Tradisi Seba di Majalengka Ini Telah Berusia Ratusan Tahun
MAJALENGKA – MacaKata.com – Tradisi yang satu ini telah terpelihara dengan baik di Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Usianya telah ratusan tahun. Nama tradisi ini yakni Seba Nunuk.
Seba Nunuk merupakan tali paranti budaya desa Nunuk Baru yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu, hingga kini masih dilaksanakan dan dilestarikan.
Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana mengatakan, sebagai informasi awal, Talaga merupakan satu keratuan/kerajaan di wilayah Kabupaten Majalengka yang sangat luas. Dulu, bukan hanya Nunuk saja yang melakukan tradisi Seba ini.
“Dulu, wilayah lain di Kabupaten Majalengka ini juga melakukan tradisi seba. Termasuk kedalaman Sindangkasih, yang memang dulu berbentuk kedaleman Tradisi Seba,” ujar pria yang akrab disapa Mang Naro, Sabtu, 16 Juli 2022.
Naro menambahkan, seiring waktu, saat ini hanya Desa Nunuk Baru yang masih melaksanakan tradisi Seba. Sejatinya Seba Nunuk bukan berarti penyerahan upeti dari bawahan ke Kerajaan Talaga terhadap rajanya.
“Namun tradisi ini lebih berarti kintunan atau pemberian seorang ibu kepada anak-anaknya. Jadi bukan upeti. Dalam catatan sejarah Talaga Nunuk merupakan desa Buhun yang dianggap kokolot, sesepuh, karena ada seorang gadis Nunuk bernama Nyi Mas Jitra yang menjadi istri Raja Talaga,” ungkapnya.
Naro menjelaskan, kemudian dalam melaksanakan tradisi Siraman pusaka Keratuan Talaga, yang dilaksanakan setiap bulan Syafar, suka menunggu keputusan waktunya dari pihak Desa Nunuk. Begitu pun untuk melaksanakan siraman pusaka Talaga , melibatkan orang-orang Nunuk.
“Benda benda yang biasanya dibawa saat tradisi Seba Nunuk, diantaranya adalah padi Bulu hideung, ubi jalar, jaat , nasi kuning, berikut olahan daging ayam kampung yang dipotong potong dan hasil bumi lainnya,” ucapnya.
Naro menuturkan, selain itu, padi-padi yang dibawa biasanya masih berbentuk geugeusan atau ikatan yang masih terkesan baru dipetik. Sisi unik lainnya, yakni tentang nasi kuning khas Nunuk. Nasi kuning ini tidak berbentuk Tumpeng.
“Nasi kuning ini hanya dikukus biasa tapi di dalamnya terdapat banyak daging ayam kampung yang sangat enak. Filosopi nasi kuning ini biarlah tampak biasa saja, tapi dalamnya ada sesuatu yang istimewa , kemewahan tak harus dipertontonkan, yang penting hati kita yang kaya,” ujarnya.
Naro berharap, dengan tetap dilestarikannya padi ketan bulu agar terus dibudidayakan. Mengingat padi ketan bulu merupakan varian yang langka.
“Harapan kitamah semoga padi ketan bulu yang dijadikan benda Seba Nunuk ini dibudidayakan lagi, karena sudah termasuk varian langka. Juga, tradisi ini harus tetap dilestarikan, sebab akan terus terjalin silaturahmi budaya dan silaturahmi antar saudara,” ungkap Ketua Group Madjalengka Baheula. (MC-09)
Comment here