MAJALENGKA – MacaKata.com – Ada banyak peninggalan sejarah di Kabupaten Majalengka. Sehingga hal ini menarik untuk dipelajari.
Salah satunya di bukit atau Gunung Haur Majalengka yang menyimpan jejak batu megalitikum.
Belum ada penelitian yang membenarkan hal tersebut. Hanya saja, pegiat sejarah di Majalengka menduga, bahwa batu-batu yang ada di gunung Haur Majalengka itu menyimpan jejak sejarah peninggalan yakni batu megalitikum.
Bukit atau Gunung Haur yang terlihat di jalur menuju Pancurendang tepatnya di perbatasan Babakan Jawa dan Cicurug Kecamatan/Kabupaten Majalengka, menyimpan jejak sejarah batu megalitikum.
Bukit atau Gunung Haur yang puncaknya lancip seperti segitiga piramida itu, terdapat susunan batu-batu dan meja tempat pertemuan rapat.
Susunan batu yang diduga kuat merupakan sisa peradaban Megalitikum dan ada makam Raja / Kuwu Sindangkasih abad ke-16 an ini menarik untuk dijadikan penelitian.
Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana mengatakan, berdasarkan penelusurannya untuk mendokumentasikan jejek-jeka sejarah yang ada di Kabupaten Majalengka Jawa Barat, pihaknya menemukan ada jejak megalitikum di Gunung Haur Majalengka ini.
“Batu-batunya itu seperti Meja dan susunan lantainya, terus aya batu satangtung atau batu nu ditangtungkeun. Ini jelas kuat dugaaan tempat berkumpulnya orang zaman dulu,” ungkapnya, pekan kedua di bulan Agustus 2022.
Pria yang akrab disapa Mang Naro menambahkan, di puncak Gunung Haur Majalengka ini terdapat Makam kuno. Ada yang menyebut yakni makam Mbah Kalang Bentang.
“Di sana itu ada makam Kuwu atau Raja Sindangkasih Majalengka. Kami jalan kaki kira kira setengah jam dari bawah di blok Dukuh Hurip,” ucapnya.
Naro menjelaskan, Mbah Kalang bentang itu merupakan penyebutan satu tempat bahwa di situ tempat untuk menentukan musim tanam padi huma. Ditentukan dengan cara melihat posisi bintang timur bergesernya ke arah titik mana.
“Di puncak bukit atau Gunung Haur Majalengka ini, terlihat jelas. Mekanisme untuk menentukan musim tanam ini disebut dengan sistem penanggalan Sunda zaman dahulu atau disebut dengan istilah ilmu Palintangan . Zaman dulu mah tidak ada kalender jadi menentukan saatnya bercocok tanam dengan cara melihat bintang saat tengah malam,” ujarnya.
Naro menuturkan, berada di Puncak Gunung Haur Majalengka bisa melihat Kota Majalengka dari berbagai sudut. Adanya makam kuno yang di sana ada keterangan makam Ki YUDAKERTI merupakan Kuwu Sindangkasih tahun 1590-1600an.
“Zaman dulu kuwu sama dengan Raja. Tandanya, orang tersebut dimakamkan di atas gunung. Konsep dikubur di atas puncak gunung, karena zaman dulu, orang terhormat harus dikubur di atas Gunung supaya dekat dengan sang pencipta. Serta untuk menunjukkan bahwa orang itu terhormat semasa hidupnya, ” ungkapnya. (MC-02)
Comment here