BERITAEKONOMIKISAH HIDUP

Dua Kwintal Cabe Raib Dicuri

Derita Petani di Girimulya Banjaran

MAJALENGKA – ‎MacaKata.com – Petani cabe yang lahannya dekat dengan situ Sangiang Banjaran Majalengka ini pasrah dan ikhlas. Namun, hatinya meringis karena ada orang atau sekelompok orang yang telah tega mencuri cabe yang telah ditanamnya.

Minggu pagi, 18 Juni 2022 lalu, petani ini masih terlihat gembira bersama sang ibu. Namun, sesampainya di lahan kebun, yang luasnya hanya 2.500 meter persegi itu, cabe ranum yang akan dipanen dan siap dipetiknya itu nyatanya sudah raib, hilang dicuri orang.

Hanya tinggal beberapa sisa saja, cabe kriting yang masih hijau melekat di tanaman cabe miliknya. ‎Cabe sisa yang masih menggantung itupun, tak bisa dipanen, karena masih setengah jadi, masih kecil, belum waktunya dipanen.

Sementara, petani itu menghitung, kurang lebih, ia telah kehilangan dua kwintal cabe. Dua kwintal cabe kriting tersebut, sejatinya, jika dirupiahkan lebih dari nominal angka Rp. 10 Juta.

Sepuluh juta bagi petani di desa Girimulya Kecamatan Banjaran itu, adalah nilai uang yang cukup banyak. Jumlah uang itu, masih bruto. Modal, biaya pupuk, ‎pemeliharaan, juga sebagian hasil meminjam dari tetangga, kini tak bisa dipenuhi oleh keluarga petani tersebut.

Dua kwintal cabe kriting siap dipanen kini telah raib, hilang dicuri orang. Peristiwa ini terjadi menimpa petani di blok Lemahpanjang Desa Girimulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

‎Petani cabe, Andri (25) mengatakan, dirinya tidak bisa berbuat apapun, karena telah kehilangan cabe yang akan dijualnya segera ke pihak bandar.

“Peristiwanya Sabtu malam yang lalu, pas Minggu pagi hari, saya dan Emak datang ke kebun, cabe siap panen sudah ada yang memetik,” ujar Andri, Jumat, 24 Juni 2022.

Andri menambahkan, kerugian yang ia taksir akibat kehilangan ‎dua kwintal cabe kriting itu memang cukup besar. Mengingat di wilayahnya, cabe kriting dijual kepada bandar seharga Rp. 60 sampai Rp 70 ribu perkilogram. Jika dirupiahkan secara total, dua kwintal itu kemungkinan lebih dari Rp. 10 Juta.

“Totalnya saya tak tahu pasti. Yang jelas, kalau harga sekarang untuk cabe di sini yakni Rp 60 sampai Rp 70 ribu untuk satu kilogram,” ungkapnya.

Andri dan Emaknya, kini tak bisa menanam lagi cabe, karena tak punya modal untuk kembali membeli bibit. Rencananya, dua kwintal panen di atas lahan 2.500 meter persegi, dekat wisata Sangiang itu, separuhnya akan disisihkan sebagai bibit.

“Sekarang modal hilang, karena cabe yang ditanam sudah dipetik orang. Saya dan Emak sudah ikhlas, cuma ya keterlaluan saja, masih ada orang yang berani mengambil hak kami dari petani sederhana ini,” ungkapnya.

Sementara itu Emak Eni yang ditemui di rumahnya, juga sudah merasa pasrah, diikhlaskan saja. Bila dihitung soal kerugian akibat cabe yang hilang sebanyak dua kwintal itu, memang sakit hatinya mengiris kaum kecil.

“Ya mau bagaimana lagi. Emak mah sudah pasrah. Semoga kagantian wae isukan pageto. (Semoga tergantika lagi besok lusa,” ungkap Emak Eni menggunakan bahasa Sunda khas pegunungan Majalengka.

Andri dan Emaknya itu memang tidak berupaya untuk melaporkan peristiwa itu kepada pihak yang berwajib. Mereka sudah mengikhlaskan dan pasrah. Serta tidak mau ribet dengan urusan lapor melapor. (MC-09)

Comment here