyimak pengunjung mayoritas curug ini, berbicara menggunakan bahasa Sunda, adem gitu nyimaknya.
Karcisnya Rp.5.000. Parkirnya (untuk motor) Rp.2.000,-. Anak kecil tak dihitung. Itu ditarifnya hanya segitu. Fasilitasnya, ada rivver tubing, atau ceuk Sunda na mah Papalidan. Memang, harus bayar lagi untuk menikmati fasilitas tersebut. Saya lupa berapa tarifnya.
Dengan tarif yang jelas. Ada tiket dan karcisnya, serta pelayanan yang someah. Itu akan berimbas dan berkesan pada pengunjung.
Terpenting bagi saya. Saya senang mengajak si kecil beredukasi dengan alam. Ngojay di kolam khusus anak-anak.
Rekreasi memang begitu. Datang ke tempat lokasi yang dituju. Foto-foto, merekam dalam video. Makan-makan. Ngarokok jika sempat. Sudah, selesai. Intinya, aktivitas di luar rutinitas keseharian yang biasanya itu itu ajah, tempat dan orangnya. Di tempat rekreasi, banyak wajah baru yang kita temui.
Yang kita dapatkan lainnya, yakni, hanya nuansa dan pengalamannya saja. Saya berharap itu akan terus terngiang dalam memory si kecil.
Ada hak bagi dia ( si kecil) untuk mengalami datang langsung ke tempat bernuansa alam. Bosan sekali melihat foto di internet. Membosankan banget membaca informasi di buku dan via daring. Besok lusa, bisa saja kudatangi Pantai sesungguhnya. Bersama si dia lagi. ***
Penulis adalah warga Majalengka. Pengelola taman baca
Comment here